Dua Puluh Tiga

1.7K 207 39
                                    

5 tahun kemudian.

Prisilla meniup lilin yang berangka 23 itu disertai sorak-sorak gembira dari para sahabatnya. Hari ini ia genap 23 tahun. Potongan pertama ia berikan pada Ibu, lalu Ayah dan yang ketiga tentu saja untuk Aldo yang sudah menjalin hubungan sejak 5 tahun lamanya. Sampai saat ini, Aldo masih menjadi sosok pria yang dikagumi Prisilla. Selalu ada saat suka maupun duka, masih menyanyikannya lagu pengantar tidur dari suara merdunya. Aldo, yah calon Imamnya kelak, calon Ayah dari anak-anaknya nanti.
Setelah acara selesai dan para kerabatnya pulang, Aldo tiba-tiba memberikan kado yang tak terduga.

"Sil," panggil Aldo yang masih menemani Prisilla membuka kado satu persatu itu. Prisilla menoleh sekilas dan fokus untuk membuka kadonya.

"Sillaaaaa...," panggil Aldo lagi karena Prisilla mengabaikannya.

"Apasih, Al? Gue lagi sibuk nih," jawab Prisilla sekenanya.

"Will you marry me?" Aldo membuka kotak kecil berwarna pink berisi cincin. Prisilla menghentikan aktivitasnya membuka kado-kado itu dan menoleh ke Aldo dengan tatapan terkejut plus bahagia.

Tanpa berpikir panjang, Prisilla mengiyakan tawaran Aldo. Aldo pun tersenyum dan memakaikan cincin ke jari manis Prisilla. Aldo mencium kening Prisilla dengan sayang.

Tok tok tok...

Aldo dan Prisilla menoleh ke arah pintu utama bersamaan. Aldo mengangkat dagu seolah bertanya -siapa?-, dan Prisilla membalas dengan mengangkat bahunya sekilas, arti ia tidak tau. Aldo dengan inisiatif membuka pintu.

Andini.

Ya, itu Andini. Raut wajahnya memberitahukan pada siapa saja kalau ia sedang sedih, amat sedih bahkan.

"Sayang, siapa?" tanya Prisilla dari dalam.

Aldo menuntun Andini yang sedang kacau ke ruang keluarga. Saat Andini melihat Prisilla, ia langsung memeluk Prisilla dan menangis sejadinya. Andini sudah kembali ke Indonesia satu tahun yang lalu dan bekerja di perusahaan fashion di Jakarta. Entah kenapa dia tidak datang ke pesta ulang tahun Prisilla tadi, padahal Andini janji akan datang. Belakangan ini Andini memang terlihat beda, mungkin ada masalah dengan pekerjaanya, batin Prisilla.

Back to topic.

Prisilla menyuruh Aldo untuk pulang dengan gerakan bibir, dan dibalas anggukan oleh Aldo.

Setelah kepergian Aldo, Andini baru mulai bicara.

"gue hamil, Pris,"

Prisilla langsung melotot dengan pernyataan Andini. Tapi ia masih diam tidak mau menanggapi Andini.

"Gue rusak. Gue kotor. Gue ga pantes ada disini." Andini memukul-mukul perutnya dan ditahan Prisilla.

Prisilla mengusap-usap punggung Andini yang sedang menangis.

"Hampir sebulan yang lalu, gue mau pergi beli kado buat temen gue. Tapi, mobil gue mogok di jalan, jalanan itu sepi banget. Tiba-tiba ada 3 preman yang nyamperin gue, mereka gangguin gue, tenggorokan gue sakit banget karena gue udah teriak tapi ga ada yang nolongin. Gue di perkosa. Berkali-kali. Gue hancur, Pris. Gue malu. Gue gak tau harus gimana lagi, kemarin gue ke dokter dan dokter bilang gue hamil," Andini terus menangis. Prisilla juga ikut menderita melihat sahabatnya menderita, ia juga ikutan menangis.

"Gue bingung harus gimana, gue pengen mati aja." Andini mengambil gunting yang ada di hadapannya dan hendak menusukkan gunting itu ke perutnya.

"Jangan, An. Gue mohon jangaaannn!" Prisilla meraih gunting itu dengan paksa tapi tenaga Andini lebih kuat dari Prisilla.

Abang Gojek, I'm In Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang