Bab6- Confess?

1.1K 129 23
                                    

"Kyaa........"

Masih dengan mata terpejam, Suci  yang seharusnya sudah memukul orang tersebut merasa lengannya berada diudara karena sebuah tangan menahannya.

Bukannya melihat siapa yang menahannya, Suci malah semakin takut lalu meronta-ronta agar lengannya dilepas. Ia tidak peduli siapa orang dihadapannya. Ia bahkan mengancam akan teriak jika orang ini tidak melepaskannya.

"Hei, ini aku Devan!"

Saat itu juga mata yang daritadi terpejam, terbuka sempurna dan betapa terkejutnya Suci bahwa maling yang ia kira adalah majikannya sendiri, Devan.

===Bab===

"Mohon maafkan aku." Ucap Suci memelas.


"Sudah lebih dari cukup!" Bentak Devan.

Ya, sudah lebih dari sepuluh kali  Suci mengucapkan kata maaf pada Devan. Ia merasa sangat bersalah atau mungkin malu tentang kejadian beberapa menit lalu. Dan sekarang Devan malah membentaknya.

Devan berdiri dari sofa kemudian diikuti oleh Suci. Baru akan melangkah, Suci memanggilnya

"Tunggu. Kau sudah makan?" Tanya Suci. Tak ada jawaban apapun dari Devan.

"Lebih baik makan dulu, aku akan panaskan untukmu." Ujar Suci lalu berniat beranjak dari sana tetapi tangan Devan lebih dulu menahannya.

"Tidak perlu!"

"Oh, kalau begitu aku panaskan air hangat untuk mandi saja, kau pasti lelah."

"Ya, aku lelah. Tapi aku tidak mau mandi, aku langsung tidur saja." Dilepasnya lengan Suci. Setelah itu Devan kembali berjalan menuju kamarnya.

Suci mengejarnya. "Tunggu tunggu tunggu, kau harus mandi dulu. Kalau tidak--" Ucap Suci terpotong karena Devan berjalan mendekat ke arah Suci sambil menatapnya kesal.

Suci ketakutan. Ia melangkah mundur, tetapi Devan terus mendekat hingga Suci menabrak dinding dan menyisahkan jarak beberapa senti diantara mereka.

Degg... degg

"Kalau tidak kenapa?" Tanya Devan memasang wajah datar.

Bukannya menjawab Suci malah memerhatikan wajah Devan. Ketakutannya diganti dengan keterpesonaannya pada Devan. Jujur, ia menyukai posisinya saat ini. Berdekatan dengan Devan.

"Membayangkan sesuatu, huh?" Tanya Devan menyeringai.

'Kenapa dia bisa tau aku membayangkan dia?' Tanya Suci dalam hati.

"Tidak! Siapa yang ngebayanging kamu?" Teriak Suci emosi.

"Aku tidak bilang begitu, atau jangan-jangan kau menginginkan sesuatu. Seperti ..." Kata Devan kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Suci.

Suci terbawa suasana. Ia mulai memejamkan matanya dan mendongak ke atas. Beberapa detik seperti itu, tapi tidak ada sebuah ciuman dari Devan.

"Terbawa suasana?" Kata Devan.

Tersadar itu suara Devan, Suci membuka kedua matanya, ia mendapati Devan yang sedang tersenyum mengejek kepadanya.

"Jangan pernah membayangkan sesuatu tentangku." Ujar Devan masih dengan senyum ejeknya lalu beranjak dari sana.

Beloved MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang