Permintaan yang mengejutkan.

3.1K 110 27
                                    

Kukira aku kenal betul siapa Pak Ricky, sekali lagi aku salah. Kalau soal latar belakang keluarganya, aku bisa saja berdalih bahwa itu bukanlah urusanku. Tidak peduli siapapun dirinya aku tetap harus bekerja dengan baik. Tapi untuk urusan memahami sikap dan kebiasan-kebiasannya, aku merasa sangat yakin aku memahaminya. Itu yang selama ini memudahkanku dalam bekerja dengannya. Tapi setelah kejadian Senin pagi kemarin, aku meragukan penilaianku selama ini.

Masih segar dalam ingatanku sekembalinya aku dari ruang Pak Agung. Dia hanya melirik sekilas ke arahku, terang-terangan melirik jam tangannya dengan wajah merengut. Seolah aku sudah terlalu sering datang terlambat. Baru kali ini aku terlambat dia sudah menyambutku dengan tampang masam. Salah, aku datang lebih pagi dari biasanya, malah baru selesai menghadiri pertemuan rahasia dengan Sang Direktur, ayahnya. Tapi aku tidak boleh mengatakannya. Aahhhh, tidak enak sekali berada di posisiku sekarang.

“Maaf, kepala saya pusing jadi tadi saya keluar sebentar.” Hanya gumaman tidak jelas yang kuterima sebagai jawaban. Sambil meredam rasa kesal yang menggelitik di dalam dada, aku mencoba berdiri tenang di hadapannya. Padahal mulutku gatal ingin menanyakan maksud tindakannya meminta ibunya untuk belajar mengenalku.

Dalam beberapa hal aku bisa terima jika dia membatasi informasi yang perlu kuterima. Tapi itu dalam hal pekerjaan, karena memang ada beberapa rahasia yang mungkin aku tidak perlu tahu. Tapi soal kesepakatan Pak Ricky dengan ibunya, aku rasa itu sudah merambah ke ranah pribadiku. Ini tidak bisa lagi disebut sebagai sandiwara kecil kami. Aku harus tahu posisiku disaat aku harus mulai mengakrabkan diri dengan “calon mertuaku” sekaligus berusaha membuat ibu anak itu rujuk. Ini sudah jauh melenceng dari rencana awal kami. Sebenarnya Pak Ricky ingin aku berperan sebagai apa?

Dengan seenaknya menjerumuskanku dalam urusan keluarganya tanpa memberi penjelasan sedikitpun kepadaku. Lantas aku harus bagaimana? Apa dikiranya aku ini bisa membaca pikiran, jadi tidak perlu diberi penjelasan? Kalau yang kulakukan tidak sesuai dengan yang dia mau malah bikin repot. Kalau aku tanyakan padanya, dia pasti ingin tahu darimana aku mengetahuinya. Tidak mungkin aku bercerita tentang pembicaraanku dengan ayahnya karena Pak Agung sudah menyatakan bahwa pertemuan kami itu rahasia. Aduuuhhh, aku jadi pusing.

“Ada kabar tentang kekurangan stok kita di daerah. Aku yakin kalau aku tidak membuat kekeliruan tapi aku perlu data ekspedisi bulan lalu.” Dia bicara tanpa melihat ke arahku. Perhatiannya tertuju ke layar monitor di hadapannya, jadi karena aku merasa agak kesal padanya maka tanpa bicara aku menyodorkan berkas yang kubawa. Dia mengangkat kepalanya sejenak, mengambil map yang kusodorkan dan memeriksa isinya.

“Itu data yang bapak minta, ditambah stok gudang kita dan trend penjualan selama 3 bulan terakhir. Semuanya ada dalam map itu, juga di email Bapak. Saya sedang menunggu data dari kantor cabang kita yang terdekat dekat dengan wilayah itu.” Masih tidak ada suara, hanya satu alisnya yang terangkat naik.

Aku menahan desahan yang hampir keluar, adakalanya aku merasa dia tidak percaya aku sanggup melakukan pekerjaanku dengan benar. Tidak mungkin ekspresi itu muncul karena dia terkesan dengan tindakanku. Dan saat ini suasana hatiku buruk, sangat buruk. Sepertinya dia tidak akan memberitahu perkembangan terbaru kisah sandiwara kami.  Mungkin dia berpikir hal itu tidak akan terjadi. Mungkin dia yakin sang ibu tidak akan merendahkan dirinya dengan mencoba dekat denganku. Dan dari pihakku, tentu saja aku tidak akan punya nyali untuk menemui beliau. Sudahlah, lebih baik begini. Jadi jika terjadi sesuatu, dia tidak bisa menyalahkanku.

“Pertemuanku dengan relasi baru siang nanti?” Dia sudah asyik menekuri berkas yang kusodorkan.

“Saya sudah pesan tempatnya untuk jam 12 nanti siang, di tempat biasa.” Aku menjawab datar. Dari raut wajah dan suaraku tidak ada yang bisa mengetahui bahwa kesabaranku sudah hampir habis.

Belahan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang