Nasha POVMataku terus mengeluarkan air mata, menangis menatap gundukan tanah basah yang ada didepanku saatku ini. Aku yakin mataku sekarang sudah membengkak dengan parah.
Hujan turun dengan deras membasahi area pemakaman.
Orang-orang yang ikut membantu pemakaman semuanya sudah pulang sejak siang tadi.
Sekarang tinggal aku sendirian disini dan masih terus menangis karena harus ditinggalkan sendirian didunia ini.
Rasanya masih belum lama ayah meninggal dan sekarang ibu juga dipanggil oleh yang Maha Kuasa.
Ibu meninggal karena penyakit maag kronis-nya, yang muncul karena ia tidak mau makan berhari -hari karena meratapi kematian ayah yang meninggal dipabrik-tempatnya bekerja- yang tidak diketahui sebabnya.
"Ibu kenapa tinggalin Nasha sendiri?" mataku berusaha fokus menatap salib makam ibu walaupun pandanganku terasa mengabur akibat air mata.
Rasanya tidak ada yang bisa kulakukan lagi sekarang selain menangis. Meratapi nasibku yang sangat tidak beruntung. Menangis meraung-raung bagai kesetanan hingga mataku membengkak dan terasa gatal.
Hujan terasa turun semakin deras. Bahkan hujanpun menertawakan kesedihanku atau ikut merasakan kesedihanku, aku tidak tahu.
Tubuhku terasa menggigil akibat terus tersiram air hujan sejak siang tadi. Langit sudah menunjukkan warna gelap tanpa cahaya. Sekarang sudah malam dan aku masih betah duduk disini sambil menangis tanpa henti-hentinya.
Aku memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dengan air mata yang sudah habis. Mulai berdiri untuk berjalan meninggalkan tempat ini seorang diri.
Sungguh aku tak menyangka hal seperti ini akan terjadi pada diriku. Aku tak pernah berbuat dosa yang tak termaafkan sehingga Tuhan memberiku cobaan seberat ini.
-------
Aku berjalan menyusuri jalanan yang terasa sepi ini. Walaupun banyak orang yang berlalu lalang, tapi bagiku ini terasa sangat sepi.
Aku sangat sedih. Sedih karena orang yang sangat aku sayangi telah berpulang kembali menghadap Bapa disorga. Yang artinya duniaku dan dunia mereka telah berbeda.
Sedih mengetahui kenyataan bahwa aku sebenarnya bukan anak kandung dari Ayah dan ibuku. Rasanya seperti baru kemarin saja ibu menceritakan saat ia menemukanku dulu.
Tidak terasa malam sudah semakin larut. Kendaraan juga semakin terlihat sedikit yang melintas didaerah jalan yang terlihat lenggang ini.
Kenapa aku tidak ikut mati saja? Dan jika aku mati, aku akan berkumpul lagi bersama ibu dan Ayah.
Dan entah kenapa dan darimana ide itu terlintas dikepalaku. Ya, seharusnya aku menyusul ibu dan Ayah saja. Toh tidak ada yang peduli padaku bahkan paman dan bibi-saudara ibuku-saja tidak peduli padaku. Karena ibu lebih memilih menikah dengan ayah yang hanya seorang buruh di sebuah pabrik. Padahal mereka ingin ibu menikah dengan pria kaya yang telah mereka pilihkan untuk ibu.
Tapi bagaimana aku harus bunuh diri, Aku juga merasa takut.
Ah! Akhirnya pertanyaanku terjawab sudah. Aku melihat ada sorot lampu mobil yang berbelok dan akan melalui jalanan ini.
Setelah menengok kiri-kanan dan yakin tidak ada yang melihat, aku bertekad untuk menyeberang saat mobil itu semakin dekat dan membuatnya menabrak tubuhku. Lalu aku akan bertemu ayah dan ibu. Dan beres.
Mobil itu semakin mendekat, aku memantapkan hatiku untuk menyeberang dan mulai berjalan sambil menutup mata. Aku menunggu-nunggu momen saat mobil itu menghempas tubuhku. Namun, yang kurasakan hanya kekosongan, tak ada yang mengenai tubuhku.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIG Baby
RomanceSemua berawal dari perbuatan bodohku yang mencoba bunuh diri. Frustasi dengan kematian Ayah dan Ibu yang meninggalkanku sendiri. Sehingga kecelakaan itu terjadi. Kecelakaan yang hampir saja merenggut nyawa seseorang akibat perbuatan pengecutku. Memb...