ANGGI - 04

182 15 0
                                    

Mungkin ini saat yang tepat untukku kembali menjadi diriku yang sebenarnya. Aku lelah menutupi segalanya dibalik kedinginanku.

--->
Author's POV

"...Dan kami sudah memutuskan bahwa kami akan mempercepat pertunangan kalian"

"HAH?!" Angga

"WHAT?!" dan Gisella berteriak bersamaan.

Jelas saja kedua anak itu kaget. Keputusan itu sama sekali tidak sesuai dengan perkiraan mereka. Mereka pikir dengan pura-pura melakukan tindakan asusila seperti itu, ibunya Gisella akan mengira Angga sebagai sosok lelaki yang tidak benar dan akan langsung membatalkan perjodohan itu. Tapi semuanya diluar dugaan.

Gagal. Satu kata untuk usaha mereka beberapa hari belakangan ini.

"Ya, pertunangan kalian akan dilaksanakan minggu depan" ucap Sartika tegas.

"WHAT?!" Respon kedua anak manusia itu kaget--lagi.

"Tante, gak bisa gitu dong! Aku kan masih SMA. Ya masa udah tunangan aja sih?! Sama tuh anak lagi, oh Godd!!" protes Gisella menatap Angga jijik.

"Yee.. Siapa juga yang mau tunangan sama lo, beon! Masih banyak kali cewek cantik di luar sana yang mau ama gue! Plus seksi lagi" sindir Angga.

"Masa depan gue masih cerah oke! Kalo gue ama elu, yang ada hancur masa depan gue! Mau dikasih makan apa gue entar, elu skolah aja, banyakan bolos!" Gisella meneguk es jeruk nya untuk membasahkan tenggorokannya yang sudah kering.

"Gak usah nyalah-nyalahin gue deh lo, lo juga hobby bolos kan!"

"Tapi gue kan cewek! Yang nafkahin keluarga siapa? Cowok--"

"STOP! Kalian ini ya, kapan sih bisa akurnya?! Pengang nih kuping, Mami!"

"Kelakuan kalian itu udah keterlaluan. Bukan hanya mempercepat pertunangan kalian, kalau itu memungkinkan, Bunda pengen langsung nikahin kalian. Biar sah sekalian. Bunda gak mau sampe ada gosip-gosip tentang kalian berdua, ngerti gak" Bunda Angga menjelaskan keputusan mereka.

"Tapi --"

"Pokoknya ya, mau kalian berantem, mau kalian lempar-lemparan, mau kalian bunuh-bunuhan sekalian, keputusan ini gak akan diubah! Minggu depan kalian tetap tunangan! TITIK!" tandas Lisha.

Kemudian, kedua ibu-ibu muda itu pergi meninggalkan dua anak manusia yang terdiam sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Empat detik

"Ehem" Yang cowok berdeham dan yang cewek hanya mengangkat satu alisnya menatap cowok itu.

"Gue balik dulu ya" ucap Angga yang hanya dibalas dengan anggukan.

---
Gadis itu termenung di atas ranjangnya, menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya. Bingung dengan apa yang harus dilakukannya. Bingung dengan keputusan apa yang harus diambilnya.

Haruskah gadis itu diam dan pasrah dengan keadaan? Atau haruskah ia mati-matian melawan keadaan?

Bahkan sekarang pun, Angga sudah kelihatan sangat pasrah. Gadis itu tak punya partner-in-crime lagi. Tak punya dukungan lagi untuk melawan keadaan yang diberikan.

Apa dia juga harus menyerah?

Ddrrtt.. Ddrrtt..
Iphone di atas ranjang Gisella bergetar, tanda sebuah SMS masuk.

ANGGI : When Love UnderstandsHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin