Bab8- Damn, I Hate You!!

982 86 17
                                    

Suci pulang dari kampus dengan perasaan senang. Bagaimana tidak, seharian di kampus ia ditraktir makan sepuasnya di kantin, lebih bahagianya lagi ketika mengetahui bahwa semua tugas kuliahnya dikerjakan oleh teman-temannya semenjak ia menghilang. Andai Suci tahu lebih awal, ia akan terus menghilang agar tugasnya selalu dikerjakan dengan teman-temannya, LOL.

Sesampainya di apartemen, Suci masih terus berjalan dengan senyum mengembang dibibirnya. Setelah keluar dari lift, ia melihat seorang wanita dengan pakaian formal di depan pintu apartemen Devan.

Dilihat dari penampilannya, pasti orang itu dari kantor Devan. Suci langsung menghampirinya.

"Nona, kau mau bertemu Devan?" Tanyanya ramah kepada wanita itu.

"Kau siapanya Devan?" Tanya balik wanita itu. Baru akan dijawab, orang yang dibicarakan keluar dari dalam apartemen.

"Lho? Kau sudah pulang?" Tanya Devan sedikit terkejut dengan kedatangan Suci.

Suci memperhatikan Devan yang masih dengan pakaian kerjanya memegang sebuah map yang diyakini banyak kertas-kertas di dalamnya.

"Aku harus balik ke kantor. Ayo Karin." Ucap Devan langsung menarik lengan wanita yang bernama Karin tersebut.

Suci terpaku melihatnya. Ada perasaan tak suka saat tangan Devan menyentuh tangan wanita itu. Meskipun lengannya sudah pernah disentuh oleh Devan, tapi tetap saja rasanya tak rela melihat tangan itu bersentuhan dengan orang lain bukan dirinya. Tapi disisi lain, ia sadar diri juga kalau dirinya itu hanya sebatas pembantu-majikan dengan Devan.

Selepas dari itu semua, Suci memasuki apartemen dengan langkah gontai.

"Hai Bi Suci, kau sudah pulang. Kau pasti lelah setelah kuliah hari pertama."

Suci tidak menggubris perkataan Nauval dan terus berjalan menuju ke kamar. Tetapi langkahnya terhenti ketika melirik kamar Devan dan Nauval, sedetik kemudian mata dan mulutnya sukses membulat menatap kamar tersebut sangatlah berantakan. Ia tahu ini kerjaan siapa.

"NAUVAAAAAAALL!"

***

Setelah kembali dari apartemen mengambil berkas-berkas yang ketinggalan untuk rapat penting, Devan bersama Karin, sekretarisnya kembali ke kantor perusahaan yang sudah lama dirintis alm. Ayahnya yang mewariskan kepada anak sulungnya, Devan sendiri.

"Kau boleh ke tempatmu." Suruh Devan memerintah Karin.

"Baik."

Devan kembali ke ruangannya. Ia ingin sedikit istirahat sebelum rapat dimulai. Baru akan memejamkan mata di bangku kebesarannya, dering telepon berbunyi. Terpampang nama Deon, orang kepercayaannya di layar Hp-nya.

"Ya ada apa?"

"..."

"Apa, Ibuku? Dimana dia sekarang?"

"..."

"Yasudah, aku ke sana." Kemudian sambungan telepon diputus sepihak oleh Devan.

Devan segera keluar ruangan menemui Ibunya yang katanya menunggu di sofa lobby. Sampai di sana, terlihat Ibunya sedang berbincang-bincang dengan wanita sebayanya.

Ingin Devan menghampirinya namun ia urungkan saat sayup-sayup terdengar mereka membicarakan tentang perjodohan. Ia makin menguatkan indera pendengarannya, tapi setelahnya, hanya terdengar tawa meliputi keduanya.

Beloved MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang