Awal Bukan Akhir

387 19 2
                                    


Tok! Tok! Tok!

Chana mengetuk pintu rumahnya berkali-kali.

Ceklek.

Pintu itu terbuka dan menampilkan wajah sumringah Vita. Cengiran lebarnya menghias wajahnya yang kini mulai dipoles dengan bedak dan beberapa make up lainnya. Dia sekarang sudah dewasa, pandai berdandan.

"Hai. Lo disini, Vit?" Tanya Chana dengan nada suara yang dibuat setenang mungkin, walau kesedihan tetap tidak bisa disembunyikan.

"Iya. Ayo masuk, Chan. Yang lain pada ngumpul di dalem, gue daritadi nungguin lo tau, kemana aja sih?" Vita menarik tangan Chana ke dalam rumah dengan riang. Chana hanya bisa mengernyitkan keningnya bingung melihat tingkah Vita. Selagi berjalan, Vita terlihat riang sekali.

"Tadaaaa!!!! Chana udah sampai!!" Sorak Vita saat ia dan Chana tiba di ruang makan. Mendegar suara Vita yang menggelegar, semua yang berada disana langsung memfokuskan pandangannya kepada Chana.

"Darimana aja lo, Chan?" Tanya Nico sambil melirik Chana dari atas sampai bawah.

Chana tak menggubrisnya, ia malah menempati salah satu bangku di meja makan besar tersebut.

"Dari bukit" setelahnya Chana baru menjawab. "Ada acara apa nih, kok banyak banget makanannya. Lo yang masak, Kak?" Chana melirik ke arah makanan-makanan di depannya, kemudian melirik Valko.

"Lo pikir siapa lagi, Vita? Cih... bisa pedes rasanya, sama kayak omongannya dia pas lagi nanganin khasus kejahatan orang-orang!" Sontak seisi meja tertawa mendengar hal itu. Vita memang sangat galak kepada orang yang menjadi tersangka kejahatan. Tak ada ampun untuk orang itu, sebelum ia berkata JUJUR!

"Kampret banget! Aslinya gue bisa masak tau. Lo semua aja pada gak tau!" Cibir Vita sambil menyuapkan sepotong daging teriyaki ke dalam mulutnya. "Hmmm enak" Gumamnya.

"Kapan-kapan masakin kita dong, Vit kalo gitu!" Tantang Nasya yang berada di ujung meja makan.

"Gampang, Nas! Lo calling aja ntar. Telfon ke nomor di bawah sini" Vita menunjukkan tangannya ke arah bawah, layaknya bintang iklan di televisi.

"Korban iklan!!" Sorak semua dengan kompak.

Sejenak, Chana merasakan kesedihannya mulai berkurang. Ini semua karena teman-teman dan kakak-kakaknya.

"Guys, thanks ya!" Ucap Chana sungguh-sungguh.

Semua mata langsung tertuju pada Chana. "Untuk?" Tanya mereka kompak.

"Hahaha!! Kompak banget sih! Alay tau nggak?" Gurau Chana sambil tertawa geli.

"Ya udah. Jangan kompak ya, gue dulu yang ngomong" Rully mewanti-wanti semuanya. Kemudian ia berkata "Untuk?" Setelahnya Natasha, lalu Nasya, Nico, Vita, dan Valko.

"Hahahaha!!! Itu jauh lebih alay sih. Sumpah, kalian udah pada tua, jangan alay ah" Tawa Chana pecah seketika, bersamaan dengan cibiran dari teman-temannya.

"Untuk?" Tawanya  terhenti seketika saat mendengar sebuah suara lagi. Tubuhnya mendadak kaku dan menegang. Suara itu sangat familiar.

'Suara itu? Gue kenal. Gue tau itu... dia...'

"Sorry lama. Habis panggilan alam!" Seseorang berjalan melewati Chana, kemudian duduk di bangku yang berseberangan dengan Chana.

Detik itu juga, seluruh tawa yang tadi dikeluarkannya, ingin ia ganti dengan air mata. Kata-kata yang baru saja ingin diucapkannya, seperti tertahan di ujung lidah, kemudian meluap begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me And YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang