Pesta Tyler

335 24 0
                                    

Harum perpaduan bunga melati dan mawar menyeruak. Memberi kedamaian pada siapapun yang menghirupnya. Alunan musik jazzy yang lembut terdengar hingga kesudut ruangan. Para peri berdatangan dengan gaun serta tuxedo yang menawan. Tauriel baru saja sampai di rumah Tyler Forbes, anak dari Daztileno Forbes ; pamannya. Wanita itu mengumpat dalam hati, seandainya saja Tyler bukanlah keponakan kesayangan Thranduil, ia tidak akan kesini untuk menghadiri pesta yang mengharuskan wanita itu menggunakan gaun. Tangannya terus mengenggam erat wanita rupawan disampingnya. Wanita rupawan dengan rambut keperakan yang lurus sempurna, mata hijau yang sama dengan mata peri hutan pada umumnya dan yang paling menarik perhatian bibirnya yang mungil dan pipinya yang selalu merona.

"Ayrin! Tauriel!"
Sesosok peri lelaki berlari ke arah mereka, lelaki dengan tuxedo berwarna biru tua sangat kontras dengan rambut panjangnya yang coklat keemasan. Tyler berhenti didepan kedua wanita itu, mengamati mereka berdua dari atas sampai bawah.

"Selamat ulang tahun, Tyler!" Ayrin menyalami Tyler, senyum diwajah mereka berkembang membuat Tauriel hampir saja muntah dibuatnya. Ia benci adegan percintaan telenovela.

"Suatu kehormatan kau menghadiri pestaku, putri Tauriel."

Wanita itu memutar bola mata jengah, "Berhentilah berbasa-basi, Tyler. Kau pasti suka aku tersiksa dengan gaun ini, bukan?"

"Sebenarnya aku lebih suka kalau kau menggunakan gaun yang lebih berat."

"Sialan kau!" Umpat Tauriel. Wanita itu mengejar Tyler yang sudah lebih dulu berlari, meninggalkan Ayrin didepan pintu. Tyler dan Tauriel memang tidak pernah terlihat akur, walau sebenarnya semua orang tahu mereka saling menyayangi.

"Tyler, berhenti kau!" Satu lagi teriakan dari bibir wanita berambut merah tembaga itu. Langkahnya semakin cepat, berusaha menggapai punggung lelaki bertuxedo biru tua yang ada didepannya.

"Tyl-----"
Teriakan itu terhenti seiringan dengan suara benda jatuh dan gaun merahmuda Tauriel yang basah terkena tumpahan minuman. Dia memandang kesal lelaki yang ikut terjatuh didepannya.

"Kau!" Ucap Tauriel geram saat matanya berhasil melihat wajah lelaki itu yang sebelumnya tertutup oleh rambut hitamnya. Tauriel bangkit, membersihkan debu imajiner di gaunnya dan menarik nafas panjang.

"Kau orang Pneus yang ingin mati di tanah Mangma rupanya."
Lelaki itu tersenyum manis, mata hijaunya berbinar dan hal itu membuat kekesalan di hati Tauriel memuncak.

"Kau putri cantik dari tanah Mangma rupanya."

"Hah ?"

Senyum di wajah lelaki itu semakin lebar, "Tidak ada pengulangan kata, Baby."

Wanita itu tersentak. Lelaki ini gila! Tidak ada lelaki di hutan Mangma yang berani menggodanya, dan lelaki yang baru saja datang dari hutan antah berantah ini membuat kesalahan yang cukup fatal untuk bermasalah dengan seseorang seperti Tauriel.

"Ada apa ini ?" Ayrin menghampiri Tauriel dan lelaki itu. Menatap kedua peri didepannya bergantian.

"Kau pasti Ayrin Hanz bukan ?" tanya lelaki itu ramah. Alisnya mengerenyit baru saja ia hendak berbicara tapi lelaki itu kembali bersuara, "Reven sudah berkisah banyak tentang hutan Mangma."

"Oh. Jadi kau sepupu Reven ?"

Tauriel mendengus, "Kau tentu sudah tahu dia, Ayrin. Berhentilah berpura-pura."

Ayrin beralih memandang wanita di depannya yang sekarang bersedekap dada. "Ada apa dengamu, Tauriel ?"

"Aku ?" Tauriel menunjuk dirinya sendiri. "Seharusnya kau bertanya pada orang Pneus yang tidak tahu sopan santun ini "

Wanita berambut perak itu beralih memandang sepupu Reven itu. Senyum di bibir lelaki itu semakin berkembang.
"Terimakasih atas pujiannya, Baby."

Tauriel menghela nafas lelah, ia mengamit tangan sahabatnya dan mulai beranjak pergi dari tempat itu."Dia benar-benar sudah gila."

"Sebentar." Ayrin memberhentikan langkahnya membuat seseorang di depannya juga terpaksa berhenti.

"Ada apa ?" Tauriel berbalik, satu alisnya terangkat.

"Kenapa dia bisa memanggilmu 'Baby' ?"

"Oh, ayolah Ayrin. Dia itu gila!"

Ayrin menyipitkan matanya, memandang wajah sahabatnya itu intens. "Aku curiga," Ayrin mengelus-elus dagunya "Jangan-jangan kalian sudah pernah kenal sebelumnya."

Tauriel menggeleng cepat, "Tidak. Aku bahkan tidak ingin mengenalnya sekarang, nanti atau kapanpun itu."

"Benarkah ?" Tauriel dan Ayrin memandang ke arah suara. Melihat lelaki yang berdiri didepan mereka, pandangan Tauriel berubah menjadi tajam. "Tentu saja. Otakku tidak mempunyai ruang untuk mengingat namamu."

"Oh baiklah, kalau kau memaksa. Aku Demon Lockwood. Senang berkenalan denganmu Tauriel Forbes." Demon mengulurkan tangannya. Senyum berkembang di bibirnya. Tauriel menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis akal dengan lelaki satu ini.

"Terserah kau saja."

Demon mengangkat kedua alisnya, wanita itu tak membalas uluran tangannya. Benar-benar bukan sikap putri kerajaan yang baik.
"Sepertinya kau begitu benci padaku, Baby."

"Kalau sudah tahu, mengapa bertanya ?" Ucap Tauriel ketus. Sudut-sudut bibir Damon terangkat naik menampilkan senyum yang menawan pada wajahnya yang rupawan.

"Kenapa kau selalu tersenyum, huh ?"

"Hmm," Demon mengelus jenggot imajinernya "Mungkin karena aku suka padamu."

"Gila!" Sahut wanita itu cepat. Ia segera beranjak dari tempat itu, tanpa mengamit tangan Ayrin lagi. Berjalan keluar rumah Tyler. Lelaki itu membuat persediaan oksigen Tauriel mendadak habis.

--------

"Di sini kau rupanya."

Wanita itu tak bergeming. Hanya terus memandangi taman kediaman keluarga Forbes. Merasa tak mendapat sahutan, lelaki itu berjalan pelan ke arah Tauriel. Berdiri di sampingnya.

"Ada apa, El ?"

Wanita itu memandang tajam lelaki disampingnya, "Bisakah kau berhenti memanggilku seperti itu, Tyler ?"

Tyler terkekeh lalu mendesah pelan, matanya memandangi sepupu satu-satunya itu dalam.
"Ada apa ?"

"Tidak. Aku baik-baik saja."

Tyler mengalihkan pandangannya kedepan. Wanita disampingnya itu terdengar menghela nafas lagi.
"Kau bukan wanita yang pandai berbohong, Tauriel."

Tauriel mengangguk tetapi bibirnya masih saja terkatup rapat. Angin malam sesekali menerpa, membuat daun-daun dan ranting bergesekan menghasilkan suara yang mendamaikan. Suasana menjadi hening, melihat Tauriel yang tak ingin percakapan ini berlanjut. Tyler akhirnya memutuskan untuk diam. Dia hanya ingin Tauriel mengerti, apapun masalahnya lelaki itu selalu ada untuknya.

"Tyler." Panggil wanita itu memecah keheningan. Tyler beralih memandangnya, wanita cantik yang selalu berusaha terlihat tegar di depan semua orang.

"Aku merindukan Mama."
Lirih Tauriel. Suaranya terdengar menyayat hati, memukul jantung Tyler keras. Tanpa peringatan, ia membawa wanita itu kedalam pelukannya. Membiarkan gadis itu menumpahkan semua kesedihannya, walau ia tahu Tauriel tak akan menangis lagi.

"Ada aku. Ada Thranduil. Ada Dazt." Tyler menghela nafas pelan "Tiga lelaki yang akan selalu melindungimu."

"Dan satu perempuan yang menganggapmu seorang kakak!"

Tauriel melepas pelukannya, tak jauh darinya Ayrin berdiri dengan anggun. Tersenyum tulus.

"Sebaiknya kita masuk. Para undangan mencari kalian berdua."

Tyler dan Tauriel mengangguk lalu beranjak dari tempat mereka menuju kembali ke dalam rumah Tyler.

"Aku dengar kau dan Demon mempunyi hubungan, benarkah ?"

"APA ?"

~~~~~~

TaurielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang