Bab4- Mencoba lebih dekat

1.1K 163 21
                                    

Halo...........
Bab ini sudah sedikit aku perbaiki EYD yang masih salah. Kalau masih ada yang kurang, bilang-bilang ya :*

00iii00

"Jadi apa yang bisa kubantu?" Tanya Nara.

"Aku ingin diajari cara memasak. Boleh kan?" Pinta Suci memohon.

Memang setelah tadi gagal memasak, Suci langsung menghubungi Nara untuk belajar dengannya. Dan tibalah ia di sini, kediaman keluarga Clafflin. Untungnya tidak ada Ny. Clafflin di rumah, sehingga membuatnya bebas berlama-lama untuk memasak bersama Nara.

"Tentu boleh, mari ikut aku!" Seru Nara kemudian berjalan ke arah dapur.

Mereka berdua pun memasak bersama, tak lupa Nara memberi penjelasan di tengah-tengah mereka memasak. Sementara Ara dan Zahra hanya dimintai menilai masakan keduanya.

"Yeah, selesai!!" Pekik Suci dan Nara bebarengan kemudian ber 'highfive' ria.

Ara dan Zahra yang juga menunggu ikut-ikutan senang melihat makanannya sudah di depan mata.

"Zahra, Ara silahkan menilai masakan kami." Kata Suci memberikan hasil masakannya bersama Nara.

Zahra langsung mencicipi makanannya kemudian disusul Ara. Selama makan, mereka hanya bergumam 'enak' kemudian melanjutkan makan lagi hingga makanannya habis, seperti orang kelaparan.

"Kalian seperti nggak pernah makan selama sebulan tau nggak!?" Cibir Suci melihat keduanya terus asik dengan makanannya.

"Tau nih, nyesel minta penilaian dari mereka. Mereka tuh makan karena laper doang." Gerutu Nara. Ara dan Zahra hanya menyengir tak berdosa.

"Oh iya Suci, kenapa kamu mau belajar masak?" Nara beralih menatap Suci.

"Ah itu, aku disuruh belajar masak sama Tuan Devan. Karena kemarin aku buat nasi goreng tak layak konsumsi untuk anaknya." Jawab Suci sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Terus gimana sikap Tuan Devan ke kamu?" Tanya Ara menyambar.

"Entah, dia cuek banget sama aku. Terakhir lihat dia senyum waktu pulang sama anaknya, setelah itu nggak pernah senyum lagi." Kata Suci menghela nafas panjang. Memang benarkan kalau Devan sangat dingin terhadapnya.

"Terus, terus?"

"Terus terus, nanti nabrak dong." Balas Suci bercanda.

"Ih serius, terus gimana lanjutin!" Kata Zahra jengkel.

"Hehe, lagian terus terus sih, emangnya situ tukang parkir. Em ... apa ya? Oh iya, kalian tau gak? Tadi malam Tuan Devan pegang tangan aku!!" Ucap Suci berteriak dan dibalas dengan pekikkan ketiganya. Sekali lagi, untungnya tidak ada siapa-siapa di rumah ini.

"Serius kamu, waah. Benarkan kata kami kalau kamu pasti terpesona dengan tuan muda Devan." Kata Ara memegang kedua tangan Suci. Suci membalas dengan senyum kikuk.

'Benarkah aku menyukainya?' Pikir Suci.

"Oh iya Nara, kita buat satu lagi ya, aku ingin membawanya untuk bekal Nauval." Pinta Suci.

"Cie ... yang lagi mau nyari perhatian sama anaknya." Kata Zahra menggoda Suci.

"Apaan sih, orang cuma buat taste doang. Buruan Nara!" Kata Suci menahan blushing, kemudian mendorong Nara kembali ke dapur.

Sementara Ara dan Zahra hanya cekikikan melihat pipi Suci benar-benar sudah memerah persis tomat gosong.

***

Beloved MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang