Namaku adalah Emily Julis. Aku berumur 19 tahun dan masuk di salah satu universitas terbaik di kotaku. Aku belajar di bidang Kedokteran. Aku bukanlah seorang gadis yang begitu pintar dan menarik. Aku hanya sebagai gadis yang standar dan cenderung biasa-biasa saja. Aku memiliki sebuah hobi yang mungkin sangat jarang bagi seorang perempuan pada umunya, yaitu bermain game. Game itu pun tidak tanggung-tanggung aku mainkan tiap harinya. Aku hanya beristirahat tidur, makan, dan saat ingin ke kamar mandi. Aku sudah diberi hadiah oleh orang tuaku karwna bermain game. Hadiah itu adalah kacamata untuk rabun. Genre game yang sangat aku sukai adalah MMORPG dan RPG. Hampir semua sudah kumainkan dari genre MMORPG dan RPG.
Aku memiliki dua orang teman yang juga sangat menyukai bermain game. Mereka ini adalah yang memperkenalkanku pada dunia game pada saat aku berumur 12 tahun. Game pertama yang aku mainkan adalah "Harvest Moon". Itu adalah game terbaik yang banyak dimainkan oleh orang-orang. Kedua lelaki itu memaksaku mengajakku untuk bermain game ketika kami bertemu dan menjadi tetangga.
*flashback
"Ayolah Emily! Nanti kuberitahu game yang hebat," ucap temanku yang sambil menarik-narikku.
"Duhh, Joe. Sabar dong! Masa harus sekarang juga sih?" Balasku.
"Sudah kau ikut dulu kami! Nanti akan ku kasih pinjam."
"Kalian sajalah! Masa cewek di ajak main game?"
"Kalo kamu udah main pasti akan tau"
Ketika sampai di rumah temanku, aku terkejut melihat Arnold sedang bermain di situ.
"Hey, Emily! Apa Joe membujukmu untuk bermain game?" Tanya Arnold.
"Ya... begitulah," jawabku dengan malas.
"Ok, sekarang gue ajarin. Mendingan main Harvest Moon dulu. Soalnya ini game gampang."
"Terserah."
Aku pun bermain hingga sekitar 2 jam. Rupanya, game ini benar-benar mudah. Aku sudah mengerti betul cara bermain Harvest Moon. Sampai akhirnya aku merasa bosan dan ingin bermain game lain.
"Arnold, ada game yang seru lainnya gak? Ganti aja lah."
"Aku baru beli nih game," ucap Arnold sambil memperlihatkan game tersebut.
"Alien Attacker?" Jawabku dengan heran. "Bener seru gak nih?"
"Coba aja, aku juga belum tau."
Kami juga akhirnya bermain memainkan game itu. Kami bermain secara bergantian. Ternyata kemampuanku bermain lebih hebat dari teman-temanku.
"Gampang banget nih game," ucapku sambil menunjuk ke layar TV.
"Masa 'sih? Padahal ini levelnya Insane lo," ucap Joe yang sedang menjadi partner bermainku.
"Iya lah, liat aja! Aku belum mati dari tadi."
"Emang jago bener. Emily The Queen of Fight Game. Tapi fight beneran kabur," sahut Arnold sambil cengengesan.
"Apaan sih."
Kami bermain tak ingat waktu hingga akhirnya tak terasa matahari mulai bersembunyi. Aku dan Joe pun kembali ke asal, yakni rumah kami masing-masing.
---------------------------------------
Hingga sekarang pun aku masih suka memainkan game. Lewat PC, Console PS, maupun lewat gadget-ku. Walaupun kerap kali kena marah orang tua, karena sudah terlalu lama bermain. Yah... itu sudah menjadi makanan sehari-hariku. Aku tidak begitu yakin, apa yang dapat dilakukan oleh seorang gamer. Apa kemampuan game-ku bisa digunakan?
Tiba saatnya hingga waktu itu. Aku sedang duduk di bangku taman dekat universitasku tempat biasa aku duduk sore hari. Aku seperti tidak memiliki teman di universitas itu karena aku sangat penutup dan pemalu orangnya. Semua kegiatan kusibukkan untuk bermain game. Aku sedang sibuk memainkan game sebuah MMORPG di smartphone-ku, sendirian. Tiba-tiba datang dua orang laki-laki dan duduk di sebelah kiri dan kananku. Aku tidak menengok sama sekali. Tidak peduli jika mereka ingin mencopet atau mau mencuri. Tapi jangan ambil game-ku!
"Kelihatannya seru banget, nih," ucap salah seorang lelaki sambil menyimpan tangannya di atas sandaran bangku.
"Dah level berapa, tuh?" Tanya salah seorang lagi.
Aku seperti mengenal kedua suara itu. Benar-benar sudah tak asing lagi. Ketika permainanku berakhir, aku memalingkan pandanganku ke sebelah kiri dan melihat ternyata dia adalah Joe, orang yang memperkenalkanku pada game. Dan kulihat lagi ke sebelah kanan, ternyata itu adalah Arnold, orang yang mengajariku bermain game.
"Loh... kalian!!?" Ucap ku dengan terkejut dan sedikit tersenyum.
"Hai... Emily," ucap Joe sambil melambai-lambai dan tersenyum.
"Lama gak ketemu ya, Emily?" Lanjut Arnold juga dengan senyuman.
"Ap... apa? Kalian teman kuno? Ke.. kenapa... kalian disini?" Tanyaku terkejut.
"Yah... kenapa? Kita lagi jalan-jalan sore, biasa 'lah," Ucap Joe, "sekarang kamu masuk universitas itu?" Sambil menunjuk universitas yang dimaksud.
"Yaa begitulah." Jawabku sambil mengangkat bahu.
"Hebat juga, kamu. Jago nge-game, juga pinter lagi," ucap Arnold dibarengi senyum kecil.
"Kalo kalian, gimana?"
"Kalo kita 'sih, kerja. Aku kerja di perusahaan industri. Kalo si Joe jadi pelayan restoran."
"Ternyata kalian dah kerja duluan, yah. Dah lama banget gak ketemu, sekitar 4 tahun, ya?"
"Ya, saat itu kamu pindah rumah."
"Kita reunian aja. Main game bareng, setuju gak?" Timpa Joe dengan begitu semangat.
"Hmm... boleh.." jawabku santai.
Jika dihitung, mereka ini memang lebih tua dariku. Joe berumur 22 dan Arnold berumur 21. Seharusnya aku memanggil mereka dengan sebutan "kak", tapi mereka menolak. Mereka menginginkan aku memanggil mereka dengan sebutan nama saja.
Kami sudah sampai di rumah Joe. Rumahnya tidak begitu besar. Terbilang cukup sederhana. Di rumahnya hanya ada ibu dan adik perempuannya. Saat aku melihat console yang akan dimainkan, ternyata itu adalah console yang terbaru, PS4.
"Hebat banget, kamu punya yang beginian?" Kataku meremehkan.
"Ehh... jangan salah! Gini-gini juga, update," jawabnya dengan menyeringai. "Ya udah, kita main bertiga aja!"
"Ayo!" Jawabku dan Arnold serentak.
Kami memilih game pertama kami, yang bisa dimainkan oleh 3 orang. Kami memilih sebuah game balapan. Walaupun aku cewek, tapi kalo balapan 'sih aku juga suka.
-------------------------------------------
*ok deh... g bnyak catetan
Continue?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aliens in Game
Science FictionKoloni alien melakukan invasi untuk mengumpulkan kristal mereka yang pernah meledak dan terlempar tersebar ke seluruh planet. Kristal itu memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Kristal itu juga meledak karena diakibatkan tak terkendalinya kekuatan y...