[Park Jimin X Moon Sungrin]
Sungrin POV
'Saturday , 13rd February'
Kulihat kalender yang terletak disebelah tempat tidurku. Besok hari valentine.
duh.
Haruskah aku membuat coklat?
Tapi harus kuberikan kepada siapa?
Sesosok lelaki mesum tiba-tiba terlintas dipikiranku.
"Jimin?" Kugeleng-gelengkan kepalaku, mencoba menghilangkan bayangan lelaki yang sudah menjadi sahabatku dari aku masih belum menginjak usia belasan.
"Baiklah Moon Sungrin. Lupakan tentang Jimin dan ayo kita bersiap-siap untuk sekolah sekarang," kusambar handuk yang menggantung disebelah pintu kamar mandi dan segera membersihkan diriku.
Setelah menyelesaikan ritual mandiku, kukenakan kemeja putih dan rok hitam pendekku, tak lupa blazer hitam dengan logo sekolahku di dada kirinya. Kubawa tas sekolahku dan bergegas turun kebawah.
"Eomma, aku berangkat dulu."
"TIDAK BOLEH. Tunggu Jimin datang. Kau tahu kan sekarang berbahaya bagi perempuan jika pergi sendirian. Lagipula kau belum sarapan, habiskan roti yang Eomma buat dan minum banana milkmu," Aku memutar kedua mataku malas.
Ibuku selalu mengira bahwa aku masih belum bisa menjaga diriku sendiri. Eomma selalu meminta Jimin mengantar-jemputku karena notabenenya sebagai teman masa kecilku. Aku tahu niat Eomma baik. Tetapi itu menggangguku. Kutusukan sedotan ke banana milkku dan menyesapnya pelan.
"Sungrin-aa!" teriakan melengking terdengar dari arah luar rumah.
Si mesum sudah datang.
Hancur sudah kedamaianku menikmati banana milk ini.
"Eomma aku berangkat dulu," pamitku lesu.
"Hati-hati! Jangan jauh-jauh dari Jimin!"
Moodku berada di dasar laut sekarang. Justru dialah yang patut ku waspadai Eomma.
Kubuka pintu gerbang rumahku, dia disana dengan senyuman lebarnya.
"Pagi pemalas."
"Diamlah mesum. Aku bersumpah akan menamparmu jika memanggilku dengan sebutan itu lagi." Aku segera masuk ke mobilnya dan menampakan raut wajah jengkelku. Jimin menyusul dan duduk di kursi pengemudi, aku menarik sabuk pengaman tetapi tidak bisa.
Sabuk pengamannya macet.
"Jimin-aa, sepertinya kau harus beli mobil baru. Sabuk pengamanmu macet."
"Benarkah? Sini kulihat." Jimin mencondongkan tubuhnya ke tubuhku, mencoba meraih sabuk pengamanku. Wajahnya tepat berada didepanku, aku bersumpah dari jarak segini dia bisa merasakan deru nafasku menerpa wajahnya.
"Aku tahu aku tampan.Tidak usah memperhatikanku seperti itu." Jimin menarik sabuk pengamanku yang ternyata tidak macet dan memakaikannya.
"Tampan? Bullshit lah."
Jimin mulai mengendarakan mobilnya. Suasana begitu tenang, hanya musik dari radio yang terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAYUM!
Acak❝Love make us alive. Love and food.❞ Tujuh cerita pendek berbasis romance. Kisah cinta mereka tidak terpisah jauh dengan hal yang menjadi favorit semua manusia, makanan. copyright 2016 © bubble-b