BAGIAN 2

2.3K 148 2
                                    

 BAGIAN 2-MERIT BY REQUEST

Buket bunga melayang di udara. Dan mendarat tepat di tangan Karen yang bersorak riuh.

“Gol!!!”, pekik Retha sambil berpelukan dengan Hadi, di hari pernikahan mereka. Karen pun melangkah naik ke podium pengantin di tengah-tengah taman dan mengecup pipi Retha. “Retha, gue ikut hepi buat lo, ya…”, katanya penuh haru. Kemudian Karen mendekat ke Hadi dan menepuk-nepuk bahunya. “Kamu hebat, di”, katanya, “cuma kamu yang bisa bikin dia takluk!”

“Oh, itu karna dia gak punya pilihan lain!”, sahut Hadi sambil mengekeh. Retha pun mencubit perut Hadi yang bertambah gembul dibandingkan setahun yang lalu, saat pertama kali Hadi singgah ke rumah kontrakannya bersama Richo.

Seminggu perkenalan awalnya terhadap Hadi, membuat Retha yakin kalau hanya Hadi yang mengerti dirinya. Dan keyakinan itu lah yang membawa Retha menerima pinangannya…

“Hadi!!!” Richo memekik sambil memeluk Hadi erat-erat. “Bulan madu nanti, gue nitip oleh-oleh, ya!”

Mata Hadi membesar. “Dasar tukang nitip, lo!”, celetuknya sambil berangkulan dengan Richo, sambil turun dari podium dan menapaki rerumputan hijau segar yang terpangkas pendek serta rapi. Ia dan Retha menikah di daerah pegunungan.

Sementara Retha sudah menyudut bersama Karen, membicarakan rahasia perempuan. “Inget, ya”, kata Karen dengan suara berbisik, “tips dari gue buat malam pengantin.”

“Lo kan, belom jadi penganten”, kata Retha dengan wajah melongo yang terlihat lugu, “darimana lo tau tentang i…”

“Sssttt… jangan dibahas”, sahut Karen lekas-lekas. “Sekarang…” Karen tersenyum lebar sambil menatap lurus ke mata bening Retha yang berbinar-binar, “apa yang elo liat?”

“Cinderella…”, sahut Retha sambil tersenyum ranum. Ia melihat kehidupan indah Adam dan Hawa di taman eden. Dan melupakan bagian di mana Hawa memakan buah atas bujukan si ular…

***

PRANG!

Retha memecahkan satu piring lagi ke lantai dapurnya. Ia pun mengangkut pecahannya buru-buru, sebelum Hadi mengetahui ada satu piringnya lagi yang pecah. Kemudian Retha membuang pecahannya ke tempat sampah di kolong tempat cuci piring. Ia menghela nafas lega sambil menyekakan kedua tangannya ke celemek yang terpasang di pinggangnya. Lalu merapikan helaian poninya yang membuat satu matanya mendadak perih. Setelah matanya bisa melihat dengan jelas lagi, ia mendapati tukang kebunnya sedang membungkuk untuk memangkas tanaman liar di halaman depan rumahnya.

Retha menelan ludahnya. Ia tahu, tidak pantas baginya memperhatikan bagaimana jemari-jemari tukang kebunnya yang berusia lebih muda empat tahun darinya itu, begitu gemulai memotongi daun-daun kering dari tangkai-tangkai bunganya yang merekah indah. Retha membayangkan dirinya menjadi…

Ia melengos. Ia tak bisa lagi dengan mudahnya, melihat dirinya menjadi apapun atau siapapun, selama tiga tahun terakhir di dalam lima tahun pernikahannya dengan Hadi. Usia Retha sekarang, sudah menjejak ke-33 tahun. Dan ia merasa kehilangan dunia bermainnya yang dahulu begitu luas.

Retha menggigiti kuku jari tangannya yang didapatinya memanjang dalam bentuk yang tidak melengkung sempurna. Dan setelah digigit, kukunya itu bahkan terlihat lebih buruk. Ia pun bergegas mematut dirinya di cermin lemari makan. Ia terlihat lusuh seperti pembantu rumah tangga yang kelelahan, ketimbang sebagai nyonya rumah yang berseri-seri. Rambut ikalnya kusut masai dan terlihat kucai karena kering.

“Permisi, bu…” Suara tukang kebunnya itu mengejutkannya. Retha termangu sesaat melihat paras tampan dengan binar mata yang begitu hidup, sedang menatapnya dengan berbeda, seakan ia masih lah Cinderella…

RETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang