~ Prilly's POV ~
aku tak pernah menyangka sahabat karib ku yang sudah lama ku kenal baik bisa mengucapkan kata kata tajam untuk menghina orang lain
"Ali .. lo mau kemana?"
Ku cekal tangan pria yang sedari tadi masih berdiri mematung disampingku dan mulai beranjak pergi
Sejenak ali tersenyum, "Ali nunggu diluar aja , prilly jangan kemana mana.. disini aja"
Oh God!
Bahkan pria yang sudah dipermalukan didepan banyak orang ini masih menyempatkan diri untuk tersenyum sebelum benar benar beranjak
"Maaf ya gritte , Ali udah nge rusak mood kamu .."
Lagi lagi ali tersenyum dan membenarkan letak kacamata nya , lalu benar benar beranjak meninggalkan lingkungan pesta
"Lo liat kan Te? Dia ngga pernah marah atau ngelakuin penolakan apapun saat lo bully dia! Awalnya gue kira persahabatan kita yang udah lama ini udah bisa buat gue ngerti dan paham semua tentang lo Te"
aku menyeka air mata yang sempat menetes dari pelupuk mata ku
"Tapi gue salah! ternyata Gue belom cukup mengenal lo . Dan satu hal lagi Te , lo mesti banyak belajar buat menghargai orang lain"
Aku meraih sebungkus kado yang ku dapatkan dari dalam tas yang ku bawa
"Ini buat lo .. mungkin emang ini ngga seberapa , tapi ini gue dapetin dari hasil uang tabungan gue sama ali. Kalo lo ngga suka lo boleh buang kok"
Aku meletakkan kado yang ku bawa dimeja yang terdapat tumpukkan kado
"Gue balik Te.. sorry udah ngerusak pesta lo"
Aku tersenyum samar dan pergi meninggalkan area yang entah sejak kapan berubah menjadi sunyi ini
.
.
.
.
Aku mencari sosok yang sedari tadi membuat ku cemas.
Ku liarkan pandangan ku dari sudut ke sudut , sampai akhirnya mata ku terpaku pada seorang pria yang sedang terduduk diatas kursi putih sambil membenarkan letak kacamata nya
"Ali... " ku tepuk pelan pundak nya dan dia mulai mendongakkan kepala nya menatap ku
Dia tersenyum lagi , "kok prilly kesini? Pesta nya udah selesai ya?"
Aku hanya menggeleng dan kemudian mendaratkan pantat ku di kursi lebih tepat nya disamping ali
"Gue ga mungkin disana dan ngebiarin lo disini ... gue ngga setega itu lah Li "
"Tapi beneran deh Ali ngga papa kok"
Jawaban ali kali ini membuatku kembali menggeleng
"Ngga ada guna nya Li.. gue hampir ngga kenal sama itte yang sekarang , gue masih ngga nyangka dia bisa ngomong setajem itu"
Aku mendongak kan kepala , mencoba membendung air mata yang sudah mendesak
"Maaf Li , seharusnya gue ngga ngajak lo kesini.. gue ngga nyangka kalo semua bakal jadi gini"
"Ngga papa pril , Ali udah biasa kok"
"Gue sakit Li liat lo yang terus di hina dan direndahin sama mereka semua apalagi sama sahabat sahabat gue.. karna cuma lo yang bisa bener bener nerima gue apa adanya , bukan mereka yang selalu aja lari pas gue ada masalah"
Ali tersenyum manis menanggapi ucapan ucapan ku
"Ali akan selalu ada kalo prilly butuh"
Aku bahagia mendengar nya , aku memeluk tubuh nya dan menenggelamkan wajahku di dada bidang nya mencoba mencari ketenangan disana
Namun seperti nya dia masih diam tak bergeming . Tapi sesaat kemudian aku merasakan sebuah tangan yang melingkar dipinggang ku dan mengelus puncak kepala ku
aku semakin menenggelamkan wajah ku untuk menyembunyikan rona merah dipipi ku dan berharap ali tidak mendengarkan getaran getaran aneh dijantung ku
Dan entah mengapa sekarang aku yakin bahwa aku adalah gadis pertama yang memeluk nya selain mamah nya
****
Aku meremas boneka yang ada dipelukan ku gemas . Aku seperti ingin mengulang beberapa jam yang lalu saat ali memeluk ku dan dengan lembut pula mengelus puncak kepala ku
'Kenapa selalu saya yang kamu salahin! Kamu sendiri gimana? Kamu juga selalu sibuk sama kerjaan kamu dan lupa sama tugas kamu yang juga seorang ibu buat prilly!'
'Tapi aku kerja juga buat Prilly mas! Aku ngga mau prilly hidup dengan kekurangan'
'Memang nya dengan saya yang bekerja itu tidak cukup!'
Suara bising itu lagi!
Aku benci dengan keadaan yang selalu saja begini! Selalu saja bertengkar sekali nya mereka bertemu.. tidak adakah sambutan hangat untuk ku? Aku sudah jengah dengan situasi seperti ini
"Mah.. Pah , bisa ngga kalian ngertiin posisi prilly! Prilly kangen kalian.. prilly kangen bisa habisin waktu sama kalian! Tapi selalu aja gagal karna pertengkarn kalian! Prilly capek denger nya. "
Ku genggam erat tiang yang terjulur melingkar disisi tangga sambil berbicara sebisa mungkin tanpa meneteskan cairan bening itu
"Ngga bisa ya kalian ngga ribut kek gini? Disini masih ada Prilly mah.. pah. Apa kalian ngga mikir perasaan prilly gimana setiap denger pertengkaran kalian!"
Pertahananku gagal . Cairan bening itu lolos juga dari pelupuk mata ku
Ku lihat kedua orang tua ku masih diam tak bergeming
"Yaudah! Kalo kalian masih pengen terus kayak gini silahkan! Prilly pengen tau seberapa tega nya kalian sama prilly"
Ku hentak kan kaki ku dan melangkah kembali memasuki kamar ku
Tangisan semakin deras mengucur dari kedua mata ku. Tangan ku tak tinggal diam , aku mengobrak abrik barang yang ada dikamar ku
Deg
Deg
Deg
Ku remas dada ku karna selalu saja seperti ini saat dalam keadaan tertentu . Sakit yang menjalar semakin terasa dan membuat saraf motorik ku seperti berhenti sejenak
Sesaat setelah nya aku merasakan pasokan oksigen didalam kamar ku menipis dan membuat ku kesulitan bernafas
Ku gapai sebuah kotak berisikan beberapa pil yang selalu saja aku konsumsi
Namun saat tangan ku hendak meraih gelas berisikan air putih diatas meja , tiba tiba saja tangan ku lemas dan membuat gelas itu terhempas ke lantai
Seiring dengan roboh nya tubuh ku dan penglihatan ku yang kabur berangsur gelap
-----
Segitu dulu ya hehe.. maaf kalo lagi lagi ngga dapet feel nya plus banyak typo berceceran
Tinggalin jejak nya ya , please jangan jadi dark readers ..
~ Phiphoo
KAMU SEDANG MEMBACA
My [idiot] Boyfriend~
Fanfiction"Tuhan menciptakan sebuah kelebihan bukan untuk dihina dan diinjak injak! kalo semua kelebihan hanya untuk dihina , buat apa Tuhan harus menciptakan sebuah kelebihan!" "Tuhan memang ngga kasih kesempurnaan sama lo Ali! tapi Tuhan udah kasih satu Ke...