iv. Di Bawah Sinar Rembulan

407 28 16
                                    

From : Tuan Hujan

Udah tidur?

Sejak terakhir kali aku bertemu dengan Tuan Hujan itu, hubungan kami semakin dekat. Dia sering mengirimiku pesan, dari pesan pendek sekedar menanyakan kabar sampai berdebat tentang perang dunia ke-II, sistem politik di Indonesia––dan masih banyak hal lainnya.

Satu hal yang kutanggap dari perbincangan virtual kami, ia adalah orang yang berpengetahuan luas. Apapun yang kubicarakan dengannya pasti nyambung. Bahkan dari sms-nya terkadang aku menambah sedikit ilmu pengetahuanku.

Meskipun kami bisa saja membicarakan tentang globalisasi dunia tapi aku sama sekali tidak tahu siapa namanya. Pernah sekali aku bertanya, tapi ia hanya menjawab seperti pepatah "Apalah arti sebuah nama". Jadi, aku memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh lagi. Lagipula, Tuan Hujan doesn't sound bad, right?

Tetapi ajaibnya, ia mengetahui namaku. Hal ini mengingatkanku pada saat pertama kali dia meneleponku, aku juga tidak tahu dari mana ia mendapatkannya.

Dan ketika kutanya, jawabannya juga sama yaitu 'ra-ha-si-a'. Saat itu aku hanya mengatakan, 'lo itu peramal ya? Kok apa-apa semua lo pada tahu?' dan dengan santainya dia membalas, 'Peramal? Wah, gue udah bisa buka usaha ramalan dong, lumayan dapet duit.'

Agak kesal juga sih, ia mengetahui namaku tapi aku tidak tahu namanya. Jadi berasa sms dengan orang asing, tapi keadaan kami sekarang sudah boleh dibilang teman, bukan?

Teman via elektronik tepatnya.

To : Tuan Hujan

Udah. Nih lagi merem sambil balas sms lo. Haha :p

Aku terkekeh sendiri mengirim balasan sms padanya. Sepertinya, sikap jahilnya sudah tertular padaku.

Drrtt..drrtt.. 1 pesan masuk.

From : Tuan Hujan

Garing amat. Ha ha.
Udah tengah malem nih. Kenapa belum tidur?

Gara-gara sms lo, tau! Jawabku dalam hati. Aku baru menyelesaikan PR ku dan mataku sudah tidak kuat untuk sekedar membaca soal. Tadi aku sudah memutuskan untuk tidur tetapi sms dari cowok itu menghentikanku. Dan anehnya, rasa kantuk yang teramat sangat tadi menguap hilang entah kemana.

To : Tuan Hujan

Gimana mau tidur kalo lo masih sms gue? Trus lo sendiri kenapa belum tidur?

Tidak lebih dari semenit kemudian, 1 pesan masuk lagi.

From : Tuan Hujan

Oh, jadi maksudnya ini gue ganggu? Oke yaudah, anak mama sana pigi bobok dulu. Jangan lupa pake pempes ya biar ga ngompol ;)

Aku mendelik membaca isi pesan itu, cowok ini ajak ribut ternyata.

To : Tuan Hujan

Oh. Oke. Bye.

Aku membalas pesannya dengan sangat singkat. Aku tidak akan meledak-ledak atau mengejeknya balik karena itu akan membuatnya senang. Jadi aku cuek saja, biar tahu rasa dia!

Drrtt..drrtt.. 1 pesan masuk lagi, masih berani membalas ternyata.

From : Tuan Hujan

Wah, ad yg marah nih.

Aku tidak membalas pesannya, namun beberapa detik kemudian, sederetan pesan masuk bersamaan.

Lo beneran marah? Masa sih?

In The Pouring RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang