Penawaran

228 18 0
                                    

Tauriel Forbes tiba-tiba saja mematung saat menyadari anak panah itu hampir saja mengenai dirinya. Ia berbalik dan kembali mendapati lelaki yang sama. Lelaki yang selalu mencoba membunuhnya dengan anak panah.

"Kau terkejut, Baby." Ucap Demon tak berdosa. Seolah ia tak pernah melakukan apapun. Tauriel menghela nafas lelah, tak memperdulikan lelaki yang sekarang sudah duduk manis diakar pohon. Ia kembali mengambil anak panah dari punggungnya, mengangkat busurnya setinggi wajah dan melepaskannya keudara. Tak sampai sedetik, panah itu sudah tertancap rapi dibidikannya.

"Bagus sekali." Ucap lelaki itu lagi seraya menepuk-nepuk kedua tangannya tapi Tauriel tetap saja tak menggubris lelaki itu.

"Mana Ayrin ?"

Melihat Tauriel tetap membisu membuat Demon sedikit kesal. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan berdiri tepat didepan Tauriel.

"Minggir atau anak panah ini akan menembus tempurung kepalamu."

Demon tersenyum, "Silahkan saja. Aku tentu yakin, kau takkan menyakiti kekasih terbaikmu ini."

Tauriel memandang Demon malas, ia kembali mengangkat busurnya. "Min-ggi-r"

"Knok-knok." Sahut Demon. Kepalanya menggeleng, menandakan ia tak mau beralih sedikitpun dari tempatnya.

Tauriel geram, ia benar-benar tak percaya ada seorang lelaki di dunia ini yang seperti Demon. Wanita itu menghela nafas lelah dan menurunkan busurnya.

"Aku benarkan, Baby ?"
Satu sudut bibir lelaki itu terangkat, membentuk seringaian yang harus Tauriel akui menggoda. Memberikan kesan maskulin pada diri lelaki itu.

"Carilah wanita lain untuk diganggu, Demon." Ucap Tauriel frustasi.

Demon mengedipkan matanya, "Aku hanya ingin dirimu, Baby. Tak bisakah ?"

"Tidak. Aku sibuk. Dah." Tauriel segera mengambil langkah lebar menjauhi tempat itu.

"Tunggu!"

Tauriel tetap berjalan.

"Tauriel Forbes! Aku bilang tunggu."

Dan Tauriel akhirnya berhenti. ia memutar kepalanya kebelakang, dan memandang lelaki itu penuh tanya.

"Bagaimana kalau kita melakukan penawaran ?"

"Apa ?"

Demon tersenyum, melangkah pelan ke arah Tauriel. "Penawaran."

Tubuh Tauriel berbalik sepenuhnya. Sekarang ia berhadapan dengan wajah Demon. "Penawaran seperti apa?"

"Mengingat kemampuan panahmu yang sedikit payah."

"Hei kau!"

Lelaki itu terkekeh, "Tenang, Baby. Aku menawarkan menjadi pelatih panahmu sampai kau benar-benar lihai."

Tauriel terdiam. Demon memang sangat pandai memanah. Semuanya terbukti saat ia selalu berhasil membuat panah itu tak mengenai dirinya dan melesat sempurna hingga kebidikan. Dan dari sikap tenang Demon saat memanah sama seperti sikap Dazt.

"Lalu ?"

"Kau akan menemaniku keliling hutan Mangma. Menunjukkanku semua hal yang menarik di hutan ini."

Alis Tauriel mengerenyit, "Apa kau serius ?"

"Tentu saja. Aku tak akan lama di sini, Mrs. Forbes. Secepatnya aku akan kembali Pneus. Ya, setelah urusanku selesai dan kau sudah mahir memanah. Jadi aku perlu seseorang yang bisa mengajakku berkeliling Mangma sebelum aku pergi."

TaurielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang