L.I.F.E (1)

61.1K 2.6K 135
                                    

Ketika cinta dipertemukan di angkasa melalui burung besi yang terbang ribuan kaki di atas permukaan laut, siapa pun tak dapat menolak gejolak yang datang tiba-tiba itu. Tanpa kita duga dan inginkan sebelumnya. Cinta datang tanpa mengenal siapa, di mana, apa, dan kenapa. Itu semua tak akan pernah mendapatkan jawaban jika kita mempertanyakan. Hanya hati nurani kita dan Tuhan yang tahu jawabannya. Jika busur cinta sudah menancap di jantung hati, tak ada yang bisa menolaknya.

Seorang pemuda mengenakan PDH putih ciri khas pilot, dengan tanda bar empat di masing-masing bahunya berjalan menyusuri gedung bandara Soekarno-Hatta. Tangan kirinya menarik koper, dia menebar senyum membalas sapaan para rekan kerjanya.

Pesonanya yang begitu menarik perhatian membuat semua gadis tak rela melepas pemandangan indah yang sudah diciptakan Tuhan itu. Tubuhnya yang kekar, hidungnya yang mancung, senyumnya yang menawan, bibirnya yang merah dan mata tajam meneduhkan hati. Oh, Tuhan, dia seperti pangeran berkuda putih yang siap mencari bidadari turun dari kayangan.

"Kapten Ali!" panggil seorang teman dari arah belakang.

Ali yang merasa namanya dipanggil berhenti berjalan lalu menoleh. Orang itu berlari kecil menghampirinya.

"Kapten ditunggu di ruang meeting," ujarnya dengan tanda pangkat bar tiga yang berarti frist Officer atau copilot.

"Oke, terima kasih," jawab Ali dengan senyum manis lalu membalikan tubuhnya untuk ke ruang meeting.

***

Gadis cantik berkulit putih mulus, hidung runcing, bibir tipis, memakai seragam pramugari cobalt blue yang berarti berpangkat sebagai cabin one yang artinya pramugari senior bertindak sebagai puser. Dia gelisah duduk di kursi, terlihat sedang menunggu seseorang.

"Lama banget sih," gerutu Prilly sambil memainkan jari-jarinya di atas meja.

"Sabar, Pril, lagi perjalanan mungkin," sahut seorang pria yang duduk di depan komputer.

"Aduh, kebiasaan deh tuh orang, ngaret!" gumam Prilly yang sudah tidak sabar.

"Biasanya dia on time kok, Pril."

"On time? Enggak mungkin dong gue nunggu hampir sepuluh menit begini."

"Tunggu saja sebentar lagi."

"Mana schedule gue?" tanya Prilly mengulurkan tangannya.

"Nih!" Dio memberi selembar kertas kepada Prilly.

Dio adalah petugas penyusunan schedule. Saat mereka sedang mempelajari schedule itu, terdengar decitan pintu terbuka. Seorang pria gagah dan tampan masuk.

"Nah, ini dia yang ditunggu sejak tadi. Masuk!" seru Dio membuat Prilly menoleh ke arah pintu.

Prilly memutar bola matanya malas melihat siapa orang yang datang.

"Sorry jalanan macet. Gimana jadinya, gue ditugaskan sama siapa?" tanya pria itu kepada Dio.

"Lo sama Kapten Ali," jawab Dio.

"Kapten baru, ya?" sahut Prilly cepat.

"Bukan, Pril, dia dulu ditugaskan di luar negeri. Baru dua minggu pindah tugas di Indonesia. Dia tuh pintar dan salah satu kapten andal yang dipercaya sama perusahaan, Pril," jelas Dio ditanggapi anggukan Prilly.

"Baru tahu gue," ucap Prilly sambil menyoret kertas dengan stabilo kuning.

"Udah kan, tinggal berangkat saja?" tanya Dahegar masih setia berdiri di sebelah meja kerja Dio.

L.I.F.E (LIFE IN FLIGHT ENTERNAL) KOMPLITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang