Neung, dengan sengaja menabrakkan mobil nya. Dia ketakutan sekali mendengar perbincangan earn di rumah sakit tadi. Akhirnya membuat mobil earn menabrak pohon dengan indah. Earn lebih memilih membanting setir kekiri daripada harus menabrak mobil didepannya ketika kehilangan keseimbangan mobilnya. Walaupun sebenarnya sedang tidak ada satu mobilpun saat itu. Setelah memastikan Earn tidak sadarkan diri, Neung keluar dari mobilnya berjalan menuju Earn, Membuka pintu mobil dengan tergesa_gesa mencari dokumen hasil test tadi. Wajah Neung tersenyum penuh kemenangan , sudah bisa ditebak pasti ia telah menemukan apa yang ia cari. "Sekarang aku harus mengurusi orang ini" Neung mulai berpikir keras supaya tidak ada jejak yang akan membahayakan kebusukan nya itu. Neung menelepon seseorang, tentu saja para kaki tangannya yang demi uang rela mencelakai orang lain. Bukan hal tabu lagi kan, mereka para penguasa yang berlimpahkan harta selalu saja memperdaya orang sekitarnya dengan "UANG" yeah meski uang memang bukan segalanya tapi segalanya memang selalu butuh uang, sudahlah..jangan munafik ahahahaha
Rencana yang bagus, Neung beserta anak buahnya menggiring Earn beserta mobilnya ke sebuah tempat yang dimana jalan itu menurun. Akan sangat bagus untuk menghantar nyawa siapa saja yang berkendara dengan rem yang blong. Lagi_lagi Neung tersenyum puas, tidak hanya penuh kemenangan tapi juga penuh kebencian yang membara seolah matanya berkata "matilah secepat mungkin" lalu pergi meninggalkan Earn yang masih pingsan didalam mobilnya yang kini sudah memulai perjalanannya menuju maut di ujung gang jalan itu.Di lain keadaan, Noh beserta semuanya masih berteriak memanggil nama Earn. Sesaat setelah Pete histeris dan pingsan, Phun segera berlari dan mengaktifkan location di handphone nya. Tekhnologi sudah sangat canggih sekarang, dengan fasilitas itu Phun menemukan keberadaan EArn karena GPRS nya memang trpasang. "Phe...Disana cepat Phe.." seru Per yang telah melihat mobil Earn mencoba meminta bantuan segera mungkin untuk menolong Earn. Merekapun menuju mobil Earn, dengan penuh rasa kuwatir serta berdoa dalam hati meyakinkan diri bahwa sahabat nya itu akan baik-baik saja.
"Earn...Bangun Earn bangun, hentikan mobilmu EArn.. Earn kamu harus bisa, jangan menyerah Earn." suara demi suara saling sahut berharap Earn bisa mendengar mereka dan membuka matanya. Namun Nihil, keadaan luka Earn terlalu parah. Mereka masih terus menggedor pintu kaca mobil Earn sambil terus berlari dan memanggil nama yang tak juga tersadar itu "Earn"
"Earn...Kamu harus bangun Earn, kamu sudah berjanji padaku untuk terus menjagaku. Kamu harus menepatinya Earn...Huhuhu Earn..Kalau kamu pergi aku tak tahu lagi aku hidup untuk siapa Earn...Huhuhu" Pete yang telah terbangun dari pingsannya tadi langsung menyusul orang yang sangat berarti bagi hidupnya itu. Kini suasana berubah menjadi tangisan dan teriakan yang begitu pilu. Mereka berusaha dengan keras menghentikan laju mobil milik Earn. Namun gagal karena jalan itu terlalu menurun sedangkan ban mobil memaksa untuk terus berputar. "Earn bangun Earn, jangan pergi Earn, kuperintahkan kamu bangun Earn, ini perintah Earn huhuhuhu....Earn apa kamu sudah berani menolak perkataanku huhuhu.... Eeaaaaaaaarrrrnnnnnn" Pete semakin histeris, sedangkan yang Noh kuwatirkan tidak lagi Earn tapi Pete. ia kuwatir Pete dan kandungannya akan bermasalah jika Pete tarus seperti itu. Laju mobil Earn bettambah cepat, mereka bertambah lelah. Tak satupun dari mereka mampu menghentikan mobil Earn. Mobil Earn terlepas dari cengkeraman mereka. Mereka masih berlari tapi tetap saja tak terkejar. Earn...Sudah disambut oleh gang kematian yang telah menantinya di ujung jalan. Dan.....Bruuuuaaaaagggggg, mereka semua menutup mata masing-masing. Tak ingin menyaksikan peristiwa nista yang ada di depan sana.
Sampai "pak.Phun...Tolong panggil ambulanc segera" salah satu polisi itu membuyarkan ketakutan mereka. Serombongan polisi datang tepat waktu sesaat sebelum mobil Earn benar-benar menabrak tebing. Phun menghubungi mereka setelah tahu Earn dalam bahaya saat dibar tadi.
********
Sesampainya di rumahsakit, Earn langsung di masukan ke ruang UGD. Pete terus saja menangis sudah sejak semalem dia tidak beristirahat. Noh dan Mick juga pergi membeli sesuatu untuk Pete. Sedangkan Win, masih duduk disamping Pete menemaninya. "hei Tuan, anda berlumuran darah, sebaiknya kami periksa keadaan anda" seorang suster menyarankan agar Pete mau mengecek kondisinya. "tidak, terimakasih" jawaban singkat dari Pete. "Phe..Jangan seperti itu, kamu juga perlu menjaga kesehatanmu. Kasian baby nya, jika tidak memperdulikan dirimu setidaknya pikirkan baby yang ada di kandunganmu." Win tak kalah memaksa Pete untuk memeriksakan diri. "Win..Percayalah aku baik-baik saja, aku yakin baby ku juga baik-baik saja dan baby ku pasti juga tak ingin beranjak dari sini." sambil tersenyum menyembunyikan luka dihatinya yang terus saja menjerit "Earn jangan pergi, kamu harus kuat, kamu tidak boleh kemana-mana" memberontak meronta menginginkan Earn untuk segera bangun dan memeluknya lalu berkata "Pete aku baik-baik saja, aku takkan pergi meninggalkanmu" dan berharap ini hanya mimpi buruk yang akan hilang saat ia terbangun. Namun itu seperti kepahitan yang harus Pete tahan dalam Bungkam keretakan perasaannya dan menggantikannya dengan senyuman. Yeah sebuah senyuman perih menggoreskan luka tersiram airgaram. Perih pedih memilukan, Namun Pete juga tak mampu mencampakannya begitu saja semudah saat ia tidak menginginkan sayur pare yang dimasak Earn untuknya. Pete tak bisa untuk mengatakan tidak. Pete terus tersenyum meyakinkan orang disampingnya untuk mbiarkan nya tetap tinggal diposisi duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
lovesick//takkan berubah
FanfictionTulus itu menerima apa adanya. Tulus itu tak bersyarat. Seperti hal nya rasa sayang, Seburuk apapun kita, Takkan merubah rasa sayang itu. Tulus itu takkan ada "berkurang" Semakin mengenal satu sama lain akan Semakin memperbesar Rasa itu. Terkesan...