Dan panggungpun dibuka

4.6K 93 11
                                    

Gugup saja tidak cukup untuk menggambarkan apa yang kurasakan saat ini. Aku ketakutan, sangat... sangat takut. Gagasan untuk mengunci diri di kamar dan tidak keluar dengan alasan apapun sampai esok hari terasa sangat menggoda. Tapi aku sudah berjanji, dan pantang bagiku untuk mengingkari janji yang sudah kubuat. Jadi satu-satunya yang bisa kulakukan adalah menguatkan diri untuk melalui malam panjang ini.

Setelah aku setuju menjadi kekasih Pak Ricky di depan keluarganya, tidak sekalipun kami pernah membicarakannya lagi. Makanya aku hampir melupakan perjanjian kami itu. Tapi tiba-tiba beliau mengajak makan malam bersama keluarganya, dan sejak itu, pikiranku berputar tidak jauh dari itu. Pria yang duduk di sebelahku sekarang ini memang tidak mengatakan apapun, tapi aku tahu bahwa malam ini sangat penting. Boleh dibilang ini menentukan keseluruhan sandiwara kami. Aku merasakan beban yang sangat berat menggantung di pundakku.

Ada banyak hal yang berseleweran di pikiranku, dan tidak satupun yang menenangkan. Sanggupkah aku selamat melewati malam ini? Bagaimana kalau keluarganya tidak suka padaku, seperti yang ditunjukkan oleh ibunya saat datang ke kantor dulu atau lebih parah lagi bagaimana kalau aku mengacaukan semuanya dan akhirnya meraka sadar bahwa ini semua cuma sandiwara. Tubuhku tiba-tiba saja menggigil, dan itu tidak ada hubungannya dengan suhu di dalam mobil yang memang dingin.

Sepanjang perjalanan tidak ada seorangpun yang bicara, Pak Ricky menyetir dengan sangat serius sementara aku berpura-pura pemandangan diluar sangat menarik. Sampai mobil melewati pagar tinggi dan berhenti dengan mulus di jalur masuk, aku mulai memperhatikan sekelilingku dengan seksama. Pak Ricky menoleh ke arahku, menatapku datar. “ Kita sampai.”

Aku mengangguk, salah satu sudut bibir Pak Ricky tertarik membentuk senyum yang nampak dipaksakan. Rupanya beliau juga sama gelisahnya sepertiku. Dan itu sedikit menenangkanku, aku tidak sendirian. “ Ingatlah bahwa saat ini kau kekasihku, jadi jangan perlakukan kami sebagai bosmu. Kami juga manusia biasa, hanya saja jangan pernah menjadi penjilat di tengah keluargaku, jangan pernah mencobanya.”

Matanya berkilat ke arahku, lagi-lagi aku hanya mengangguk. Sebuah senyum kecil di bibirnya menghilang secepat kemunculannya. Beliau menyuruhku menunggu, lantas turun dan mengitari mobil untuk membukakan pintu penumpang. Aku meraih tangan yang diulurkan Pak Ricky padaku dan bergerak turun dari mobil..

Hangat dan kuat. Ini kali pertama kulitku menyentuh kulitnya secara langsung. Rasanya aneh dan tidak biasa. Aku menarik jemariku dengan pelan, bertentangan dengan keinginan  untuk menyentakkannya dengan keras. Menggenggam erat tali tasku untuk mencegah tanganku mengepal di belakang punggungku. Aku benar-benar ketakutan.

Aku mendongak ke arah rumah di hadapanku, dan nafasku langsung tercekat. Rumah ini melambangkan semua yang sudah kuketahui tentang bos besarku. Kekayaan yang sangat besar, yang menjadikan mereka memiliki kekuasaan hampir tak terbatas. Aku melirik ke pria yang berdiri di sampingku. Selama ini aku merasa yakin bahwa aku sangat mengenal pria ini, luar dalam. Tapi kenyataan bahwa dia merupakan bagian dari keluarga Pratama, membuatku tidak yakin dengan penilaianku selama ini. Seberapa banyak yang tidak kuketahui tentangnya, benarkah orang yang selama ini kukenal adalah dia yang sebenarnya atau hanya kebohongan seperti peran yang sekarang ini harus kami mainkan? Aku meneguk air ludah yang terasa asam.

Yahhhh, setidaknya itu menjelaskan beberapa hal, renungku. Gaya hidupnya terlalu mewah untuk level manager. Pakaiannya, mobil, apartemen, pokoknya seluruh yang ada di dirinya. Rasa percaya dirinya sangat besar, seolah dia menggenggam dunia di telapak tangannya.

Tanpa diduga sebelumnya, sebelah tangan melingkari pinggangku. Menarikku merapat ke tubuh yang hangat, jemarinya mencengkeramku dalam sentuhan lembut yang posesif. Aku menggeliat, mencoba melepaskan diri. Tapi tekanan di pinggangku menguat, memaksaku untuk diam. Berpaling, aku terkejut mendapati wajah Pak Ricky yang begitu dekat denganku, matanya menyorotkan perintah agar aku berhenti melawan. Jangan coba-coba berontak, itulah pesan yang kubaca dari kedua matanya yang segelap malam.

Belahan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang