Author's POV
Angga dan Gisella. Kedua anak manusia itu lagi dalam perjalanan, baru saja pulang dari sekolah. Enak ya jadi Gisella, habis nguras otak belajar, pulangnya lihat yang cakep-cakep. #authornyapengen
Sejak tadi, mereka hanya mengobrol santai untuk membunuh waktu, berhubung jalanan di Jakarta sangat macet. Biasalah.
"Eh, lo udah fitting dress buat pertunangan kita belom?" tanya Angga sambil melirik Gisella sebentar.
"Belom, Ga. Mami juga gak ngomong-ngomong sih sama gue" Gadis itu menoleh ke arah Angga.
"Mending bentar lo tanyain deh. Pertunangan kita tinggal beberapa hari lagi loh"
"Siap deh, bos" Gisella menempelkan tangan kanannya di dahi seperti orang lagi hormat bendera. Tak tahu sejak kapan, tapi gadis itu sudah terbiasa memperagakan gaya itu.
Setelah itu, hening. Gak seperti biasanya loh begitu.
.
Angga menginjak rem mobilnya.
"Rumah?" gumam Gisella pelan. Gadis itu terkejut begitu melihat dimana mereka sekarang. Tidak seperti biasanya mereka akan langsung pulang ke rumah. Biasanya, mereka akan pergi jalan-jalan ke mall atau nongkrong di cafe atau pergi ke suatu tempat atau apa sajalah, tapi bukan rumah. Tapi hari ini... ya, tidak seperti biasa.
"Turun, udah nyampe. Mau sampe kapan lo nongkrong di mobil gue?" ucap Angga setelah membukakan pintu mobil untuk Gisella, lalu bersandar di pintu itu.
"Sampe tahun monyet!" Gisella melepaskan sabuk pengamannya dengan cepat. Ia merasa seperti diusir dari mobil itu.
"Lah? Kan skarang udah tahun monyet, monyong"
"Ya emang! Ini juga gue mau turun, beon" Gadis itu turun dari mobil dengan perasaan yang.. tak terdeskripsikan.
Angga mengecup kening Gisella cepat. "Gue duluan ya" ucap Angga sebelum ia masuk dan melajukan mobilnya, meninggalkan gadis itu sendirian di depan pagar-- Loh? Kan rumah Angga cuman di depan rumah Gisella. Berarti...
Ishh.. Angga kok pergi jalan gak ngajak-ngajak gue sih! Batin Gisella kesal.
Gadis itu membuka pagar rumahnya dengan wajah ditekuk, mulut monyong, dan perasaan kesal. Baru saja ia ingin melangkah masuk..
Tin tin.
Suara klakson terdengar dari belakang.Gisella menoleh dan mendapati sebuah mobil sport hitam mengkilat berhenti tepat di belakangnya. Itu bukan mobil Angga.
Begitu kaca mobil terbuka, ia mengernyitkan dahinya dan menyipitkan matanya untuk melihat siapa yang berada di dalam mobil itu.
Nathan. Loh? Dia kan pindahan dari Jerman, kok dia bisa sampe ke rumah Gisella sih? Gak nyasar apa ya?
"Lo kok..?"
Eh iya, Nathan kan emang pernah kesini. Yang waktu itu loh, pas dia ngajak Gisella jogging bareng.
Nathan nyengir. "Hehe.. Gue ngelacak iPhone lo" ucapnya seraya turun dari mobil. Ohh.. jadi waktu itu, Nathan bisa nyampe di rumah Gisella karna dia ngelacak iPhone gadis itu. Keren juga ya, bisa ngelacak-ngelacak gitu. Macam detektif aja.
"Gila lo! Eh tapi, ajarin gue dong caranya gimana? Ya? Ya?" mohon Gisella dengan puppy eyes nya.
"Iya, iya, entar gue ajarin. Skarang, lo ikut gue dulu okay?" Angga menarik lengan Gisella, menyeret gadis itu masuk ke dalam mobil.
"Kita mau kemana sih?" tanya Gisella setelah memasang sabuk pengamannya.
"Kemana-mana hatiku senang" Nathan kayaknya emang hobby banget nyambung-nyambungin omongan sama lagu. Tapi gapapa deh, suaranya enak didengar kok.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
ANGGI : When Love Understands
Teen FictionLo gak bakal tau apa itu 'ANGGI' sampe lo baca kisah cinta gue. Menurut lo, gimana rasanya kalo lo dijodohin sama musuh bebuyutan lo yang notabene-nya adalah mantan pacar lo? Ya, itulah yang gue rasain. ---> Namanya Gisella Amanda Canadyan. Seoran...