Akademi terlihat sangat ramai pagi ini. Rasanya, semua murid datang ke gedung pembelajaran dengan wajah yang sumringah. Berbeda jauh dengan Gart, Lily, Quic, Wave, Gael, Wam, Calk dan Zey. Kedelapan penyihir muda itu terlihat berlari dengan sangat terburu-buru.
"Oh ayolah! Apakah hari ini kita harus mendatangi perpustakaan tua itu lagi?" Gael mengeluh dalam langkahnya yang cepat.
"Diamlah! Kerjaan mu hanya mengeluh saja!" Zey membalas tajam. Kadang perempuan itu suka bertanya pada dirinya sendiri, kapan dia berpisah dengan saudara bodohnya?
"Hei! Beberapa hari yang lalu kau terluka dan aku yang menjaga mu. Bisa kau lebih sopan sedikit kepada ku?"
"Ya. Hanya sedikit sopan."
"He--"
"Hentikan pertengkaran kalian! Mulai saat ini kita harus lebih serius!" Wam menengahi, lalu semua diam dan kembali berlari dalam kesunyian.
"Boleh aku menggunakan teleport? Aku lelah berlari seperti ini." Kini, Quic yang mengeluh.
"Tidak bisa. Kau harus berlari bersama kami." Wave menimpali.
Setelah kejadian beberapa saat lalu, Wave jadi lebih suka mengekor ataupun mengekang Quic. Walau sesuai penjelasan Learyn tentang kutukan sihir itu membuat Wave jadi sedikit berubah jadi lebih panik dan kekanakan. Tapi, kini walau kutukan itu sudah hilang Wave malah sering mengikuti Quic.
"Aku tak tau. Rasanya aku tak bisa lepas darinya. Ini aneh." Kata Wave saat Wam mempertanyakan masalahnya.
Quic menghela nafas. Sedangkan Wam tertawa kecil. Pemikiran penyihir perempuan itu hanya tertuju pada jatuh cinta saat melihat kelakuan Wave pada Quic. Setidaknya, Wam berharap seperti itu.
Tak lama, mereka berdelapan sampai di ujung lorong gedung, sangat gelap dan juga banyak debu, dan di situlah tempat perpustakaan tua berada.
"Bagaimana? Langsung?" Calk bertanya, matanya menatap pintu kayu di depannya yang masih tertutup rapat.
Gart mengangguk dan langsung membuka pintu kayu itu. Di dalamnya langsung nampak rak-rak buku yang sudah berjajar rapih.
Saat kedelapan penyihir itu melangkahkan kakinya ke dalam, dapat mereka rasakan lantai yang bersih tanpa debu setitik pun.
"Woa!! Bersih sekali!" Calk berucap takjub, matanya berbinar-binar senang.
"Kami yang membersihkannya saat kau tertidur." Lily menjawab.
"Ya... untungnya kami di perbolehkan menggunakan sihir." Wam ikut menimpali. "Dan sihir ku yang paling berguna."
"Tidak! Sihir mu itu malah mengacak-acakkan semuanya." Ledek Gael.
Baru saja Wam ingin membuka mulut dan membalas ledekan Gael untuknya, sudah di dahului seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik meja panjang penjaga perpustakaan. Di sanalah Learyn sudah bertopang dagu menatap ke arah kedelapan muridnya itu.
"Kenapa kalian ke sini? Bukannya hari ini bukan hari libur?" Learyn bertanya dengan nada malas.
"Sudahlah nenek tua, jangan mengada-ada. Kemarin kau dan Dughy yang menyuruh kami datang kemari." Gael menjawab dengan sangat kecang, apalagi di bagian 'nenek tua' yang langsung membuat Learyn melotot tajam.
"Dasar murid bodoh. Kau tidak sopan!" Jerit Learyn marah.
Bukannya takut, Gael malah semakin santai. Pasalnya, lelaki itu sudah tau siapa Learyn yang sebenarnya. "Terserah kau lah bitch."
Learyn semakin marah. Hampir saja sang magiclear itu mengeluarkan salah satu mantranya, Dughy sudah hinggap di pundak Learyn sebagai burung putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gleam&Dreary [ON HOLD]
FantasyGleam dan Dreary Bersinar dan Suram Itu lah mereka. Dua orang yang memiliki kekuatan sihir yang sangat bertolak belakang, tapi di takdirkan bersatu untuk memenangkan sebuah peperangan. Sejarah menyimpan segala nya. Manusia menyimpan cinta dan benci...