Bab7- Come Back to College

1K 100 14
                                    

Subuh menjelang pagi hari tiba. Devan terbangun dari tidurnya, punggungnya terasa pegal, mengingat semalam ia tidur di sofa ruang TV. Ia berdiri lalu meregangkan kedua tangannya. Pandangannya jatuh ke lantai yaitu ke arah selimut yang meluncur dari tubuhnya.

Ia berjalan ke dapur dan duduk di kursi pantry, di sana ada Suci juga yang sedang menyeduh kopi dengan ekspresi yang sangat serius bahkan tak menyadari kedatangan Devan karena memang posisinya membelakangi Devan.

Ketika Suci berbalik, saat itu juga dia terkejut dengan kemunculan Devan yang tiba-tiba.

"Dev, kau sudah bangun, em ... mau kopi?" Tawar Suci.

Devan mengangguk tanpa membalas dengan kata-kata.

Suci akhirnya kembali membuat kopi untuk Devan dengan senyum merekah dibibirnya.

"Selimut itu, kau yang memberinya?" Tiba-tiba ingatan tentang selimut itu membuat Devan menebak pasti Suci yang menyelimutinya tadi malam.

"Iya, maaf aku tidak membangunkanmu." Ucap Suci berbalik menghadap Devan.

"Tidak apa. Aku juga minta maaf karena ketiduran sebelum kau mengatakan sesuatu, mungkin kau bisa mengulangnya sekarang."

"Eh, a ... aku mendadak lupa. Kuingat dulu ya." Jawab Suci terbata kemudian melanjutkan menyeduh kopi.

Suci menghampiri Devan dan duduk di sebelahnya. "Ini, kau pasti menyukainya."

"Bagaimana kau yakin kalau aku menyukainya?"

"Karena semua orang menyukainya, termasuk ayahku. Pagi-pagi sebelum ayah berangkat kerja, aku pasti selalu membuatkan kopi untuknya. Kemudian dia akan bilang kopiku adalah yang terbaik yang pernah ia coba, sekalipun itu kopi buatan Ibuku. Kau tau, Ibuku bahkan cemburu karena itu. Maka dari itu kalau Ibuku jago masak, maka aku dengan bangga mengatakan jago menyeduh kopi." Ujar Suci berbangga diri.

Namun Devan tetap terdiam menatap Suci dengan tatapan datar dan dingin khas miliknya.

"Kenapa kau terus menatapku seperti itu?"

"Sudah selesai bicaranya?"

Suci mendengus kesal kemudian meringis malu. Sementara Devan mulai menyesap kopi buatan Suci tersebut. Membuat Suci berganti penasaran dengan apa yang akan dikatakan Devan setelah ini.

"Bagaimana rasanya?"

Belum puas, Devan kembali meminum kopinya tanpa menjawab pertanyaan Suci. Merasa Devan tidak protes, ia yakin kopinya enak. Kemudian Suci pun ikut meminum kopinya. Keduanya sama-sama menyesap kopinya dalam diam tanpa bahan obrolan.

***

Suci keluar dari apartement mencari udara segar. Dengan jaket dan celana training, ia jogging di sekitar taman dekat apartement.

"Kenapa siang lama sekali." Keluhnya saat melihat jam tangannya masih menunjukkan angka tujuh.

Ia melihat sekelilingnya masih banyak orang berlalu lalang di sana. Lalu pandangannya tepat ke arah sepasang suami-istri dengan anaknya. Ia lebih memfokuskan kepada anak kecil tersebut yang sedang tertawa dalam gendongan Ibunya. Melihat itu ia jadi kepikiran orang tuanya di rumah. Sudah berapa lamakah ia meninggalkan rumah?

"Aha!" Terlintas ide untuk mengunjungi rumah orang tuanya. Dengah langkah besar, Suci menyetop taksi lalu masuk ke dalam. Sebelum mobilnya melaju, Suci memberi alamat tempat tujuan kepada sopir taksi tersebut.

Tak butuh waktu berjam-jam untuk sampai di sana.
"Makasih Pak." Kata Suci kemudian turun dari taksi.

Dan sampailah ia di sini, rumah yang sangat ia rindukan selama dua bulan belakangan. Kemudian Suci berjalan seperti seorang penyusup ke arah gerbang.

Beloved MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang