We need a little bit love marinades to color this love story.
--->
Seperti biasa, Angga akan menjemput Gisella di depan rumahnya, lalu mereka akan berangkat bersama. Hari ini, Angga membawa mobilnya."Tan, aku sama Gisel berangkat dulu ya" pamit Angga.
"Ma, aku berangkat!" pamitnya lalu mengikuti Angga yang sudah jalan duluan ke mobil.
"Iya! Hati-hati ya kalian!" sahut Lisha dari dapur.
Saat langkahnya mencapai samping mobil sport Angga, Gisella tersenyum cerah pada lelaki yang telah membukakan pintu mobil untuknya itu, lalu masuk ke dalam mobil diikuti bunyi pintu ditutup.
Angga berjalan memutari mobilnya lalu duduk dibalik kemudi. Memasang seatbelt, lalu mengemudikan mobil itu sampai ke EWHS-- sekolah mereka.
Setelah dibukakan pintu oleh Angga, Gisella pun turun dari mobil itu lalu berjalan menuju ke kelas. Angga merangkulnya erat. Banyak mata yang tertuju pada pasangan itu. Heran. Bagaimana bisa dua insan yang selalu saja membuat keributan di sekolah, bisa saling merangkul seperti itu? Apa mereka salah lihat?
Kedua insan itu tetap berjalan dengan angkuhnya. Membelah siswa-siswi yang berlalu lalang di koridor. Semuanya minggir, memberi jalan untuk keduanya. Memangnya, siapa yang berani dengan dua manusia sangar ini? Apalagi sekarang kekuatannya telah bersatu.
"Aku masuk ya, Ga" ucap Gisella. Belum sempat ia beranjak, Angga menahan lengannya.
Cup. Satu kecupan mendarat di dahinya. "Belajar yang bener ya. Jangan malas-malas" ucapnya dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.
"Siap, bos!" Gisella menempelkan tangan kanannya di dahi, seperti orang hormat bendera. "Kamu juga dengerin kalo guru lagi ngajar. Jangan ngelamun, apalagi tidur di kelas"
"Eh tapi, kalau mau bolos, ngajak-ngajak ya" tambah gadis itu berbisik.
Tangan Angga mengacak-ngacak rambut gadis itu sayang. Gadis itu benar-benar berhasil membuatnya hidup kembali.
---
"Nih, buat kamu" ucap Angga, menyodorkan es krim rasa vanilla ke hadapan Gisella. Gadis itu langsung menyambar es krim itu, lalu membuka bungkusnya."Bilang apa?" Angga persis seperti ibu-ibu yang lagi ngingetin anaknya buat bilang 'terima kasih'.
"Hah? Bilang apa?" Gisella mengedip lucu, sibuk mencomot es krim vanilla nya.
"Makasih, Alvin ganteng" ucap lelaki itu ditarik-tarik.
"Oh iya! Makasih! Ga pake embel-embelnya, gapapa ya?"
Angga mengangguk. "Yaudah, gapapa kalo gak mau ngakuin gue ganteng"
"Dasar kelewat pede!"
"Emang bener kan gue ganteng?" ucapnya membanggakan diri sendiri.
"Enggak, lo jelek wek" Gisella menjulurkan lidahnya, membuat Angga pura-pura cemberut.
Tiba-tiba, sebuah pertanyaan terlintas di otak gadis itu.
"Eh, kenapa sih pengen banget dipanggil Alvin?" tanya Gisella penasaran, masih sibuk dengan es krimnya.
Angga tertegun. Bilang. Enggak. Bilang. Enggak. Angga menghela nafasnya. "Gue belom bisa ceritain sekarang, Sel. Tapi gue janji, gue bakal ceritain semuanya ke lo"
"Janji?" Gisella menyodorkan jari kelingkingnya.
Awalnya, Angga bingung. Maksudnya pinky promise? Haha, kekanakan banget. Tapi, "Iya, janji" Angga menautkan kelingkingnya dengan kelingking kecil gadis itu.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
ANGGI : When Love Understands
Teen FictionLo gak bakal tau apa itu 'ANGGI' sampe lo baca kisah cinta gue. Menurut lo, gimana rasanya kalo lo dijodohin sama musuh bebuyutan lo yang notabene-nya adalah mantan pacar lo? Ya, itulah yang gue rasain. ---> Namanya Gisella Amanda Canadyan. Seoran...