Haruskah aku bahagia?

8.2K 348 25
                                    

Warning : lebih baik baca waktu buka puasa.

Naily melirik jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Hatinya gemeteran, beberapa jam lagi dia akan ziarah ke makam mantan suaminya. Meskipun hanya sesaat , namun tetap saja dia mantan suaminya. Karena dia telah sah mengucapkan ijab qabul beberapa bulan yang lalu.

"Kita mau ke tempat ayah ma?" Tanya Nico.

"Iya , Nico seneng?"

"Seneng banget ma, kita udah lama ga ke tempat ayah. Yee..." teriak Nico bahagia. Nico alasan Naily tenang menghadapi cobaan hidup.

"Kita mampir beli bunga dulu ya Co?"

"Iya mama, Nico mau beliin ayah bunga yang besar. Mama tunggu dulu ya.." Nico pergi ke kamarnya dan kembali membawa sebuah kaleng.

"mama, ini uang tabungan Nico buat beli bunga ayah" hati Naily teriris. Ada saja tingkah laku ajaib Nico.

"nico sayang.. uang ini buat Nico simpan ya, katanya mau beli PS4. Nanti bunganya pakai uang mama ya?"

"Tapi ma , Nico.."

"Sudahlah Nico, mama punya uang buat beli bunga. Lagian uang tabungan Nico itu banyak. Kalau dibelikan bunga semua, nanti makam ayah jadi taman bunga loh. Nico gamau kan? Nanti makam ayah di buat selfi anak-anak kekinian? "

"Selfi siapa ma temen Nico? Kekinian apaan sih ma?"

Gubrak. Naily menepuk keningnya sendiri. Ia merasa bodoh. Anak usia Nico mana tau hal beginian.

"Sudah ayo jadi nggak pergi ketempat ayah?"

"Jadi dong ma" teriak Nico kegirangan.

Naily melajukan mobilnya dengan pelan-pelan. Dia belum terlalu bisa menyetir mobil. Dan baru saja mendapatkan SIM A beberapa bulan yang lalu.

Naily menghentikan mobilnya di depan toko Manda florist. Dia mengamati bermacam-macam bunga yang ada. Dan akhirnya sebuket mawar putih jadi pilihannya.

Mobil SUV itu kembali melaju ke arah TPU di pinggiran kota. Macet, itulah kondisii saat ini. Pengap meskipun sudah menyalakan AC. Naily hatinya sangat menggerundal ingin rasanya mencabik orang-orang yang tidak taat aturan itu. Yang menyebabkan kemacetan panjang terjadi.

Mobilnya bahkan hanya bisa melaju 20km/jam. Dia merutuki dirinya sendiri. Dia lupa bahwa ini sedang jam sibuk. Dia terlalu bersemangat bertemu sang mantan suami.

20 menit kemudian, Naily terbebas dari kemacetan itu. Dia bisa melajukan SUV nya lagi. Sampailah di depan TPU tujuannya. Naily dan Nico melangkahkan kaki turun dari mobil.

"Eh , mbak Naily kok udah datang mbak? Biasanya hari minggu"
tanya mang diman, penjaga TPU itu.

"Eh iya ini mang, si Nico ngajak jenguk ayahnya"

"Mari mbak Naily saya antar" Naily mengangguk dan mengikuti mang diman.

Mang diman adalah penjaga TPU ini sekaligus tukang kirim doa. dia biasanya memimpin doa para takziah.

"wah kok bersih banget mang?" naily kagum melihat makam mantan suaminya yang bersih sekali.

"Habis saya bersihin kemarin mbak. Yuk mbak mari kita kirim doa. Alfatihah" mereka berdoa dalam khidmat. Mengirim doa untuk yang disana. Yang susah berbeda alam.

"Makasih ya mang" ucap Naily.

"Sama-sama mbak"

"Mang ini ada sedikit uang untuk mang diman"

"Wah nggak mbak, saya udah di gaji dari sini"

"saya tau mang , tapi gajinya tidak akan cukup untuk membiayai anak mang diman yang akan masuk kuliah kan. Terimalah mang" Naily memberikan beberapa lembar uang bergambar soekarno hatta.

Motherfucker (young mother)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang