Chapter - 2

17.6K 1.2K 27
                                    

[Media: Kezia Aliskia]

Rasa percaya itu seperti anak tangga yang licin, Sayang. Ketika kau menemukan kecewa di atas sana, kau akan tergelincir dan jatuh ke bawah.

Penagenic
*******

Setelah sampai dirumah. Ibu langsung memelukku. "Kamu dari mana saja Cia" Tanya Ibu. Ya, aku memang biasa di panggil Cia. Aku sendiri menyukai panggilan itu untukku.

"Maaf Ibu, Cia tadi ada urusan sebentar" kataku. Dan si Ibu hanya menghelakan nafas.

"Kamu harus perhatikan kondisi tubuhmu Cia. Sekarang masuk kekamar, ganti baju, dan minum obatmu. Setelah itu istirahat" Aku hanya mengangguk patuh mendengar ucapan Ibu.

Ibu sangat perhatian kepadaku. Karna aku anak satu-satunya. Ayah sendiri bekerja di sebuah perusahaan dan akan pulang sekitar pukul 9 malam.

Saat memasuki kamar, aku langsung mengunci pintu dan merebahkan tubuhku dikasur. Aku menutup mataku untuk merasakan betapa lelahnya hari-hari yang kulewati.

Apalagi 3 hari ini terasa sangat berat bagiku, sejak Cara kembali dari Amerika. Dan mengambil Zillo dariku.

Dulu sebelum Cara kembali, aku masih merasa tenang. Saat Zillo masih berada di sampingku. Tapi sekarang? Ah semuanya terasa jauh lebih berat dari sebelumnya.

Aku bangkit dari tidurku, dan duduk di sisi ranjang. Melihat obat-obatan yang ada di meja belajarku. Aku bangkit dan mengambilnya beberapa. Dan meminumnya. Setelahnya aku berganti pakaian. Dan kembali untuk istirahat.

Drrtt... Drrttt... Drrrtt...

Aku segera mengambil ponselku yang tadi aku letakkan di meja belajarku.

'Cia aku ingin mengajakmu ke bioskop malam ini. Apa kamu bisa? ' -Zillo

Aku tersenyum membaca pesan dari Zillo. Dan bersegera membalasnya.

'Ya, tentu saja. :) Apakah ini adalah kencan pertama kita?'

Aku tersenyum miris membaca balasanku. Aku hanya mencoba menunjukan kepada Zillo, apa yang kurasakan. Sedikit saja. Aku ingin Zillo mengerti.

'Maafkan aku karena baru bisa mengajakmu sekarang.'

Itulah yang balasan dari Zillo. Aku hanya tersenyum. Dan membalasnya.

'Tidak masalah. Aku senang kau mengajakku keluar malam ini. Sudah ya. Aku ingin istirahat. Hari ini sangat melelahkan'

Setelah mengirimkan balasan itu. Aku tidak merasakan tanda-tanda bahwa Zillo akan membalas pesanku. Aku merasakan sesak didadaku. Entahlah ini terasa sangat menyakitkan. Aku hanya ingin Zillo sedikit lebih perhatian kepadaku. Hanya sedikit saja. Tidak bisakah?

Tapi seharusnya aku tidak memikirkan itu. Yang penting sekarang aku tidur. Dan setelah itu bersiap-siap untuk keluar dengan Zillo.

*******

Saat ini aku sudah berdiri didepan cermin. Melihat pantulan tubuhku yang terbalut dress berwarna Hitam Putih.

Jujur aku sedikit gugup. Ini adalah pertama kalinya kita berkencan. Dan aku sengaja tidak makan malam, supaya bisa makan bersama Zillo. Ibu sebenarnya khawatir dengan kondisiku. Tapi aku berusaha agar terlihat baik-baik saja. Dan perjuanganku tidak sia-sia.

Drrrt.. Drrrtt... Drrtt

Aku bersegera membaca pesan yang dikirim oleh Zillo.

'Cia, maaf sepertinya kita tidak jadi keluar malam ini. Aku ada urusan penting yang harus ku selesaikan. Sekali lagi maaf.'

Hatiku hancur untuk kesekian kalinya. Dan oleh pelaku yang sama pula.

******
Bersambung

Dan makasih buat yang udah baca. Vote sama Commentnya ditunggu yaa. :) Makasih :)

HURT (The Last Day Of Dating)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang