PART : 01

1.5K 90 2
                                    

Victoria Side :

Setelah hari pertunanganku telah dilangsungkan, aku kembali pada aktivitasku seperti semula. Yap aku bekerja didepan kamera lagi, meski baru selesai melaksanakan acara super mewah kemarin, aku tetap tidak boleh untuk langsung membatalkan jadwalku yang sempat keteteran karena mempersiapkan hari bodoh itu.

"Kau tidak lelah apa? Baru kemarin kau melangsungkan acara yang begitu mewah itu?" Para stylist yang mendadaniku mulai bertanya-tanya seperti wartawan saja, hahhh bosanya jika harus menceritakan pesta pertunangan sandiwara itu.

"Jangan banyak bertanya, selesaikan saja tugas kalian " jawabku dengan nada sedatar mungkin, untuk membuat mereka diam dan mengerti jika aku tidak ingin membahasnya.

"Hai sayang..!! Selamat ya atas PER.TU.NANGAN.MU itu" Sebuket bunga kuterima ketika aku habis melakukan sesi pemotretan. Wanita ini l, aku ingin sekali menelanya hidup-hidup, dia hilang ketika aku benar-benar membutuhkanya.

"Kyaakk, kau sebagai manager kenapa tidak ada disampingku, disaat hari terpentingku?" Aku sedikit membentaknya dan memukulkan buket bunga pemberianya ke punggung wanita yang tak lain adalah managerku sendiri.

"Im sorry babe, hahaha..aku sudah bilangkan bahwa aku pergi ke swiss untuk berlibur honeymoon dengan suamiku, lagipula kau memilih tanggal yang tidak tepat dengan jadwalku" Cerocosnya tanpa memberikan jeda sedikitpun dengan penjelasanya.

"Lagian sekarang aku seperti mengurus dua bayi besar yang tidak bisa ditinggalkan, yaitu KAU dan SUAMIKU..hahaha" Candanya

Benar-benar membuatku kesal, tapi bukan lah kesal seperti ingin mengacuhkanya ataupun memecatnya,aku hanya tidak bisa jika dia terlalu asyik bercanda dan tidak menghiraukan kekesalanku, dia manager dan sekaligus teman yang sangat dekat denganku..

•••••••••••

Nickhun Side :

Map-map ini membuatku gila, hanya sehari kutinggalkan untuk acara pertunangan itu, dia sudah menumpuk saja seperti cucian kotor.

"Jisoo bisakah kau masuk keruanganku" pintaku pada sekertaris pribadiku.

Tak lama ada ketukan pintu dari luar yang mengisyaratkan meminta izinku untuk masuk kedalam ruangan ini.

"Masuk"

Itu Jisoo, sekertaris pribadiku, dalam perusahaan ini aku hanya mengenal baik Jisoo dan juga pak Kim supir pribadiku, selebihnya hanyalah manusia asing yang tidak kumengerti. Mungkin kebanyakan seorang CEO pasti memiliki sekertaris cantik dengan tampang yang menarik, tapi aku menilai wanita terlalu berbahaya bila jadi sekertarisku, tentu karena aku merasa tampan,kaya,dan juga berpengaruh pada perusahaan ini. Mungkin wanita-wanita itu akan cari cara bagaimana menjebakku jatuh dalam pelukan mereka,hehh tidak akan, untuk itu aku memilih laki-laki untuk sekaligus kujadikan teman baikku.

"Apa saja jadwalku seminggu ini?" Jisoo terlihat membuka tab miliknya dan menyerahkanya padaku

"Itu jadwal yang sudah saya rincikan untuk seminggu kedepan, besok Anda akan ada metting dengan klien kita dari Jerman,lusa Anda akan ada perjamuan makan malam bersama para investor. .

Bla bla bla bla..aku hanya mendegarkan sekilas-sekilas penjelasan Jisoo, dan kemudian aku mengembalikan tabnya dan menyuruhnya untuk kembali bekerja setelah mendapatkan jawabanku. Ini akan menjadi minggu-minggu yang melelahkan, meskipun begitu aku senang jika aku akan sibuk tanpa harus ada terganggu dengan wanita yang baru saja bertunangan dengaku.

••••••••••

Author Side :

Disisi lain dari dunia hiruk pikuk Nickhun dan Victoria.

Ada seorang gadis yang tengah berdiri didepan cermin kamarnya dengan pakaian minidress brokat selutut dan juga make up yang tidak terlalu mencolok, rambut ikal yang digerai indah, kemudian mata coklat yang begitu menawan tubuh ramping yang dipuja semua laki-laki dan juga perempuan yang pasti ingin memiliki tubuh seperti itu. Kulit beningnya juga tak kalah dari Victoria, model papan atas negeri ginseng tersebut.

"TIFFANY....." Suara paruh baya itu menggelegar kesetiap sudut ruangan dan menembus dinding tebal kamar gadis yang bernama Tiffany itu,dia sosok gadis yang begitu lembut dan juga terlihat penyayang terlihat dari sorot matanya yang penuh keceriaan

"Iya Nenek, sebentar.." Teriaknya untuk menandakan bahwa ia tengah bersiap-siap. Dengan cepat Tiffany menata kembali isi tasnya dan kemudian menarik koper PINK nya dan berjalan keluar kamarnya. seketika pintu kamar Tiffany tertutup dengan sempurna dan menyisakan pemandangan kamar Tiffany yang kosong, terlihat kamar ini begitu kental dengan nuansa warna merah muda di setiap dekorasi kamarnya, kamar yang bagus dan penataan ruang yang indah, di salah satu sudut dinding kamarnya terlihat foto-foto yang menggantungkan masa kecil Tiffany hanya bersama seorang wanita paruh baya, tanpa orangtua ataupun saudara, hanya dia dan wanita tua.

"Lama sekali berdandanya..kau bisa ketinggalan pesawatmu Tiffany.."

"Maaf nek, lain kali aku akan bangun lebih pagi.." Tuturnya dengan sapaan pelukan hangat di leher neneknya.

"Sudah sana pergi, jangan bergelayut seperti anak kecil lagi.." Tiffany kemudian melepaskan pelukanya dan mencium kening neneknya.

"Aku akan pergi nenek, ini akan jadi liburan terpanjangku dan juga misiku untuk mencari tahu apakah aku masih bisa bertemu keluargaku.."

Wanita paruh baya itu kemudian mengelus puncak kepala Tiffany dengan kasih sayangnya,dengan berat hati ia mengizinkan Tiffany untuk pergi mencari keluarganya yang telah lama tak dijumpainya, benar Tiffany bukanlah anak dari keluarga ini, nenek Tiffany yang sekarang juga bukan nenek kandungnya, dia hadir dikeluarga ini karena wanita paruh baya ini mengajak Tiffany sang gadis kecil yang berusiatiga tahun saat itu untuk tinggal bersamanya di swiss. Karena nenek ini juga baru kehilangan anak semata wayangnya serta menantu dan cucu perempuanya.

Karena tragedi pesawat jatuh 20 tahun yang lalu saat Haewon wanita paruh baya itu datang berkunjung ke korea untuk acara amal perusahaanya, dia melihat Tiffany kecil yang menangis, merasa senasib dengan Tiffany, Haewon yang juga tinggal sendirian memutuskan untuk mengadopsi tiffany sebagai cucunya, 20 tahun hidup di swiss Tiffany tampak bahagia, dia membuat hidup Haewon begitu bahagia dan kembali berwarna,Tiffany kemudian menjadi bagian keluarga Haewon sejak saat itu, dan sekaligus menjadikanya pewaris tunggal kerajaan bisnis neneknya yang memiliki hotel berbintang, pusat perbelanjaan, dan juga resot-resot mewah di beberapa negara tentunya juga dikorea negeri asal Tiffany.

"Pergilah, tapi jangan terlalu lama Tiffany dan jangan pernah tidak mengubungiku " pinta Haewon

"Baiklah nek, aku akan pergi sekarang.." Tiffany menarik kopernya dan diiringi dengan Haewon yang terus memegang tangan Tiffany dengan kasih sayang.

"Ini zyn.." Tiffany memberikan kopernya pada supir yang akan membawanya ke bandara dan lalu memeluk neneknya sebelum berpisah untuk sementara waktu.

"Bisakah kau tidak hanya berlibur, dan menjalankan usaha kita disana?" Tanya pelan haewon ketika Tiffany melepaskan pelukanya.

"Baiklah.." jawab Tiffany dengan memutarkan kedua matanya, seperti dugaanya neneknya ini akan terus menyurhnya untuk bekerja dan bukan liburan.

"Aku pergi," Tiffany kemudian berjalan masuk kedalam mobil dan melambaikan tangan pada sang nenek yang melihat kepergianya dari depan pintu rumah mereka.

"Cepat kembali..." lirih Haewon dengan menitikan air mata dipipi tuanya.

"Maafkan aku nek, aku akan cepat kembali.." Tiffany pun juga menitikan air matanya ketika pandangan nya tak menemukan sosok neneknya lagi.

.
.
.

She Got My Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang