"Prince Gart! Oh ya ampun! Kau sungguh sangat tampan!" Teriakan Wam memecahkan keheningan--teriakan gembira yang sangat tidak tepat. Mata nya berbinar menatap Gart yang sedang duduk di kasur pasien nya.
'Bahkan lebih tampan saat pakaian nya tidak rapih seperti itu. Kyaaa!!!" Wam bergumam dengan hati nya.
Gart menatap datar semua yang ada di situ, tak mengubris jeritan Wam yang memuji nya. Menatap satu persatu orang-orang yang ada di situ, hingga akhirnya mata nya bersitatap dengan mata Lily.
"Kau." Geram nya. Mata nya menatap mata Lily penuh kebencian. "Semua karena kau!" Lanjut nya.
"Eh?" Semua yang ada di ruang kesehatan itu menoleh pada Lily--kecuali Gart. Menatap nya bingung, maksud nya apa. Tapi yang di tatap nya malah menunjukan raut wajah kebingungan.
"Hah. Sudahlah." Gael membuang nafas kasar. Kembali menatap Gart. "Dia sudah gila karena serangan ku tadi." Lanjut nya bangga, menatap Gart meremehkan.
Gart tak menjawab, dia tertunduk, tangan nya terkepal.
"Hei. Lihat dia, dia merasa tersinggung. Kalian tau, dia bilang kita lemah. Tapi kenyataan nya, dialah yang lemah." Ledek Gael dengan santai nya, dan tak menyadari sesuati yang sangat penting saat ini.
"Uhmm... Gael. Kau bisa menjauh dari sana?" Peringatan Lily membuat nya terkekeh pelan.
"Kenapa? Aku dapat mengalahkan nya untuk yang kedua kali nya." Ucap Gael bangga.
"Gael lebih baik kau--Ugh!!" Peringatan Quic tertahan. Wajah nya berubah kesakitan, diikuti yang lainnya juga.
Wajah teman-teman nya terlihat kesakitan. Lily langsung merasakan aura sihir yang sangat menekan nya, lebih dari sebelum-sebelum nya. Tiba-tiba Lily merasakan sesuatu bergejolak di dalam diri nya, sesuatu itu seperti ingin keluar dari tubuh nya sekarang juga. Lily merasakan mual dan pusing, tatapan nya kosong.
Tatapan kosong itu menatap Gart. Gart merasakan aura sihir yang sangat menekan nya, membuat nya melemahkan cordylin yang dia keluarkan dengan sihir nya yang baru saja pulih dari duel tadi.
Rasa tercekik di leher menghilang seketika. Semua teman-teman Lily segera jatuh lemas ke lantai. Nafas mereka terengah-engah. Sesuatu yang menakutkan baru saja menghampiri mereka, dan itu berasal dari Gart. Semua nya menutup mata, mencoba menormalkan tarikan nafas masing-masing.
Tatapan Lily kembali, tidak kosong seperti tadi. Rasa pusing dan mulai hilang seketika, berganti dengan rasa lelah. Mata nya masih menatap Gart yang juga sudah kembali menormalkan aura sihir nya yang sempat meluap karena kesal dengan ledekan Gael. Mata mereka masih bersitatap, tak ada aktivitas apapun beberapa detik. Hingga waktu berjalan seperti biasa.
Semua mata sudah terbuka, mencoba duduk dan memegang dada masing-masing. Gart bangun dari kasur pasien nya, berjalan lurus dan cepat kearah Lily yang masih terduduk di kasur pasien nya.
Gart mencengkeram tangan Lily dengan kasar, menarik nya turun dari kasur pasien nya dan menyeret nya keluar dari ruangan kesehatan.
"Hei! Kau! Mau kau bawa kemana dia?!" Quic berteriak kencang melihat Lily yang di seret keluar dari ruangan kesehatan.
"Bukan urusan mu!" Balas Gart dingin. Tangan nya terus mencengkeram lengan Lily yang memberontak.
Gart terus membawa Lily menjauh dari ruangan kesehatan. Melewati lorong kosong yang akhirnya keluar di taman samping sekolah itu. Di sana Gart melepaskan cengkeraman nya.
Lily memegangi tangan nya, sesekali meringis kesakitan. "Apa yang kau lakukan? Tangan ku terasa panas." Ringis Lily kesakitan memegangi pergelangan tangan nya, asap keluar dari sana. Seperti luka bakar tapi tak ada bekas nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gleam&Dreary [ON HOLD]
FantasyGleam dan Dreary Bersinar dan Suram Itu lah mereka. Dua orang yang memiliki kekuatan sihir yang sangat bertolak belakang, tapi di takdirkan bersatu untuk memenangkan sebuah peperangan. Sejarah menyimpan segala nya. Manusia menyimpan cinta dan benci...