Dua Puluh Tujuh

2.1K 213 28
                                    

Bandara.

Kak Refky menarik kopernya menuju ruang keberangkatan. Hari ini dia akan berangkat ke Amerika. Tugasnya sudah selesai, dan dia merasa lega.

"Refky!"

Yang dipanggil menoleh.

"Gue mau bilang makasih sekali lagi sama lo, berkat lo, bokap gue ngebuka mata hatinya. Dia ga nuntut gue buat balas budi ke bokapnya Andini. Dia udah ngebatalin pernikahan gue dan Andini, thanks banget, Ref," ujar Aldo panjang lebar.

Flashback--

Setelah membaca surat dari Aldo untuk Prisilla, Refky sadar kalau cinta mereka sangat besar. Refky memang mencintai Prisilla, tapi bila dibandingkan rasa sayangnya dengan Aldo, Aldolah pemenangnya.

Refky mendatangi rumah Aldo untuk menemui Om Mukhlis. Kebetulan Aldo tidak di rumah, dan hanya ada Om Mukhlis.

"Kamu temannya Aldo? Tapi Aldo lagi gak di rumah," kata Om Mukhlis saat membuka pintu rumahnya.

"Saya ada perlu sama om," Kak Refky to the point.

"Maksudnya?"

"Apa om ga punya hati nurani? Apa om ga ngerasa apa yang anak Om rasain? Aldo dan Prisilla saling mencintai, tapi kenapa orang tuanya sendiri malah ngerusak semuanya dan ngejadiin Aldo korban? Tugas orang tua adalah membahagiakan anak.  Ini ga adil, Om. Tolong  dipikirin lagi, apa yang Om lakuin itu udah bener? Atau emang Om egois?"

Skakmat.

Om Muklis diam mendengar pernyataan Kak Refky.

"Makasih om, itu aja yang saya mau sampein." Kak Refky pergi ninggalin Om Mukhlis yang pucat pasi karena perkataan Kak Refky tepat sasaran.

Flashback end--

Kak Refky menepuk pundak Aldo beberapa kali.

"Gue ngelakuin ini bukan karena gue ga cinta sama Prisilla, tapi gue cinta banget sama dia. Klasik, cinta ga harus memiliki. Gue pergi, karena gue ga mau rasa cinta gue semakin tumbuh karena liat senyuman Prisilla yang mematikan. Cinta gue emang terlambat, gue salah. Oke, gue harap lo jaga Prisilla, pertahanin dia apapun masalahnya," kata Kak Refky tersenyum pahit.

"Kak Refky! Tunggu!"

Kak Refky dan Aldo bersamaan menoleh ke sumber suara. Prisilla. Dia datang ke bandara menyusul Kak Refky, tapi dia juga membawa beberapa koper. Prisilla berjalan menuju kedua pria ini.

"Aldo? Kamu ngapain disini?" tanya Prisilla bingung.

"Lah? Kamu ngapain bawa koper?" tanya Aldo tak kalah bingung. Prisilla mau pingsan menghadapi situasi ini. Aldo, mantan kekasihnya menjadi salah satu orang yang Prisilla hindari setelah Andini.

Prisilla masih menggenggam sebuah tiket. Kak Refky mengambilnya dan membaca tiket tersebut, "kamu mau ke Amerika?"

Aldo terkejut mendengarnya. Tersenyum, hal yang bisa Prisilla lakukan hanya itu.

"Aku emang wanita lemah, patah hati, dan rapuh. Saat aku terpuruk, Kak Refky dateng dan nemenin aku buat beberapa hari belakangan ini," kata Prisilla yang maksudnya belum dimengerti.

"Ka--, kamu? Kamu udah jatuh cinta sama Kak Refky?" kata Aldo terbata-bata.

Prisilla mengangguk kecil, jawaban Prisilla yang membuat jantung Aldo hampir keluar dari tempatnya.

"Sil, Papa udah batalin pernikahan aku sama Andini."

Deg.

Kali ini jantung Prisilla yang mau keluar. Terlambar, Al. Entah mengapa, beberapa hari belakangan saat Kak Refky ada di dekatnya, Prisilla merasa nyaman walaupun ia selalu jual mahal. Tapi Kak Refky tidak pantang menyerah.

Bimbang, kemanakah hati Prisilla inginkan?
Kecewa, yah dia sangat kecewa sebenernya dengan kedua orang yang ada di hadapannya ini. Dulu, Kak Refky mengingkari janjinya saat prom night. Hal itu masih ia ingat sampai sekarang. Saat ini, Aldo yang bertanggung jawab atas kehamilan Andini, sebenarnya yang Prisilla mau adalah Aldo mempertahankan hubungannya bagaimanapun kondisinya, tapi sepertinya Aldo menyerah dan menyerahkan nasibnya pada Papanya. Itu yang membuat Prisilla kecewa. Aldo hanya tertunduk pasrah, beda dengan Kak Refky, ia sudah yakin sekali bahwa pasangan ini akan kembali bahagia seperti sedia kala.

"Pris, Aldo lebih mencintai lo, ga ada bandingannya daripada gue. Kalo lo mulai ada rasa sama gue, mungkin lo salah ambil kesimpulan karena lo lagi butuh temen disaat terpuruk dan kebetulan gue yang ada dideket lo." Kak Refky melihat jam yang ada di pergelangan tangannya, "gue berangkat ya, kalian baik-baik disini."

Kak Refky menarik kopernya dan masuk ke dalam ruang keberangkatan. Air matanya keluar tapi langsung ia hapus. Cengeng memang, karena Kak Refky menyesal, sangat menyesal. Andai waktu itu ia tidak mengingkari janjinya untuk datang ke Prom night, pasti dia dan Prisilla menjadi pasangan yang bahagia.

Di depan pintu keberangkatan, Aldo dan Prisilla terdiam satu sama lain. Tiba-tiba Aldo mendekati Prisilla, ia mengangkat dagu Prisilla yang sedaritadi menunduk. Saat wajah Prisilla menengadah ke arah wajah Aldo, ternyata Prisilla menangis. Entah bagaimana caranya, Aldo merasa kalau Prisilla sudah melupakannya. Mata Aldo menerawang ke mata Prisilla sangat dalam.

"Aku iri sama Refky, belum ada satu bulan aku ninggalin kamu, tapi dia berhasil ambil hati kamu lagi," kata Aldo melepas tangannya dari dagu Prisilla.

Prisilla memejamkan matanya, menahan air mata keluar dari matanya. Bungkam seribu bahasa.

"Kejar dia, Sil. Aku yakin Refky orang baik." Aldo tersenyum pada Prisilla. Prisilla langsung memeluk Aldo dan menangis sejadinya.

"Maafin aku, Al. Secepet itu aku pindah kelain hati. Aku ga tau kenapa begini?"

"Kata orang, butuh satu detik untuk mencintai orang, dan butuh ribuan hari untuk move on. Tapi kamu beda. Kamu butuh waktu beberapa hari untuk move on dari aku, orang yang sayang sama kamu beberapa tahun belakangan ini dan akan selalu sayang sama kamu sampai kapanpun itu," entah apa kalimat ini, sindiran untuk Prisilla atau ada maksud lain.

Aldo melepaskan pelukan Prisilla, dia menggenggam tangan Prisilla, "kejar dia, aku ikhlas. Tapi jangan paksa aku untuk menikah sama Andini. Aku ga cinta dia."

Prisilla menghapus air matanya dan tersenyum, "Maafin aku, Al."

Aldo mengangguk dan mencium bibir Prisilla sekilas, "anggep aja penutupan ya, kejar Refky," Aldo tertawa kecil dan dia membalikkan badan pergi meninggalkan Prisilla.

Aldo berjalan meninggalkan Prisilla yang ia pikir sudah menyusul Refky. Kenapa kisahnya harus berakhir seperti ini? Kenapa Tuhan tidak mengabulkan doanya agar ia bisa hidup membangun bahtera rumah tangga bersama orang yang ia cintai?

"Mukhlis!"

Suara Prisilla terngiang di telinganya, tapi Aldo menggeleng karena ia tau itu hanya khayalan semata. Prisilla sudah bersama Refky.

Bruk!

Aldo merasakan ada yang memeluknya dari belakang, ia berbalik badan.

Prisilla tertawa terbahak-bahak. Tapi Aldo bingung, kenapa imajinasinya seperti ini? Ini Prisilla bukan?

"Ih kok lo malah liatin gue gitu sih, Al?" kata Prisilla. Aldo mengucek-ngucek dan mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Lo ngapain disini? Kejar Refky," kata Aldo geregetan. Prisilla geleng-geleng kepala dan menahan senyum lalu memeluk Aldo.

"Jangan tinggalin gue lagi, Al. Gue cinta lo, sampe kapanpun," kata Prisilla masih memeluk Aldo. Aldo terkejut, tapi hatinya lega. Ia pun memeluk Prisilla. Dia salah, ternyata Tuhan mendengar semua doanya.

***

HORAAAYYY AKHIRNYA KELAAARRR!!!
GIMANA?
GAK SUKA YA?
MAAFIN AUTHOR ABAL INI :")

Ini cerita pertama aku di wattpad dan alhamdulillah kelar. Semoga kalian masih setia sama aku, dan masih baca karya aku selanjutnya ya. Minta doanya karena aku lagi skripsi, dan kalo ada waktu aku bakalan buat cerita kelanjutan dari Abang Gojek, I'm In Love!

btw, masih ada 1 part kok. Sabar yaaa. Maaf kemaleman updatenya heuheuhue:")

Aku sayang kalian.
Love,
Adedwiw.

Abang Gojek, I'm In Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang