Chapter 7

1K 69 5
                                    


Ali POV

Aku merapikan rambutku, jaket biru dongker, jeans hitam dan sepatu sneakers melengkapi penampilanku hari ini. Aku melirik jam tangan hitamvyang bertengger dilengan kiriku, waktu menunjukkan pukul 15.05 siang. Aku bergegas keluar rumah menuju garasi dimana motorku terparkir. Ketika hendak melangkahkan kaki melewati ruang tamu, panggilan Salma menghentikan langkahku.

" bang!"- Salma berlari kecil menghampiriku.

" hm, kenapa?"- aku menoleh kearah Salma yang berdiri di samping kananku.

" mau kemana? Rapi amat"- Salma memperhatikanku dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan ekspresi herannya.

" mau ke mall nyari kado buat Okta"- jawabku

" nah! Kebetulan! Salma nebeng yah bang, Salma juga mau beliin kado buat Okta"- Salma memohon kepadaku sembari mengedipkan matanya.

" ogah ah! Suruh aja si Digo buat jemput dan nemenin kamu"

" Digo nya lagi latihan boxing, selesainya ntar sore"- muka Salma mulai memelas.

" ya itu sih derita kamu. Katanya Digo itu perhatian masa nganterin ke mall aja enggak bisa"- Aku mulai mengejeknya.

" iiiihhh! Digo emang pacar yang perhatian banget banget banget bang! cuman emang hari ini lagi jadwal latihannya aja. Ayolah bang, abang ganteng deh"- Salma mulai menggodaku agar aku menuruti keinginannya.

" iya, abang emang ganteng dari lahir. Enggak bisa! Lagian abang juga perginya bareng Illy"- jawabku jujur.

" pantesan dari tadi enggak mau dibujuk-bujuk. Ada yang mau kencan ternyata"- Salma kembali menggodaku sambil melirik genit kearahku.

" bisa dibilang gitu deh"

" wah bakalan ada couple baru nih. Di tembak kek bang, masa iya SEBASTIAN mulu ! entar di gondol orang baru tau rasa"

" Sebastian? Apaantuh? Digondol-digondol, kamu pikir ikan pake digondol segala"- aku kurang mengerti apa itu Sebastian. Salma menghembuskan nafasnya kasar saat mendengar pertanyaan dariku.

" yaelah bang, makanya otak itu jangan dipake buat mikirin kak Prilly mulu masa iya jaman sekarang Sebastian aja enggak tau"- Salma mengejekku. Aku hanya mendengarkan saja tanpa membalas, yah mau bagaimana lagi karena memang nyatanya aku tidak tau tentang itu.

" Sebastian itu sebatas teman tanpa kepastian. Gitu aja enggak tau"- Salma melanjutkan ucapannya dengan wajah kesal.

" oh, abang sih enggak ngerti sama bahasa alay kayak gitu. Lagian abang sama Prilly statusnya ada kok, kitakan masih berstatus pelajar. Udah ah telat nih. Kasian Illy nunggu lama"- aku melangkah meninggalkan Salma.

" Ah elah bang bukan status pelajar maksudnya"- Salma menepuk jidatnya.

" yee, Bilang enggak ngerti sama bahasa alay, bilang aja kudet" - Salma berteriak mengejekku sebelum tubuhku menghilang dari balik pintu. Aku menghiraukannya dan terus melangkah. Aku melihat mama sedang duduk santai ditaman.

" ma! Ali berangkat yah"- pamitku. Mama langsung menoleh kearahku lalu tersenyum.

" hati-hati li! Jangan ngebut-ngebut"- mama menasehatiku.

" oke ma!"- aku tersenyum padanya sembari mengenakan helm lalu menaiki motor dan menyalakannya. Aku memang sudah minta ijin terlebih dahulu pada mama ketika pulang sekolah tadi. Saat mendengar aku pergi bersama Prilly, mama langsung mengijinkanku. Mama sudah mengenal Prilly dan mama sangat menyukai sifat Prilly yang mudah bersosialisasi. Bahkan Prilly dan mama sudah sangat dekat.

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang