x. Pergi

356 23 10
                                    

P/s : H-e-l-l-o-! Itu di mulmed ada foto Davin ya hehe, kalo mau tahu itu Blake Steven. Aku sih bayangin dia pas nulis Davin ^^

Kayy,
Happy reading!❤

***

Sudah seminggu sejak tragedi penolakan yang terjadi di belakang sekolah. Selama seminggu itu pula, Kugy berusaha untuk bersikap seolah tidak ada apa-apa dan mencari setitik perasaan yang tertinggal untuk Davin. Mungkin jika ia bisa mencintai Davin kembali, semuanya akan kembali seperti semula lagi, pikirnya.

Sedangkan hubungannya dengan Nathan bagai orang asing. Ketika berpapasan di sekolah, tidak ada sapaan yang terdengar. Jangankan sapaan, senyuman saja tidak ada. Mereka berdua seperti saling menghindari satu sama lain.

Bukannya mereka tidak mau berjuang lagi, mereka hanya berserah, menyerahkan semuanya pada jalan takdir. Toh, kalau jodoh, mau dipisahkan sebagaimanapun tetap bersatu pada akhirnya, bukan?

Seperti saat ini, Kugy sedang berjalan menyusuri koridor sekolah di lantai dua dengan beberapa buku catatan siswa di genggamannya.

Sesampainya di ujung koridor, matanya tak sengaja menangkap sosok yang dirindukannya setiap waktu. Lelaki jangkung beralis tebal itu sedang bercakap ria dengan teman sekelasnya. Kugy lupa kalau tempat ini adalah markas anak kelas 2.

Lalu tatapan cowok itu beralih kepadanya, membuat kedua mata itu bertemu. Ada rindu yang kentara dalam tatapan kedua orang itu.

Namun, beberapa detik kemudian, Nathan membuang muka ke tempat lain, memutuskan kontak terlebih dahulu darinya.

Kugy menahan napas sebentar, dadanya terasa sesak. Dengan langkah cepat, ia berjalan melewati rombongan Nathan dan tak menghiraukan sorakan dari segerombol cowok-cowok itu.

Ia berjalan secepat mungkin seraya menahan air mata yang menggenang di pelupuk. Kugy tidak pernah tahu, bahwa mencintai seseorang dapat sesakit ini.

Yang tidak Kugy ketahui adalah ketika ia berjalan melewati Nathan, cowok itu tidak pernah melepaskan tatapannya sekalipun padanya. Seakan ingin merekam segalanya dari gadis itu, lalu menyimpannya erat-erat dalam memorinya. Kugy tidak tahu bahwa Nathan juga sesakit dan serapuh gadis itu. Ia hanya tidak ingin menunjukkannya.

Ada cinta yang meluap-luap diantara kedua insan itu, namun tertutupi oleh kabut nasib yang tidak mendukung.

***

Bel pulang akhirnya berdentang, membuat seluruh penghuni kelas Kugy berteriak kesenangan karena terbebas dari jeratan pelajaran matematika.

Tapi tidak dengan Kugy. Matanya hanya menatap kosong ke depan selama pelajaran berlangsung, tidak menyimak apapun yang ada dihadapannya. Perasaan sakit masih menyelimuti dirinya.

Tadi ia sempat menangis terlebih dahulu di kamar mandi, sebelum akhirnya pergi ke kelas dengan mata merah dan sembap. Ketika ditanyai oleh teman-temannya dan Davin, ia hanya menjawab bahwa matanya kemasukan debu.

Ketika teman-temannya masih sibuk menanyakan hal itu, Davin memilih untuk duduk diam di tempat kursinya. Memilih untuk tidak berkomentar apapun lebih jauh lagi.

"Gy, yuk." Davin mengambil tas Kugy dan menentengnya di pundak.

Kugy hanya menunduk dan mengikutinya dari belakang. Seminggu ini, ia sudah berusaha untuk memikirkan Davin dan mengenang kebersamaan mereka agar hatinya dapat kembali seperti dulu lagi. Tapi, ia gagal. Gagal total.

Kugy masuk ke dalam mobil ketika Davin membukakan pintu untuknya. Mobil berjalan dengan keheningan yang mencekam. Tidak ada yang memulai pembicaraan.

In The Pouring RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang