Keputusan

218 17 1
                                    

"Kau merindukan genggaman tanganku kan, Baby ?"

Tauriel memandang lelaki disampingnya itu malas. Peri lelaki yang sekarang mulai kembali bersikap menyebalkan, tapi tak bisa dipungkiri Demon lebih menyenangkan jika seperti ini.

"Oh Dewi, bisakah kalian tidak begitu di hadapanku." Ketus Tyler yang berjalan di belakang mereka.

Demon melirik sepupu kekasihnya itu, sudut bibirnya terangkat naik membentuk seringaian. "Kau iri, sepupu ?" Lalu beralih memandang Ayrin, "Berikan dia pengertian barbie."

"Siapa yang kau sebut barbie hah?" Jawab Tyler ketus, "Dan ingat aku bukan sepupumu."

Demon tertawa kecil, "Baiklah sepupu. Kau ternyata sama menyebalkan dengan Tauriel."

Tauriel memandang lelaki disampingnya itu tajam, "Aku menyebalkan katamu?"

"Yap."

"Lepaskan tanganku, Cemon!" Perintah wanita itu seraya menghentakkan keras tangan mereka yang terpaut. Bukannya meminta maaf Demon malah tertawa kecil melihat wajah kesal dari putri kerajaan Bands itu.

"Oh Dewi. Kau lucu sekali."

Hentakkan tangan itu terhenti, ia memandang lelaki itu dengan tajam lagi. Dan sialnya, seringaian di wajah lelaki itu semakin bertambah jelas.

"Tapi ketika kau marah itu akan menambah keriput di wajahmu. Kau tahukan kita bukan makhluk abadi seperti werewolf atau vampire ?" Tanya Demon, "Dan itu akan membuat kau tidak lucu lagi dan------menua."

"Apa?!" Tauriel membelalak.

Demon tersenyum lebar, "Aku baru saja memberitahumu untuk tidak marah, Mrs. Forbes."

Tauriel memutar bola matanya, di ikuti Tyler yang memandang lelaki itu dengan tatapan membunuh berbanding terbalik dengan Ayrin yang malah tertawa.

"Sepertinya kita sudah sampai di unicorn castle."

Sesaat mereka terpaku, unicorn castle adalah surga untuk para pecinta kuda berambut lebat dan bertanduk satu. Semua para peri mulai meramaikan lapangan yang dihuni ratusan unicorn, Demon menarik pelan Tauriel. Mengajaknya mendekat ke seekor unicorn berwarna ungu lembut.

"Kau suka dengan unicorn berwarna ungu soft-kan, Baby?"

Tauriel menatap Demon bingung, "Kau penguntit?"

"Mungkin juga." Lelaki itu tersenyum, "Tapi aku lebih senang disebut sebagai kekasih yang pengertian."

"Kita bukan---"

Demon menggeleng tegas, menangkup kedua pipi wanita itu. Menatap mata hijau itu lekat.

"Kita kekasih, Baby. Kau dan aku." Ucapnya serius. Tidak ada lagi wajah bercanda yang ia tampakkan. "Aku mencintaimu, kau mengerti ?"

Tauriel mengangguk ragu, ia terhipnotis dengan pesona lelaki didepannya.

"Oh Dewi. Mereka lucu sekali."

Ayrin dan Tyler tersenyum bahagia melihat kedua teman mereka yang tertusuk panah Dewa Cinta (cupid), walau Tyler masih agak kesal dengan lelaki itu yang dengan seenaknya memarahi sepupu kesayangannya hanya karena kesalah pahaman.

"Eh---Aku---"

"Dia lucu sekali, bukan begitu barbie?"

Ayrin mengangguk.

"Kenapa kau selalu memanggil kekasihku dengan sebutan barbie hah?" Tyler menatap Demon tajam.

Demon tersenyum, "Karena kekasihmu ini begitu cantik, Sepupu. Jangan cemburu padaku."

"Aku tidak cemburu, Demon."

"Oh ya?" ucap Demon menantang, "Tenang saja, Sepupu. Aku sudah puas dengan wanita ini, dia benar-benar---Ugh!"

"Apa?!" Ucap Tyler dan Ayrin bersamaan sedangkan Tauriel membelalak mendengar pernyataan yang terlontar dari bibir lelaki itu.

"Kalian ?" Ucap Ayrin lagi.

Tauriel menggeleng, "Tidak.Tidak sama sekali." Lalu beralih memandang lelaki disampingnya, "Jangan berkata yang tidak-tidak, sialan!"

"Memangnya aku berkata apa?" Tanya Demon tak berdosa.

"Kau!" Ucap Tauriel geram, "Lepaskan tanganku!"

"knok-knok." Demon menggeleng.
Tauriel mendengus. Ia tak berkutik lagi, pikirannya mulai bertanya-tanya kenapa ia bisa mencintai lelaki se-absurd Demon Lockwood.

"Lebih baik kita beristirahat sekarang."

Demon dan Tauriel mengangguk lalu mengikuti Tyler dan Ayrin yang sudah lebih dulu duduk di bawah pohon rindang yang berkilau. Lelaki berambut hitam itu duduk santai disamping kekasihnya, pandanganya menyusuri hamparan unicorn castle sebelum akhirnya terhenti pada segerombolan peri. Ia menyipitkan matanya, lelaki itu ada disana. Lelaki berambut keperakan yang terlihat melamun. Demon bangkit membuat ketiga peri lainnya menatapnya bingung.

"Aku pergi sebentar."

"Kemana?" tanya Ayrin.

Demon menoleh dan tersenyum, "Aku ingin berkeliling sebentar, tidak apa-apa bukan?"

Tyler dan Ayrin mengangguk.

"Jangan khawatir, Baby. Aku hanya pergi sebentar." Lanjut lelaki itu lagi sembari menatap lekat Tauriel.

"Aku tak peduli, Demon."

Demon tersenyum dan langsung meninggalkan ketiga peri lainnya itu di bawah pohon.

"Kau peduli, Tauriel." Ucap Ayrin.
"Hah?"

Ayrin tersenyum licik, "Kau peduli. Terlihat jelas dari caramu memperhatikan punggungnya."

Tauriel terdiam. Ia tak membantah karena sahabatnya benar, ia peduli. Peduli pada lelaki yang telah membawa separuh hatinya.

-------

"Tunggu, Aldric! Jangan menghindar."

Demon menangkap tangan lelaki itu sigap. Semenjak kemarin, Aldric terus menjauhinya. Aldric melepas tangan Demon dan berdiri disamping lelaki itu.

"Aku sudah membuat keputusan."

"Aku sudah tahu keputusanmu, little boy." sahut Aldric ketus.

Demon menghela nafas, "Tidak, Aldric. Kau tak tahu."

"Aku tahu keputusanmu untuk mengakhiri semua ini! Persetan kau dan segala cinta butamu itu!"

"Aldric," Panggil Demon, lembut. "Aku sudah memikirkan segalanya."

Aldric menghela nafas.

"Aku akan melanjutkan rencana kita."

Aldric terkesiap, "Apa?!"

"Aku akan melanjutkan semua misi yang telah kita bangun."

"Kau bercanda!" Aldric menggeleng.

"Tidak, Dric. Tapi aku ingin gadis itu dikeluarkan dari misi kita."

Aldric nampak berpikir, ia tak menyangka Demon akan memperjuangkan wanita itu sedemikian rupa.

"Baiklah." Aldric mengangguk, "Tapi aku akan memberitahumu suatu hal."

Lelaki itu mendekat ke arah Demon dan membisikkan sesuati tepat ditelinganya, "Ia mungkin akan membencimu seumur hidup setelah misi itu."

~~~~~~~~~

Aldric sama Demon kalian ngerencanain apa sih ?

xoxo! Vomments!

TaurielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang