Maaf...

338 37 5
                                    


'Jika kau benar mencintainya, maka ungkapkanlah. Sebelum semuanya terlambat'

●○●

«MAAF»

AKU

"Chan, bangun yuk! Kita harus siap-siap untuk balik nih. Ayo bangun dulu!" Vita menepuk-nepuk Chana, agar Chana terbangun.

Tak lama, Chana membuka matanya perlahan.

"Vit..." guman Chana.

"Ya Chan? Kenapa?" Vita mengernyitkan keningnya.

"Gue...gue nunggu di dalem aja boleh gak? Gue takut ... ketemu Nico." Ujar Chana terbata-bata.

"Chan... lo jangan gini terus dong. Biar gimana pun juga, Nico kan sahabat lo!" Ucap Vita lirih.

"Tapi Vit, gue gak bisa. Gue terlalu takut." Tanpa Chana sadari, ia meneteskan air matanya.

"Sssttt.... please jangan nangis, Chan. Lo kok jadi gini sih, gue sebelumnya gak pernah liat lo kayak gini." Vita mengusap air mata Chana. Vita merasa hatinya sangat perih melihat sahabatnya seperti ini.

"Gue juga gak tau kenapa gue jadi kayak gini. Tapi gue gak sanggup. Gue takut, Vit!" Saat ini Chana meneteskan matanya lebih dan lebih lagi.

Vita segera memeluk Chana.

"Ssstttt... dah jangan nangis. Ok, lo tunggu disini aja. Nanti gue bilang ke Bu Badai, lo lagi gak enak badan. Terus pas pulang lo naik mobil guru aja ya!"Vita mengucapkan kalimatnya dengan sepenuh hati. Chana membalasnya dengan anggukan kecil.

"Gue mau keluar dulu deh, Chan. Kan mau perpisahan!" Perkataan Vita, dibalas dengan anggukan Chana.

Vita melangkahkan kakinya keluar tenda. Saat ini Chana hanya terdiam, sambil mengingat kejadian semalam yang membuat hatinya sangat perih.

"Aku tau, Nic... gak seharusnya aku punya perasaan kayak gini..." Ucap Chana lirih sembari meneteskan air matanya lagi.

***

Vita

Gue kasihan banget liat Chana kayak gini. Gue gak sanggup liat dia yang sesedih itu. Dia jarang banget kayak gini. Terakhir gue ngeliat dia kayak gini sekitar 2 tahun yang lalu. Sahabatnya dari kecil, Denia... meninggal. Disitu dia ngerasa kehilangan banget. Sampai akhirnya dia berhenti sedih, karena seorang pria. Yup! Nico. Sebenarnya mereka tidak dekat saat itu. Mereka hanya teman yang berbeda kelas, tetapi sering chat. Dan akhirnya mereka mulai berteman. Hingga akhirnya saat 1 SMA, mereka satu sekolah lagi. Mereka bertemu Rival dan menjadi tiga sahabat yang tak pernah terpisahkan. Tapi siapa yang tau, kalau Chana sebenarnya sudah menyimpan perasaan pada Nico, cukup lama. Lebih tepatnya dari SD.

Gue tau semuanya, karena gue adalah sahabat Chana yang selalu menjadi tempat curhat untuknya.

Ok balik lagi ke masalah saat ini.
Justru saat ini, Chana menjadi seperti ini karena orang yang dulu menyemangatinya. Menyemangati Chana ketika Denia meniggal.

Ok. Mungkin gue harus ngomongin semuanya ke Nico.

Trap...trap...trap....

Gue berjalan menuju tempat perpisahan diadakan. Semuanya sudah berkumpul disana.
Ada Nico dan Rival juga disana.

"Mungkin ini saatnya." Guman gue.

Keputusan gue sudah bulat. Gue bakal omongin semuanya ke Nico dan Rival, agar semuanya selesai. Kenapa Rival juga? Ya menurut gue, mungkin kalau Nico gagal membuat Chana kembali, setidaknya masih ada stock cadangan :D.

Me And YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang