Saat kau mencintai seseorang, ia akan selalu tersimpan di dalam hatimu. Dan saat kau membenci seseorang, ia akan selalu bertengger di pikiranmu.
Trust me, you can't even differentiate it. Why? Because heart and mind are always connected.
--->
Apa aku bermimpi?Sudah lama sekali aku tak mendengar suara lembutnya itu. Ini benar-benar seperti mimpi.
Tanpa menunggu jawaban dariku, ia langsung menarik lenganku. Dan anehnya, aku mau saja ditarik-tarik seperti ini olehnya.
Otakku sudah memberontak. Tapi tubuhku membangkang, tidak mau mendengarkan perintah dari otakku. Aku harus pergi ke dokter saraf setelah ini. Pasti ada yang salah dengan saraf motorik milikku.
Ia membawaku ke sebuah cafe. Oh, aku tahu cafe ini. Ini tempat nongkrong anak-anak Carolus--mantan sekolahku dan Angga.
Sudah lama juga sih sebenarnya, aku tidak mengunjungi cafe ini. Terakhir kali kesini aja pas acara kecil-kecilan buat perpisahan SMP.
Kami duduk di sebuah meja dekat jendela cafe. Sejujurnya, aku gak pernah duduk di pinggiran cafe seperti sekarang ini. Ehm, jadi begini, anak Carolus itu terbagi atas dua kelompok, kaum popular dan kaum pinggiran. Ya, bisa disimpulkan bahwa aku dan Angga dulu adalah kaum popular karena kita selalu duduk di meja tengah cafe dan menjadi center of attention disini.
"Napa? Risih lo duduk di pinggiran? Dasar b*tchy, always wanna be the center of attention. Disini lebih nyaman kali" katanya dengan nada yang menyebalkan. Arrghh, tanganku sudah tak sabar untuk melemparkan apa saja yang dapat kujangkau tepat ke mukanya.
Tapi, tahan emosimu, Sella. Ini tempat umum. Kan malu-maluin kalo kita lempar-lemparan barang disini.
"Gue? B*tchy? Mau jadi center of attention? Gak salah nih.. Bukannya elo ya, yang sok kecakepan, sampe-sampe brani selingkuh!"
"Shut your f*cking mouth, slut!"
"How dare you calling me slut! Lo pikir lo siapa, hah?! Ngaca dong lo!"
Mulutnya itu ya.. Rasanya pengen gue cobek-cobek, gue pites sekalian.. Eeerrrgghh!
Inget, Sella. Ini tempat umum.
Aku menghela napas sebentar, mencoba meredam emosiku. "Udah deh ya. Jangan mancing emosi gue disini. Lo ngajak gue kesini, mau ngomong apa?" tanyaku masih sedikit kasar, masih berusaha menahan emosiku yang sudah terlanjur membuncah-buncah.
Ia juga ikut menghela napasnya. "Gue mau ngomong soal kemaren"
Aku menaikkan satu alisku.
"Soal perjodohan itu.." Ia menggantungkan kalimatnya.
"Apaan?" tanyaku tak sabaran.
"Permisi, mas, mbak. Mau pesan apa?" Tiba-tiba, seorang waitress menghampiri kami.
"Kopi hitam satu.. Lo?" tanyanya kepadaku.
Sejak kapan dia suka minum kopi hitam? Ah bodolah, bukan urusan gue.
"Yang biasa aja"
Nih mulut, elahh.. Sumveh, itu refleks. Ya ampun.. Mana inget dia, gue suka apa. Dia juga pasti mikir gue sok akrab ngomong gitu ke dia. Dasar ni mulut bego bego bego!
"Sama oreo milkshake satu"
What? Dia masih inget? Ini beneran gak mimpi kan gue? Bilang ya kalo ini mimpi doang.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
ANGGI : When Love Understands
Teen FictionLo gak bakal tau apa itu 'ANGGI' sampe lo baca kisah cinta gue. Menurut lo, gimana rasanya kalo lo dijodohin sama musuh bebuyutan lo yang notabene-nya adalah mantan pacar lo? Ya, itulah yang gue rasain. ---> Namanya Gisella Amanda Canadyan. Seoran...