Chapter 1 : The Day Before The Incident

88 8 0
                                    

Chapter 1 : The Day Before The Incident

Aku sedang piknik bersama keluargaku. Menatap matahari yang tepat berada di atas kepala. Padang rumput yang hijau menari-nari di tanah lapang. Aku Bloom Einclaries, gadis keturunan Perancis dan Rusia, dengan iris mata berwarna coklat dan tinggi 168 cm, hidung yang mancung dan bibir yang tipis. Itu ciri-ciri ku. Usiaku baru tujuh belas tahun. Keahlianku adalah menembak sasaran dengan tepat menggunakan pisau. Dad yang mengajarkanku. Dan sekarang, aku memakai pakaian sweater berwarna ungu muda dengan celana jeans biru malam sampai lutut. Aku akan selalu mengingat profil ku.

"Bloom!" Percy Mayvanik, berambut pirang dengan ujung rambutnya berwarna ungu. Dia kakakku. Yang sudah kuliah di Los Angeles. Los Angeles. Tempat yang begitu indah menurutku. Sebenarnya aku memiliki dua kakak. Yang satu bernama Percy Mayvanik berumur dua puluh tiga tahun dan yang kedua Adams Romanov yang berumur dua puluh enam tahun. Tetapi dia sedang ada pelatihan militer di luar kota.

"What?" tanyaku berbalik membuat rambut keemasan ku sampai punggung terkibas. Percy memberi isyarat dengan melambaikan tangannya padaku tanda menyuruhku ke arahnya duduk. Aku berdiri dan berjalan mendatanginya. Di sini, di tanah lapang ini. Keluarga ku berkumpul seperti biasa. Setiap Minggu pagi kami selalu piknik di daerah Los Angeles. Ada Mom, Dad, Grandma, kedua tante dan om ku, dan empat sepupu ku. Saat kami piknik, semua tidak boleh sedih. Karena pada saat hari sibuk, wajah mereka akan kusut.

"Ayo makan. Nanti Mom akan akan marah jika kita tidak memakan masakannya" Percy langsung saja menarik lenganku.

"Ow" jawabku singkat. Aku memang orang yang tidak banyak bicara. Banyak yang bilang, kalau sudah berumur tujuh belas tahun, kita tidak perlu lagi untuk malu.

"Ini dia, sweet heart. Makanlah banyak" ucap Mom memberikan semangkuk sup jagung berwarna keemasan, dia tersenyum dengan keriput umur empat puluh tujuh tahunan.

"Thanks, Mom" aku tersenyum lalu duduk bersila dan menikmati sup jagung buatan Mom. Manis jagung dan asin kuahnya membuat semangkuk sup ini sangat enak dan sempurna.

"Mom, this sup is so perfect" ucapku pada Mom. Mom hanya tersenyum.

"Mom, dimana Dad?" tanyaku.

Bersamaan dengan itu, Mom mengarahkan matanya ke tempat parkiran dan terlihat mobil berwarna hitam yang sedang parkir. Aku menyipitkan mataku agar dapat terlihat jelas.

'Itu mobil ayah' pikirku begitu.

Aku tetap memfokuskan pandanganku ke mobil hitam milik ayah. Dan seseorang membuka pintu mobil. Dia memakai topi khas militer. Aku berdiri dan langsung saja berlari ke arahnya. Tak ku ragukan lagi, dia kakakku. Adams Romanov, berambut coklat, tingginya beda lima belas sentimeter dengan ku.

Dia memakai kaus berwarna hijau tua dan memakai celana militernya dan sepatu boot yang lumayan tinggi. Aku memeluknya. Tak peduli aku seperti anak kecil.

"Hey, Adams" kataku memeluknya.

"Hallo, Bloom. Wah, kau semakin tinggi saja" aku hanya menyunggingkan senyuman lebar. Aku melepaskan pelukan ku dan berjalan bersamanya dan Dad.

"Well, Adams. Akhirnya kau datang juga" ucap Mom memeluk Adams.

Adams duduk dan memakan semangkuk sup jagung miliknya. Aku duduk di samping Adams. Memang, aku paling dekat dengan Adams. Hampir setiap malam, Skype menjadi alat komunikasi kami. Jika aku dengan Percy, aku tidak terlalu dekat dengannya. Karena dia sekarang sudah punya pacar, George namanya. Orang yang lumayan tinggi dengan rambut hitam. Itulah mengapa aku dan Percy tidak terlalu dekat dan akrab. Dad datang dan meletakkan tas milik Adams.

"Hay, Dad" ucapku tersenyum.

"Hallo, sweet heart" jawab Dad mengusap-usap rambut keemasan ku.

***

The VirusWhere stories live. Discover now