Bab5

1K 139 14
                                    

Hari ini hari minggu, itu artinya hari libur sekolah bagi Nauval. Berbeda dengan Devan, ia harus menghadiri rapat di luar kota. Lupakan Devan. Siang ini rencananya Suci akan pergi ke mall untuk shopping dengan uang gajiannya selama sebulan bekerja di apartement Devan. Sudah lama ia tidak shopping lagi, sekitar dua bulan yang lalu mungkin.

Baru saja keluar kamar mandi, Suci memeriksa tasnya kembali sebelum ia benar-benar keluar dari apartement.

"Hp. Dimana aku meletakannya?" Suci mulai panik mencari telepon genggamnya tidak ditemukan.

"Kau meletakan di meja makan saat sarapan tadi." Ucap Nauval ketika baru keluar dari kamarnya.

Segera ia berlari ke arah dapur dan memasukan handphonenya ke dalam tasnya.

"Nauval, bibi mau ke mall dulu. Hanya sebentar saja, tidak apa-apa kan?"

"Ya sudah, pergi saja." Kata Nauval acuh.

"Terima kasih." Ucap Suci sambil mencubit pipi Nauval gemas.

Ditepisnya tangan Suci oleh Nauval. Sementara Suci yang masih dalam keadaan senang tidak menghiraukan perlakuan Nauval padanya, ia tetap tersenyum.

Suci langsung bergegas menyambar tasnya dan merapikan kembali rambut yang sudah ia tata tadi.

'Bagaimana kalau aku mengerjainya.' Gumam Nauval dalam hati kemudian tersenyum evil menatap Suci yang terlihat bahagia.

"Bi, boleh aku ikut? Aku membutuhkan sesuatu untuk dibeli."

Suci berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengaggukan kepala seraya berkata 'Ok'. Rupanya ia tidak tahu niat jail Nauval.

***

Setelah selesai shopping, Suci mencari tempat duduk untuk mengistirahatkan kakinya setelah berkeliling berbelanja.

"Banyak sekali barangnya." Gumam Suci seraya mengangkat belanjaannya. "Oh iya, kau bilang ingin membeli sesuatu?" Tanya Suci pada Nauval.

Namun Nauval tak menjawabnya dan malah mengajaknya membeli es krim. Dan hal tersebut diiyakan olehnya.

Nauval memasuki kedai es krim 'baskin Robbins' dan diikuti oleh Suci, tetapi Suci merasa Nauval salah masuk karena yang ia tahu di sini semua harga es krimnya mahal semua. Suci panik dan berniat memberhentikan Nauval, tapi sayangnya ia terlambat karena Nauval lebih dulu memesan es krim.

Dalam hatinya, ia sangat menyesal telah mengajak Nauval ikut dengannya. Eh, tidak deh. Karena Nauval yang minta ikut dengannya dan tidak mungkin ia menolaknya.

Setelah ini, kurasa aku akan jadi gelandangan, pikir Suci.

"Bibi, kenapa melamun? Cepat bayar!" Kata Nauval menyadarkan lamunannya.

"Ah, iya. Jadi berapa?" Tanya Suci pada penjaga kasir. Sementara Nauval sudah berlalu dengan es krimnya.

"188 ribu." Ucap sang kasir. Dan saat itu juga mata Suci melebar dan mulutnya membentuk huruf O.

"Tidakkah itu terlalu mahal?" Dengan wajah memelas, Suci berusaha merayu kasir wanita tersebut. Terlihat sang kasir seperti kebingungan dengan sikap Suci. Tapi tetap saja, ia menggeleng.

Suci menghela napas. "Baiklah." Diambilnya dua lembar kertas berwarna merah dan diberikannya kepada penjaga kasir.

"Terima kasih." Kata wanita tersebut tersenyum ramah. Suci membalasnya dengan senyum pahit memikirkan sisa gajinya yang dihabiskan begitu saja oleh Nauval.

Ia menghampiri Nauval yang sedang memakan es krim dengan lahapnya. Suci melamun dengan memiringkan kepalanya ke bahu kanan.

"Kau terlihat tak bersemangat lagi." Gumam Nauval namun tak mendapat respon dari Suci karena lamunannya. Kemudian digerakkan tangannya ke depan wajah Suci. Seakan tersadar, Suci langsung tersenyum kembali ceria.

Beloved MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang