don't give up

7.4K 365 2
                                    

Aku menatap nanar langit-langit kamar. Ragaku memang berada disini namun fikiranku melayang kejadian tadi. Kejadian ayah  tadi selalu terputar bak rekaman rusak.

Aku bingung harus menempatkan diriku dalam posisi senang atau sedih. Sedih karena tidak jadi bersama Gio atau senang karena aku bisa menanti Billy. Hah Billy? Bahkan aku sudah melupakannya. Yah semenjak aku bersama Gio,  sedikit demi sedikit Billy terhapus dari fikiranku. Harus kuakui saat disisi Gio , terkadang aku berharap Billy tak menunjukkan wajahnya agar tidak runyam.

Tok..tok

Mendengar suara pintu diketuk, aku menghapus kasar airmataku. Aku tidak ingin terlihat sedih dihadapan mereka.  Ayo naily kamu pasti bisa, aku mencoba menyemangati diriku meski aku tidak yakin akan berhasil.

"Dek,  kakak masuk ya?" Pintanya dari luar sana.

"Masuk aja gak dikunci kok" ckrek.. kak sha masuk dan duduk disampingku.

"Maafin kakak yah dek, gara-gara kakak kamu---"

"Kak, udah berapa kali Naily bilang, kaka itu gak salah. Kalau ada orang yang harus disalahkan itu si brengsek Bondan"

"Kamu jangan terlalu menyalahkan bondan dek, untung saja kita tahu diawal. Coba kalau kita tahu saat kakak sudah menikah? Pasti lebih runyam lagi"

"Memangnya tabiat bondan tuh kayak apa sih kak,  sampai-sampai anak orang dibuntingin"

"Bondan itu baik dek, dia selalu menjaga kehormatan kakak. Kakak terlalu munafik yah mengira bondan itu tidak seperti yang lain. Mementingkan nafsu. Tapi kakak salah dek, memang dia tidak memanfaatkan kakak, tapi melampiaskan nafsunya  ke orang lain. Dan orang itu,  orang yang menyukai bondan daridulu padahal bondan tidak menyukainya. Dia benar-benar pantas mendapatkan bondan. Dia begitu mencintai bondan sehingga apa saja dia berikan. Yah doakan saja bondan bisa membalas cintanya" jelas kak sha panjang lebar.

"Ternyata kakak ruwet juga yah. Kakak nikah aja sama Om Affan gih hahaha"

"Ngawur kamu ya mana boleh. Sudahlah jangan terlalu pikirkan kakak. Kakak juga mau ngambil S2 di kyoto. Nanti kakak bujuk ayah deh, lagian kasihan kalau kalian kebablasan. Ngomong-ngomong gimana rasanya berciuman di depan umum?" Tanya kak sha menggoda pipiku merona. Ah malu sekali malu mak malu anakmu.

"Ih jangan gitu ah kakak kaya ga pernah aja"

"Memang belum pernah" what?? Kakak sama brengsek bondan pacaran selama 5 tahun dan belum pernah kissing? YOU REAL DA MVP KAK!

"Jangan becanda deh kak aku aja umur 15 udah--" aku membungkam mulutku keceplosan.

"Bondan memang menghargai kakak dek,  palingan cium bibir tapi dihalangi tangan kami. Ciuman halal "

"Aku mah tenang aja kak. Kalau mau ciuman pakek ward*h kan halal" Kak sha menjitak kepalaku kemudian menceramahiku karena telah kecolongan ciuman yang harusnya untuk suamiku nanti.

Kami saling melempar candaan. Dan akhirnya tertidur saking lelahnya. Kami tertidur dengan posisi berpelukan. Mungkin seperti 10 tahun yang lalu kita diposisi ini. Sudah lama aku tidak bermanja dengan kak sha.

Sinar matahari menembus gorden yang artinya sekolah sudah menunggu. Ah membosankan sekali. Mengapa disaat aku sudah kelas 3 dan tinggal beberapa bulan saja sekolah ini terasa berat sekali.

"Dek bangun, kamu gak sekolah apa" kak sha menarik-narik selimutku.

"5 menit lagi kak." Aku mempertahankan selimut yang ingin di serang kak Sha.

"Kamu itu udah mau jadi istri orang kok kaya gini bangun pagi aja gak bisa. Masa mau bangun rumah tangga"

"Kak, kayaknya aku nggak enak badan deh. Bikinin surat ya" pintaku memelas .

Motherfucker (young mother)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang