AUTHOR POV
Naily memukuli kepalanya beberapa kali saat ia tersadar apa yang telah di ucapkan. Menyesal? Tentu. Mengapa ia mengatakan hal itu melihat sikap Gio yang tidak bersahabat. Memang Naily sebal melihat Gio cerewet, namun dia juga bingung melihat Gio menjadi pendiam. Dia merindukan ocehan tidak penting Gio.
"Gio gak makan dulu? Aku udah capek-capek masak"
"Gak perlu"
"Hargain aku Gio yang udah masak kaya gini"
"Ya udahlah kamu buat bekal pacar kamu aja" Gio melengos pergi setelah mencium kening Nico. Hati Naily terasa sakit menjadi istri yang tak dianggap. Memangnya selama ini Naily menganggap Gio suami? Naily terpukul dengan kenyataan itu.
Naily memijat keningnya pusing. Baru saja dia menjadi mahasiswa, sudah banyak tugas. Ditambah lagi masalah rumah tangganya. Dia ingin membenamkan wajahnya di dasar laut dan tak ingin kembali lagi.
"Argghh... salah apa sih gue!" Teriak Naily. Semua teman di kelasnya menatapnya heran. Naily menutup mulutnya, dia tersadar masih di kelas.
"Lo kenapa Ly?" bisik Rona teman sampingnya.
"Gak apa, lagi stress. Tugas Kemarin belum selesai" jawab Naily lemas.
Usai jam selesai, Naily terburu-buru keluar dari kelasnya. Tanpa melihat kiri kanan dia terus berjalan hingga menabrak tiang.
"Tiang sialan.." pekiknya
"Jadi anda ngatain saya tiang?" Naily terperanjat bahwa tiang yang dimakinya ini mempunyai nyawa.
"Pak.. Bi..billy maaf"
"Temui saya di Cafe X2 , setelah ini. Jika kamu tidak mau mendapatkan Nilai C di mata pelajaran saya" atas dasar apa dia mengancamku? Batin Naily. Naily hanya melenguh, the power of dosen.
Naily menatap jalanan yang diguyur rintik hujan. Matanya menatap kosong kedepan tanpa menyadari seseorang dengan gagahnya duduk di depan.
"aku tau , aku ganteng. Merindukanku gadis kecil?" Suara barithon itu menyadarkan Naily dari dunia khalayan.
"Tidak biasa saja. Aku hanya menatap orang-orang yang nekat disana. Apa mereka tidak sakit menerjang hujan?"
"Sakit ? Tentu. Tapi orang-orang itu melakukannya berlandaskan alasan. Tida mungkin dia nekat seperti itu jika tanpa alasan. Seperti aku , yang nekat mendekatimu karena aku mencintaimu meski ku tahu aku akan sakit. Tapi setidaknya aku berjuang untukmu"
"tapi itu-- "
"Dulu? ya aku tahu itu dulu. Namun tak menutup kemungkinan akan bersemi kembali kan?"
"Maaf aku--"
"apa kamu mencintai suamimu?" Naily terdiam tak bisa menjawabnya. Dia tidak yakin.
"Sudah aku duga kamu cinta"
Ucap Billy meyakinkan presepsinya."bagaimana kakak bisa memutuskan? Bahkan aku tidak menjawab iya atau tidak"
"Kadang diam berarti iya. Jika kamu tidak mencintainya, aku yakin kamu akan memberontak dan menjawab tidak" Naily diam. Billy benar, harusnya Naily akan menyangkalnya bukan diam saja. Lalu bagaimana dengan isi hati Gio? Apa dia juga mencintai Naily? Naily harus menelan pil pahit untuk hal itu.
"Tenang saja, aku yakin dia mencintaimu. Perjuangkan apa yang sudah kamu mulai, jangan berhenti ditengah jalan. Bukan Naily banget"
"Makasih kak dukungannya" Billy menggenggam erat tangan Naily. Lalu mereka tertawa bersama saling mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Motherfucker (young mother)
RandomMenikah dengan orang yang menyebalkan? rasanya ingin gantung diri saja. aku harap tuhan mencabut nyawaku saja. sebuah drama kecil berakibat fatal. menjadi ibu di usia 18 tahun