Rahasia Kecil

4.7K 93 22
                                    

Yes...., aku nyaris melompat saking girangnya, sebagai gantinya aku hanya meremas tangan Tiara dengan kuat.  Penting sekali membuat mereka percaya bahwa aku serius dengan Tiara. Kalau mereka semua sudah yakin, tinggal menunggu waktu mendapatkan persetujuan ibuku. Biasanya ibu lebih mudah menerima masukan dari kedua kakakku itu, mungkin karena mereka sama-sama perempuan sehingga alur pikir mereka lebih selaras.

Tiara memang pilihan yang tepat dalam permainan ini. Satu kebohongan kecil lagi yang telah kubuat. Dan kali ini tidak satupun yang tahu selain diriku. Aku memilih Tiara dengan banyak pertimbangan, bukan secara acak. Dari semua orang yang kukenal, selain keluargaku dialah orang yang bisa kupercaya. Selama bekerja denganku, dia tidak pernah mengecewakanku, dia selalu bisa kuandalkan.

Aku punya banyak kenalan wanita, dan aku yakin mereka akan dengan senang hati menolongku. Tapi mereka akan menjalani sandiwara ini dengan motif yang berbeda denganku. Sebagian akan berharap sandiwara ini bisa berlanjut menjadi kenyataan, dan yang lainnya ingin memanfaatkan nama keluargaku untuk keuntungan mereka. Tidak ada yang benar-benar gratis bagi mereka. Aku tersenyum kecil, Tiara juga tidak gratis. Tapi imbalan yang kutawarkan hanya umpan untuk memastikan dia tidak bisa menolak tawaranku.

Ada sih teman yang dengan tulus akan membantuku, tapi aku tidak sanggup menceritakan  alasan aku menjalankan sandiwara ini. Aku pasti jadi bahan ledekan kalau mereka sampai tahu aku mencintai seorang gadis sejak masih di bangku sekolahan, tanpa pernah berani mengungkapkan perasaanku. Belum lagi ibuku yang sepertinya berniat menjodohkanku. Alamaakkk, mau ditaruh dimana mukaku ini.

Tapi Tiara berbeda, semua itu tidak akan mempengaruhi statusnya sebagai bawahanku. Sepanjang hal itu tidak  ada kaitannya dengan pekerjaannya, dia tidak akan peduli. Cukup tahu diri untuk tidak ikut campur segala sesuatu yang bukan urusannya, kecuali diminta. Aku tidak perlu takut dia akan bergunjing di belakangku. Semua rahasiaku, aman bersamanya. Terkadang aku bisa menjadi orang yang kurang sabaran, emosiku mudah terpancing, tapi Tiara mampu membuatku tenang. Dan aku berani bertaruh, dia sendiri tidak sadar dengan hal itu. Itu sebabnya aku bilang ke Mas Ari kalau dia membuatku berada di jalur yang benar. Tentu saja tidak ada yang mengerti hal ini selain diriku.

Tapi tetap saja, aku tidak boleh membiarkannya terlalu dekat dengan keluargaku. Setelah malam ini, aku akan memastikan kontak seminim mungkin antara Tiara dan keluargaku. Sampai saat hubungan kami berakhir. Tidak akan lama, sabarlah sebentar lagi. Anya akan segera pulang, kali ini aku akan mulai mendekatinya tidak lama setelah dia tiba. Aku tidak akan bersikap pengecut seperti dulu lagi. Akan kupastikan, kali ini dia tidak akan lepas dariku.

“Makan malamnya kapan sih? Memangnya ibu bikin apa aja sampai lama banget begini?Aku sudah lapar nih, sengaja tadi siang makannya cuman dikit biar bisa makan banyak. Udah kangen sama masakan ibu.” Aku mengelus-elus perutku dengan wajah memelas. Hidungku mengendus udara sekitar, mencoba mencari petunjuk melalui indera penciumanku. Kedua kakakku tertawa sambil menggelengkan kepala.

“Tenang saja, ibu tidak lupa bikin capcay, udang kesukaanmu trus ayam goreng kesukaannya Abel.” Mbak Retna mendecakkan lidahnya. Mungkin dia sedikit kesal karena masakan kesukaanku selalu masuk dalam daftar menu di rumah ini. Aku menyeringai ke arahnya, dan dia balas menjulurkan lidahnya padaku. “Kalau tidak salah, ibu bilang malam ini kita bakal kedatangan tamu lain. Jadi mungkin kita makannya menunggu tamu itu datang.”

Tamu? Aku mengernyitkan dahi bingung. Keluarga kami jarang sekali mengundang orang untuk makan malam di rumah, biasanya relasi bisnis atau teman diundang makan ke salah satu restoran mewah. Rumah hanya untuk keluarga dan teman dekat. Aku menatap bertanya ke semua kakakku, tapi mereka hanya mengangkat bahu dan menggelengkan kepala. Artinya mereka juga tidak tahu. Aku juga ikut-ikutan mengangkat bahu. Terserahlah, itu urusan ibu.

Belahan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang