Lima belas

1.8K 238 22
                                    

Hai, aku lagi baik makanya update lagi.

***

Naomi. Wajahnya makin berseri, makin cantik, makin membuat siapapun yang melihatnya seakan terhipnotis.

"Mau ke sekolah?" Kak Refky membuka pagar rumah Naomi, sekaligus pagar kost-annya. Naomi hendak berangkat ke sekolah.

Naomi hanya tersenyum singkat.

"Ayuk gue anter. Nanti lo telat. Kebiasaan deh telat mulu kalo jalan ke sekolah."

Naomi tidak menolak. Ia memakai helm bogo toscanya dan duduk di belakang Kak Refky.

"Mau lanjutin kuliah dimana?" tanya Kak Refky melihat penumpangnya dari kaca spion.

"Jakarta ajalah. Kasian Mama sendiri kalo ditinggal." kata Naomi. Suaranya masih lemah lembut. Membuat para lelaki ingin menciumnya. Papa Naomi sudah meninggal, baydeway.

"Udah punya pacar?"

Naomi menggeleng sambil tersenyum.

"Masih nyesel mutusin yang kemarin," kata Naomi menampilkan wajah cemberutnya.

Kak Refky bungkam seribu bahasa hanya menampilkan senyuman. Entah senyuman apa.

"Helm ini gak lo buang?" tanya Naomi senyum-senyum.

"Enggalah. Kalo gue liat itu helm, rasa kangen gue ke elo itu terobati banget," kata Kak Refky yang dibalas tawa oleh Naomi..

***

Bel pulang sudah berdering sekitar 10 menit yang lalu. Murid-murid 12 IPS 1 sudah meninggalkan kelas yang bagai neraka ini, tapi masih ada Prisilla dan Aldo yang duduk di tempatnya masing-masing. Prisilla menoleh ke belakang, dimana Aldo duduk, lalu kembali menatap lurus papan tulis.

"Lo kenapa?" tanya Prisilla.

Tak ada jawaban. Kesal, Prisilla menggendong ranselnya dan hendak keluar dari kelas ini.
Pergelangan tangan Prisilla dipegang Aldo.

"Tunggu," katanya singkat.

Prisilla menoleh ke belakang. Aldo memeluknya. Terdapat kesedihan yang Aldo rasakan. Prisilla mengelus punggung sahabatnya itu, menenangkan.
Aldo melepaskan pelukannya, "Mama sakit kanker stadium akhir."

Deg....

Prisilla tau betul Mama Aldo, Tante Aliya adalah sosok yang tegar. Ia tidak menyangka kalau Mama dari sahabatnya itu mengalami sakit keras.

"Gue anak bodoh. Ga peka. Bodoh banget gue sampe ga tau kalau Mama gue sakit keras." Aldo memejamkan matanya.

"Aldo. Udah. Lo ga boleh nyalahin diri lo sendiri." Prisilla menenangkan Aldo yang sedang hancur, ia memeluk Aldo dengan tulus.
"Sil, gue minta maaf kalau selama ini gue cuekin lo--" belum sempat menyelesaikan masalahnya, Prisilla memotong pembicaraan Aldo.

"Ga usah dibahas. Yuk kita jenguk Mama lo. Pasti Tante Aliya lagi nungguin lo," Prisilla tersenyum menenangkan Aldo.

Di rumah sakit, Mama Aldo terbaring lemah. Ada Om Mukhlis, Papa Aldo yang setia menemani istrinya yang sangat lemah itu.
Aldo tak kuasa menahan tangis melihat kondisi Mamanya sekarang, dia pun pergi keluar dan duduk di bangku depan ruang ICU.

"Gue tau berat buat jalanin ini semua. Tapi lo harus kuat. Banyak rahasia Tuhan yang lo gak tau." Prisilla duduk di samping Aldo.
Tak ada jawaban dari Aldo. Ia sudah tidak menangis, tapi malah kekosongan yang menghinggapinya.

"Cuma gue yang lo kasih tau tentang ini?" tanya Prisilla lagi.

Aldo mengangguk.

"Gue kasih tau Miko sama Andini biar kesini ya."

"Jangan--"

Prisilla menyerngitkan kening.

"Gue ga mau mereka tau. Gue ga mau mereka kepikiran." kata Aldo.

Jawaban macam itu?

"Makasih ya lo ada buat gue walaupun gue selalu ngehindarin lo," katanya lagi.

"Udah ga usah dibahas ah."

***

Setiap pulang sekolah, Prisilla menemani Aldo di Rumah Sakit. Kadang mereka berdua belajar bersama di kantin Rumah Sakit. Aldo sudah bisa tertawa, walaupun singkat.

Suara Justin Bieber menyanyikan lagu What Do You Mean-nya mengalun di handphone Aldo.

Papa..

Aldo mengangkat telpon dari Papa.

"Kamu dimana?" suara Om Mukhlis terdengar sedang mengalami kesedihan yang mendalam.

"Di kantin RS, Pa. Kenapa?"

"Kamu kesini cepet. Mama udah kritis,"

Aldo langsung berlari secepat mungkin ke ruang dimana Mamanya di rawat. Sudah ada Alma, adik Aldo yang masih duduk di sekolah dasar menangis dan terus memeluk Mamanya.
"Aldo..." panggil Mamanya lemah. Aldo menghampiri Mamanya dan membelai wajah tirus Mama.

"Jangan nangis... Mama selalu ada di dekat kalian. Aldo, tolong jadi jagoannya Mama ya. Jaga Papa, jaga Alma. Belajar yang rajin biar lulus, biar jadi penerus Papa ya," Aldo menangis dalam diam dan mengangguk meyakinkan Mama.

"Makasih ya,nak. Mama sayang kalian." mesin penunjuk detak jantungpun memberikan gambar garis lurus dan berbunyi -tiiiiiiiiiittttttttt-.

Dokter dan rekam medisnya dengan sekuat tenaga memberikan bantuan. Tapi nihil. Mamanya sudah meninggalkan Aldo dan semua untuk selamanya. Aldo memeluk Alma dan Papanya.

Prisilla menghubungi Miko, Andini dan teman-teman semua bahwa Mama Aldo meninggal dunia.

"Do. Yang kuat," pesan Miko pada Aldo yang sedang tersenyum penuh kesedihan. Ingin menangis tapi untuk apa? Sedih? Iya! Apalagi kehilangan orang yang sudah menjadi cinta pertamanya, yaitu Ibu. Entah, sanggupkan Aldo menjalani ini semua.

"Aldo... sabar ya. Kamu pasti kuat." Andini memeluk Aldo. Aldo membalas pelukan Andini.

Aldo memandangi Prisilla, dan dibalas senyuman dengan Prisilla.

***

Ga bisa buat sedih-sedihan, maaf kalo ga datep feelnya ya :")
Ketik bintang doooong, aku tunggu vommentnya.

Love,
Adedwiw.

Abang Gojek, I'm In Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang