Part 7

14.3K 661 44
                                    

Lama-lama rese juga.
kehapus mulu sih.

-----

.

"Kenalkan, namaku Lia." Wanita itu tersenyum manis padaku.

Jemariku-pun refleks terulur untuk menjabat tangannya. "Namaku Nasha." Lalu kami melepaskan tangan masing-masing.

Mataku tak lepas memandang wanita cantik  yang memperkenalkan dirinya dengan nama Lia disampingku ini.

"Emm.. Kalau boleh tahu, kenapa Nate menjadi seperti ini?" Lia bertanya padaku dengan canggung.

"Ceritanya panjang. Apa dulu kamu kenal dekat dengannya?" tanyaku tak kalah canggung padanya disampingku.

"Kurasa begitu, yang aku tahu ia tidak berasal dari kota ini. Ia berasal dari Jakarta." jawabnya.

"Dia hilang ingatan," gumamku.

Seketika aku merasakan Lia langsung menatapku. Menyiratkan rasa penarasan yang kentara dari sinar matanya padaku. Oh itu terlihat mirip dengan caraku biasanya apabila sedang penasaran akan sesuatu hal pada Elma sahabatku.

"Ceritakan padaku semuanya." sirat penasaran itu masih tergambar jelas dimanik hitamnya.

Ia berbicara padaku seolah kami sudah akrab sejak lama saja. Dan akupun merasa aura bersahabat terkuar dari dirinya.

"Baiklah. Tapi berjanjilah dulu padaku bahwa kau mau membantuku untuk mencari tahu tentangnya." aku memandangnya dengan berharap.

"Baiklah, aku berjanji." jawabnya dengan cepat.

Akhirnya aku cerita itu mengalir lancar keluar dari mulutku.

***

Malam ini hujan kembali mengguyur dengan deras sejak sore tadi. Dinginnya udara terasa semakin menusuk dikulit. Hawa dingin menyegarkan terasa dipernafasan.

Aku duduk meringkuk, termenung dipinggir ranjang memikirkan apa yang ditelah kukatakan kepada Lia  pagi tadi.

Aku telah  menceritakan semua yang terjadi telah pada Nathan sampai dia bisa ada bersamaku. Entah kenapa aku bisa mempercayainya begitu saja. Semua kejadian yang terjadi memang telah kuceritakan, tapi  tentang pernikahanku dan Nathan, aku memilih untuk menyimpannya dulu. Aku tidak ingin menjadi sangat terbuka dulu padanya.

Dia telah berjanji padaku bahwa dia akan membantuku mencari tahu segala sesuatu tentang Nathan. Dia bilang dia akan menghubungiku secepatnya.

Berbicara tentang pernikahan, aku merasa ada yang mengganjal dihatiku. Aku memang telah memiliki perasaan lebih terhadap Nathan. Tapi aku merasa sangat bersalah telah menjebaknya dalam pernikahan konyol ini.

Bukan tidak mungkin bila ada kemungkinan Nathan dahulunya sudah mempunyai seorang kekasih yang akan dinikahinya. Apakah aku telah merebutnya dari seseorang yang ia cintai. Memikirkan semua kemungkinan itu malah membuat rasa bersalah rasa sedih semakin besar.

Melihat dari segi fisiknya kupikir umur Nathan sudah menginjak sekitar 25 atau 26 tahun. Dan itu usia yang cukup matang bagi pria yang sudah ingin membangun rumah tangga.

Tapi apakah benar begitu?
Mungkin juga dia adalah seorang pria brengsek yang ingin bersenang-senang dulu dengan semua yang ia punya.

Aku menjadi sedikit lega jika mungkin memang seperti itu. Jadi ada kemungkinan bahwa aku tidak merebutnya dari siapapun.

Aku menengok kebelakang tempat Nathan sedang berbaring diranjang. Nafasnya terdengar teratur. Ia sudah tertidur pulas sejak tadi. Sekarang sudah lewat tengah malam dan aku masih saja duduk merenung dipinggir ranjang.

BIG BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang