Chapter 8: Escape

38 3 0
                                    

Hallo, readers! Admin kembali. Maaf ya kalau admin telat update ceritanya. WARNING! TYPO BERTEBARAN. Jangan lupa buat vote dan comment nya!

——————————————

Chapter 8: Escape

"Huft. Always" ucapku. Lalu kami pun menuruni tangga yang mengantarkan kami pada lantai dua.

Siap-siap untuk perang selanjutnya, Bloom.

Berlari adalah salah satu cara kami untuk pergi secepatnya dari gedung ini. Di dinding terdapat angka dua. Kami telah tiba di lantai dua. Sekarang, aku dan Adams harus menjemput keluarga ku. Dan, Adams langsung membuka pintunya dengan cepat.

Mereka selamat

Aku bernapas lega saat mereka masih terlelap tidur. Aku segera membangunkan Percy dan Dad.

"Percy, bangun! Kita akan pergi dari gedung ini!" aku terus menggoyang-goyangkan bahunya agar bangun.

"Hmm—apa?" katanya setengah tersadar.

"SEMUANYA BANGUN!! KITA AKAN PERGI DARI SINI!" teriakku yang membuat mereka langsung terbangun.

"Bloom, ada apa ini?" tanya Tante Amy padaku.

"Uhmm, tempat ini tidak lagi aman. Kita harus pergi dari gedung ini sekarang juga" dan setelah itu, Tante Amy membangunkan Om Wallen dan anaknya.

Aku pun pergi menuju kamar mandi dan mengambil pisau kecil yang memang disembunyikan gedung ini di bawah celah-celah lemari. Entah tujuannya apa menyimpan pisau kecil ini. Aku menyimpan pisau kecil tersebut ke dalam sepatu boot ku. Aku menyempatkan untuk mencuci wajahku karena sekarang aku mulai mengantuk, dan yang terakhir adalah mengikat rambut ku menjadi kuncir kuda. Aku keluar dari kamar mandi dan sudah melihat keluarga ku yang bersiap-siap untuk keluar dari ruangan dan gedung ini.

"Kami menunggu mu. Kau siap?" tanya Adams.

Aku sempat mematung dan hanya menatap mereka satu-persatu.

"I'm ready" ucapku mengambil jaket kulit berwarna coklat tua.

Adams pun membuka pintu dan keadaan di luar masih sepi dan kosong. Adams memimpin kawanan dan aku berada paling belakang untuk menjaga mereka. Perasaan gugup hampir menyelimuti diriku. Aku mulai menarik napasku dengan tenang dan berirama. Kuharap asma ku tidak kambuh untuk kali ini. Aku selalu memegang erat pistolku untuk berjaga-jaga. Adams pun mulai menuruni tangga yang menuntun kami ke lantai dasar. Dimulai dengan Adams, lalu Dad, Om Wallen, Mom, Tante Amy, dan seterusnya. Lalu yang terakhir—aku. Saat aku hendak menuruni anak tangga teakhir—

"Bloom, behind you!" teriak Percy.

Saat menengok ke belakang, seorang pria langsung menampar ku dengan tongkat baseball berwarna hitam. Benda keras itu mendarat di keningku. Aku langsung terkapar di ubin dingin. Ugh, pusing—aku merasa sangat pusing. Segera aku bangkit dan mengambil ancang-ancang untuk menampar laki-laki itu.

Bug!!

Aku langsung menampar telinga laki-laki besar itu.

"Arrgh!!" teriak pria itu.

"Bloom, lari!" tanpa berpikir panjang, aku berlari mendatangi yang lainnya.

Sekarang kami berada di lantai dasar. Adams mencoba membuka pintu berkaca tebal itu. Tapi—tidak bisa.

"Pintunya dikunci!" teriak Adams.

"Tembak pintunya, Bodoh!!" teriak Percy

Langsung saja dia mengeluarkan pistol dari kantongnya lalu mulai menembak gagang pintu gedung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 27, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The VirusWhere stories live. Discover now