Part 6 - Sweet Little Wedding

13.2K 630 1
                                    


Yeeeee....
Aku hadir lagii...

------
------

Aku menatap bayangan diriku didepan cermin. Disana tampak seorang gadis muda dengan dandanan sederhana dan wajah tertekuk. Ya, itu aku. Gadis yang telihat sedikit berbeda dari tampilan biasanya.

Hari ini seminggu sudah setelah pembicaraanku dengan paman Tio waktu itu.  Dan hari ini adalah harinya. Hari pernikahanku dengan Nathan. Aku bahkan tak pernah membayangkan akn memikah diusia muda seperti ini.

Sedikitpun tak pernah terbesit dalam pikiranku akan terjebak dalam situasi menyedihkan seperti ini. Pernikahan adalah hal terakhir yang pernah ingin aku lakukan, setidaknya diusiaku yang masih muda.

Aku tidak bisa menolak pernikahan ini. Tidak disaat mereka mengancamku untuk mengusirku dan Nathan dari daerah ini. Aku tidak ingin berpisah dari Nathan. Apalagi penyebab Nathan menjadi seperti ini adalah aku. Tidak mungkin aku melepaskan tanggung jawab itu begitu saja

Sekali lagi aku memandang kearah cermin yang berada didepanku. Gadis muda dengan gaun putih panjang mengembang dibagian bawah, ini gaun yang sederhana. Sebuah gaun pengantin lebih tepatnya. Elma sudah mendadaniku tadi. Yeah, kurasa aku terlihat cantik sekarang. Ayolah, aku memang selalu cantik.

Aku keluar dari kamarku untuk segera berangkat ke gereja. Pemberkatan nikah akan dilaksanakan di gereja.

Kami berangkat memakai mobil paman Tio. Nathan duduk disampingku, dia tampak memukau dengan setelan jas berwarna hitam, kemeja putih, serta dasi kupu-kupu yang terekat manis dilehernya. Aku tidak tahu dari mana Elma mendapatkan semua ini, aku harus berterimakasih padanya karena dialah yang mengurus semua perlengkapan ini disaat aku juga sibuk mengurus beberapa dokumen tentang identitas Nathan. Aku hanya mengira-ngira dengan semua yang harusku isi. Tentang tanggal lahirnya misalnya.

-----
-----

"Selamat ya, Sha." Elma memelukku erat sambil tersenyum bahagia.

"Terimakasih, El." Aku membalas pelukannya dengan erat seolah-oleh aku sedang mengatakan bahwa aku tidak baik-baik saja dengan semua ini.

"Hei, jangan sedih gitu. Ini hari bahagia kamu. Setidaknya tersenyumlah sedikit." Dia mengomeliku. "Kau tahu suamimu itu sangat seksi. Aku sungguh iri padamu." Goda Elma.

"Berhentilah menggodaku." Rengutku.

"Aku tahu kenapa kau merengut seperti itu."

"Apa?" Ketusku.

"Karena malam ini adalah malam pertamamu, dan akan berakhir menyedihkan. Hihihi." Elma terkikik sendiri dengan godaan tidak bermutunya itu.

"Sudahlah, El. Ayo bantu aku melepaskan gaun ini."

"Baiklah."

-------
-------

Malam terasa sangat dingin. Hujan telah berhenti meneteskan airnya. Aku benci hujan, karena hujan hanya akan mengingatkanku pada kejadian buruk pada hari itu. Hari kejadian yang sudah lebih dari dua bulan berlalu.

Café tempatku bekerja sudah tutup sekitar setengah jam yang lalu. Setelah menunggu hujan reda selama kurang lebih setengah jam akhirnya aku bisa pulang. Meski masih menyisakan gerimis, tetapi masih bisa dilewati tanpa menggunakan payung. Aku menyusuri jalanan yang lenggang sambil menunggu angkot lewat. Elma sudah pergi lebih dulu. Angkot yang melintasi jalan kerumahnya tiba saat kami sampai dipinggir jalan tadi.

BIG BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang