tear of..

605 39 11
                                    

happynes

Jangan lupa vote nya , kawan..

****
Suasana rumah sakit begitu dingin oleh ac yang menyala. Noh bergegas lari menuju ruang operasi tempat di mana Phun akan berjuang antara gagal dan berhasil.

"Phun.. Aku gak mengijinkanmu mengambil keputusan gila ini."

Sambil menangis sesenggukan penuh air mata Noh merobek-robek surat cerai yang telah di tanda tangani oleh Phun.

"ingat Phun.. Aku lah suamimu, dan kau lah suamiku. Selama nya sampai kapanpun, tak kan ada yang mampu merubah status itu. Hikz"

Noh masih saja terus menangis dan terus memarahi atas kebodohan yang telah Phun lakukan. Walau Phun merasa sangat bersalah tapi Phun tak inigin menyesali keputusan nya itu. Noh berusaha menyakinkan Phun, dan memberi semangat seolah Noh sudah dapat memastikan kalau operasi Phun kali ini akan berhasil.

Noh akhir nya keluar dari ruangan itu, meninggalkan orang yang sangat ia cintai menghadapi semua peralatan operasi sendirian. Noh sudah tak memikirkan lagi tentang perut nya yang tak di isi sejak pagi. Tubuh nya tiba-tiba lemas dan tak berdaya bersandar pada tembok rumah sakit. Ohm yang menyadari itu langsung saja berteriak dan meanggil siapapun untuk memberi Noh pertolongan. Ada seorang suster datang lalu meminta Ohm membawa tubuh Noh ke ruang periksa.

"dia hanya kelelahan, dia butuh istirahat"

Dokter yang memeriksa nya, memastikan dengan sangat yakin bahwa Noh tidak apa-apa.
Ohm dan semua orang yang menemani Noh ikut merasa lega.

"selamat , suamimu sedang hamil satu bulan."

Ha? hahaha..

Semua tertawa, sedangkan dokter itu hanya diam dengan wajah penuh ketidak mengerti an.

"saya temannya dok, bukan suami nya. Saya belum menikah, dan itu yang paling imut itu, dia pacar saya, nama nya Mick"

Ohm menjelaskan kepada dokter itu, sambil memamer kan pacar nya pada dokter yang telah memeriksa sahabat nya itu.

"Maaf kan saya tuan, tapi anda terlihat begitu sangat kuwatir pada pasien ini. Jadi saya mengira.."

Dokter itu tidak melanjutkan bicara nya. Ohm memegang pundak dokter itu dan mengatakan supaya dokter itu tak perlu minta maaf. Yeah begitulah, terlihat jelas Ohm begitu sangat mengkuwatirkan Noh. Tentu saja itu benar, mereka bahkan sering mandi bersama saat kecil dan sampai mereka dewasa pun, masih selalu melakukan itu tapi tidak lagi setelah Noh menikah. Siapa yang rela pasangan nya mandi besama orang lain? tidak ada kan? begitu juga dengan Phun si rambut jamur.

Noh belum sadarkan diri, bahkan setelah Phun selesai opeeasi pun Noh masih terbaring di atas matras rumah sakit itu. Sampai Per yang menunggui Noh mendengar suara Noh memita minum. Per tersenyum dengan perasaan yang tak lagi was-was seperti tadi. Per bangkit menuangkan segelas air putih dan berjalan ke arah Noh yang sudah membuka mata nya itu, terlihat sedang mencoba bangun dan membenahi duduk nya.

"aku dimana Per, bagaimana dengan keadaan Phun?"

Per yang seakan tau tentang ketakutan Noh, berusaha menjawab pertanyaan setenang mungkin dari lelaki yang sedang rapuh itu.

"Tenang kan dulu pikiranmu phe, apapun yang terjadi phe Noh harus tetap bangkit dan harus tetap menjemput kebahagiaan phe Noh"

Mendengar perkataan Per, membuat nya tersedak air minum. Dia langsung bangkit turun dari ranjang. Dia tak lagi mendengar apa yang Per katakan. Dia tak perduli dengan keadaan nya yang masih lemah dan butuh istirahat. Dia berjalan setengah lari sangat tergesa-gesa menuju ruangan suaminya. Noh semakin ketakutan, melihat para sahabat nya berwajah murung dan berbaris rapi di luar pintu kamar suaminya. "apakah Phun..? Benarkah..? tidaaak, tidaaaaak, aku tidak rela"
Noh tak ingin percaya dengan apa yang ada di pikiran nya. Dia mencoba menerobos barisan sahabat nya untuk bisa masuk ke dalam kamar di mana Phun beristirahat. Noh berjalan lamban dan semakin lamban dengan tetesan demi tetesan air mata. Dia mendekati Phun, menatap wajah yang selalu dirindukannya itu.

lovesick//takkan berubahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang