*Arnold POV
Aku melihat sekelilingku. Emily sudah masuk ke dalam ruangannya. Sedangkan aku menuju lapangan latihan. Aku berencana untuk berlatih tembakan dengan handgun. Jika berlatih handgun tidak perlu di lapangan terbuka. Cukup di dalam ruangan dan menggunakan semacam alat yang bersifat virtual reality. Teknologi ini kami sebut dengan virtual gun. Kulihat tidak banyak orang-orang disini. Hanya beberapa saja yang bahkan bisa dihitung menggunakan jari. Sebaiknya kuperiksa di luar saja.
Saat aku membuka pintu untuk menuju lapangan luas dan beralaskan rumput hijau, banyak sekali orang-orang berlarian ke arahku untuk masuk kembali ke markas sambil berteriak-teriak tidak jelas. "Apa yang mereka lakukan?" Gumamku. Aku mencoba terus berjalan sedang mataku terus memindai keadaan. Aku sangat terkejut ketika melihat ke arah kanan. Sekawanan alien telah mengepung kami. Sepertinya informasi mengenai lokasi markas ini sudah diketahui para alien itu. Semoga saja tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang akan menimpa markas ini.
Aku pun tidak langsung berlari ke dalam seperti anggota OHS lainnya. Aku sebenarnya orang yang paling berani di garis depan—mungkin bisa dibilang aku adalah pemimpin petarung garis depan. Aku tidak langsung lari, tapi mencoba menenangkan diri dan menyemangati yang lainnya agar tidak panik.
"Mohon perhatian, semuanya! Aku mohon sebagai pemimpin kalian jangan panik! Tetap tenang dan jangan rusuh. Siapa saja tolong cepat beritahu markas tentang kejadian ini. Sebagian lainnya aku mohon jangan lari dan angkat senjata kalian! Kita sudah tidak ada waktu lagi berlari. Kita ini penyelamat umat manusia, bukan seorang pengecut yang hanya bermain-main dengan boneka dan mainan," ucapku dengan lantang dan tegas semoga mereka semua mengerti dan mau mendengarkan aku.
Mereka tidak mengatakan apapun dan langsung mengambil senjata mereka masing-masing. Mereka sudah siap diposisinya masing-masing. Aku sendiri mengambil dual handgun yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa untuk melawan para alien ini. Senjata ini tentu saja menggunakan amunisi dari kristal dengan energi luar biasa itu, Ercas.
Kini bukan lagi soal hidup atau mati. Tapi tentang peran kami sebagai human savior dan sebagai siapa yang diselamatkan.
Suara tembakan silih berganti terdengar. Para alien tidak memiliki senjata yang mampu membuat kami 'kewalahan'. Senjata mereka hanyalah berasal dari kemampuan spesial mereka. Hanya beberapa alien yang cukup pintar menggunakan senjata yang dapat menembakkan laser. Itupun jarang.
Kami terus menembaki mereka tanpa ampun. Tapi mereka juga tidak kalah dengan kecepatan mereka dalam beregenerasi.
-----------------
*Emily POV
"Aku tahu siapa kau! Kau bagian daripada alien-alien aneh itu," kataku dengan lantang dalam posisi yang masih membidikkan lasergun padanya.
"Emily, bisa kita tenang dulu sebentar? Sepertinya kau terlalu banyak pikiran," tiba-tiba salah seorang rekanku menepuk pundakku dan mencoba menenangkanku. Tapi sepertinya ini sudah menjadi pilihanku. Entah kenapa sepertinya aku merasa kalau dia bukanlah Key yang aku kenal.
"Kupikir dia bukanlah Key yang sebenarnya. Kita lihat sebentar lagi pasti ada yang tidak beres."
Suasana diam beberapa detik tanpa ada seorang pun yang bergerak. Lagi-lagi seseorang dari luar menggebrak pintu untuk membukanya seperti waktu itu saat aku bersama Ana.
"Kalian, cepat keluar! Ada penyerangan alien besar-besaran terhadap markas kita di lapangan latihan," ucapnya padahal nafasnya masih belum teratur.
"Benar kataku, bukan? Sekarang kau mengaku!"
"Wahh... wahh... sepertinya aku sudah terpojokkan. Baiklah akan kutunjukkan padamu wujud asliku." Dia lalu berubah menjadi monster alien mengerikan. Sayap tumbuh di punggungnya. Kepalanya menjadi besar pada bagian otaknya. Matanya menjadi berwarna hitam. Rambutnya pun tiba-tiba berubah warna menjadi putih semua. Dia masih sama seperti alien lainnya, hanya saja dia perempuan dan bersayap.
"Ahh... gawat! Cepat ambil senjata kalian!" Seru rekanku, Leo. Dia yang sebenarnya mengepalai proyek "Aliens in Game"—tadi Arnold memberitahuku di mobil.
Perang pun dimulai. Perang di dalam markas dan di luar markas. Alien di hadapan kami sama sekali tidak terluka walaupun sudah kami tembak berkali-kali. Dia justru semakin gesit dan lincah menyerang kami. Lawan kami hanya satu, tapi kami benar-benar kewalahan. Tentu saja, kami sangat jarang bertarung secara langsung karena memegang bagian pengendali robot.
Tiba-tiba hunusan pedang mengenai kedua sayapnya. Itu Joe! Dia datang bak pahlawan bagi kami. Dia sudah berpakaian tempur lengkap ciri khas OHS. Pakaian serba putih seperti layaknya power rangers.
Seketika alien itu tidak bergerak sama sekali. Dia lemas. Joe lalu menyelesaikan tugasnya. Dia memenggal kepala alien itu dengan pedangnya hingga terlepaslah kepala dan tubuhnya. Darah segar mengalir dari penggalan kepalanya. Jika sudah terlepas kepalanya, para alien tidak akan bisa melakukan regenerasi lagi dan mati.
"Kalian tidak apa?"
"Hanya Leo yang terkena hantaman alien itu hingga membentur tembok. Yang lainnya tidak apa-apa," kataku menjelaskan. "Terima kasih, Joe," aku secara tidak sadar melemparkan senyuman padanya.
"Sama-sama. Sekarang kalian bersiap! Di luar sana para alien sudah melakukan serangan besarnya. Sepertinya ini akan menjadi akhirnya. Entah akhir dari manusia ataupun akhir dari invasi alien menjijikkan ini," ujarnya sambil berdiri di atas bangkai alien yang sudah terkapar itu.
"Tunggu... "akhirnya"? Maksudnya...?" Aku terus bergumam. Tidak, sepertinya kami semua bergumam aku melihat sekelilingku yang sama memasang wajah penuh kebingungan. Kami memang bingung. Darimana dia tahu ini 'akhirnya'?
Kami tidak berkomentar kami langsung mengambil posisi masing-masing sesaat setelah Joe meninggalkan ruangan ini.
Jika ini akan menjadi akhir, maka aku akan mengeluarkan kemampuanku yang sebenarnya. Yang selama ini telah kurangkai dan kupelajari.
------------------------------------------------------------
Emang kekuatannya kaya gimana? Jadi kyuubi? Super saiyan? Atau kekuatan ibu kos?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aliens in Game
Fiksi IlmiahKoloni alien melakukan invasi untuk mengumpulkan kristal mereka yang pernah meledak dan terlempar tersebar ke seluruh planet. Kristal itu memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Kristal itu juga meledak karena diakibatkan tak terkendalinya kekuatan y...