Chapter 18

10 0 0
                                    

Haiii... bagi yang masih nunggu cerita ku, aku lanjut lagi nih. Kayaknya bakal very very slow update. Tapi, masih tulisan on hold biar gak terlalu berharap.... hahahaha. Kayaknya aku yang terlalu berharap. Yaudah happy reading.

#####

"Huh! Apa-apaan nenek sihir tadi? Dia lebih cocok jadi penyihir jahat saja!" Keluh Gael saat lelaki itu sedang mengangkat buku-buku tebal dan berat.

"Haha. Sudahlah Gael. Ini memang salah kita." Calk yang hanya duduk saja karena keadaannya yang masih buruk terkekeh pelan mendengar keluhan dari temannya itu.

"Fuh! Kau sih enak-enak saja duduk di sana! Kau lihat aku, aku membawa buku-buku tebal!" Gael terus saja menggerutu.

"Hei nak! Jangan berteriak di dalam perpustakaan!" Dughy berteriak di tempat jaganya sembari memeriksa buku-buku lain.

"Huh. Kau juga berteriak Pak tua." Gerutu Gael pelan, setelah itu lelaki itu menghilang di balik rak-rak buku yang sangat besar dan tinggi menjulang.

Di tempatnya, Calk hanya menatap nanar ke arah lantai kusam perpustakaan tua sekolahnya. Berkali-kali lelaki itu menghela nafas lelah. Ingin rasanya Calk kembali ke pertempuran antara dirinya dan Almyt, dan mengalahkan perempuan berambut hitam itu dengan kekuatannya.

Tapi, apa daya? Kini Calk hanya harus sembuh dan kembali berlatih dengan sangat tekun untuk menjadi lebih kuat lagi.

Di bagian ujung rak buku yang lain, Zey dan Wam sedang menyusun buku-buku yang tadinya berserakan di lantai. Perpustakaan ini benar-benar sudah sangat tua dan tak terawat.

"Huh? Ku harap kita tak pernah berada di sana." Keluh Wam sembari memasukkan buku tebal ke dalam rak bukunya.

"Jangan berkata seperti itu. Kita semua di sini karena keinginan kita juga kan?" Zey menanggapi dengan datar. Perempuan itu sedang membereskan buku-buku yang berserakan di lantai.

"Aku ingin berada di sana karena kemauan ku, itu iya. Tapi, jika di hukum di sini, tidak sama sekali." Lagi, Wam masih dalam pendiriannya dan kembali merengek seperti bocah kecil.

"Sudahlah. Jangan banyak bicara dan selesaikan hukuman ini. Nanti kau akan di marahi oleh perjaga perpustakaan itu."

"Percuma saja, hukuman ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat Zey. Tempat ini terlalu berantakan."

"Yasudahlah, kerjakan saja."

"Baiklah.." Wam menghela nafas sebal.

Tak jauh dari ke dua penyihir perempuan itu, percakapan yang yak kalah seru terdengar dari Quic dan Gart yang sedang membawa buku yang bertumpuk-tumpuk.

"Kau kemana?" Pertanyaan Gart yang tak masuk akan membuat Quic mengerutkan keningnya.

"Ke mana apa maksud mu?" Quic balas bertanya.

"Saat ledakan dan musuh datang." Tanpa basa basi Gart segera menjawab pertanyaan Quic yang lebih terlihat seperti sebuah pengelakan.

"Kau bertanya apa sih? Tentu saja aku ada di sana. Rasa nya masih sakit punggung ku saat menabrak batang pohon besar itu." Quic menjawab dengan santai, malah ada sedikit kekehan pelan setelah ucapannya.

"Kenapa aku tak melihat mu di mana-mana?"

"Tentu saja karena kabut ilusi itu. Aku juga tak bisa melihat teman-teman yang lain."

"Tapi, kenapa kau tiba-tiba muncul di hadapan ku?"

"Oh... saat itu aku menggunakan sihir ku, dan muncul lah aku di tempat ku. Saat aku melihat kau seperti ingin terjatuh, aku segera menghampiri mu."

Gleam&Dreary [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang