Chapter - 6

12.9K 1K 13
                                    

Aku terlalu kecil untuk semua harapanmu yang kian membesar. Namun satu yang harus kau tau, kau selalu besar, di hati kecilku.

•Karizunique
*****

Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Tapi Cia tetap berdiam diri di parkiran. Sedangkan Keila sendiri, sudah pulang bersama Rizky, pacar Keila.

Cia selalu iri dengan kemesraan mereka. Dia selalu ingin hubungannya dengan Zillo seperti itu. Semoga.

Dan sekarang ia ingin kembali memperjuangkan Zillo. Dia tidak ingin Cara mengambil Zillo. Tapi sebelum ia menjalankan rencananya.

Dia sekarang sudang disuguhi pemandangan yang cukup menyakitkan untuknya. Melihat Zillo dan Cara bergandengan tangan.

Saat melihat Cia, Zillo segera melepaskan genggamannya dari tangan Cara. Dan berjalan ke arah Cia.

"Cia? Ada apa?" Tanyanya setelah sampai didepan Cia. Cia menatapnya dengan tatapan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Cia tidak pernah menatapnya seperti ini. Dan untuk kesekian kalinya, dia tidak bisa membaca arti dari tatapan Cia.

"Kakak pulang dengan siapa?" Tanya Cia dengan hati-hati. Meskipun ia tau jawaban yang akan diberikan Zillo.

"A... Aku... Aku akan pulang dengan Cara" Jawaban yang sudah Cia tebak sebelumnya. Tapi hatinya masih belum bisa menerima jawaban itu.

Dan pertanyaan itu muncul lagi, pertanyaan yang menghantuinya selama beberapa hari yang lalu 'Sebenarnya disini siapa kekasihnya?'

"Kenapa kak Cara pulang dengan kakak? Bahkan aku sendiri belum pernah naik mobil kakak?" Tanya Cia. Dia bertahan untuk tidak menangis saat itu juga.

Zillo tertohok oleh apa yang Cia ucapkan. 'Apakah benar jika dia tidak pernah mengantar Cia pulang?' Dia menatap Cia, Cia hanya menatap matanya dengan lembut.

Seperti tatapan yang selalu diberikan oleh Mamanya. Saat itulah Zillo merasakan ada yang aneh dengan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak dengan kencang.

"Aku hanya ingin mengantarnya pulang. Apa kau juga ingin pulang bersama?" Ucapan Zillo, membuat dua gadis cantik itu menatapnya.

Tatapan yang memiliki arti berbeda. Cia menatapnya senang, sedangkan Cara menatapnya dengan tanda tanya yang besar.

"Bolehkah?" Tanya Cia.

"Tentu saja." Jawab Zillo dengan tenang. Melihat tatapan Cia tadi, membuatnya ingin melihat tatapan itu sekali lagi. Dia menyukai cara Cia menatapnya. Cara yang melihat adegan itu dengan tangan yang mengepal.

"Masuklah" Suruh Zillo kepada dua gadis cantik itu. Saat Cia ingin masuk kedalam mobil disamping tempat duduk pengemudi, Cara dengan cepat mengambil alih tempat itu.

Zillo sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Cara. Tapi dia hanya memilih diam. Dia melihat tatapan sedih yang ditunjukan oleh Cia. Ada rasa tidak suka menyusup kedalam hatinya saat melihat tatapan itu.

Sedangkan Cia sendiri kecewa karena Zillo hanya diam saja melihat apa yang dilakukan oleh Cara. Dia memutuskan untuk duduk di kursi belakang.

Setelah itu Zillo menjalankan mobilnya, membelah ibukota Jakarta. Cia hanya menatap kaca jendela mobil, dan melihat padatnya jalanan.

Zillo melihat Cia yang ada dikursi penumpang melalui kaca yang ada didalam mobil. Dia menghelakan nafasnya, karna merasa tidak bisa melakukan apa-apa untuk Cia.

Dia juga merasa bahwa, dia tidak pernah melakukan hal-hal yang berkesan untuk Cia. Dia selalu memikirkan Cara, Cara, dan Cara.

Tapi saat Cara kembali, dia merasa ada sesuatu dari dirinya yang hilang. Bahagia itu pasti. Tapi tidak ada rasa yang lebih membuncah.

Sekarang dia memutuskan untuk mengantar Cara terlebih dahulu. Setelah sampai didepan rumah Cara, saat Cara hendak turun dari mobil

Tiba-tiba Cara menoleh ke arah Zillo, dan mencium pipi kiri Zillo. Zillo terkejut dengan apa yang dilakukan Cara. Cia sendiri tidak bisa menerjemahkan apa yang dia rasakan sekarang. Matanya memanas.

"Sampai Jumpa Zillo" Pamir Cara setelah itu menutup pintu mobil Zillo. Zillo hanya mengangguk. Setelah itu Zillo menoleh ke arah belakang.

Deg...

Untuk pertama kalinya Zillo melihat tatapan itu, dan untuk pertama kalinya juga Zillo melihat airmata itu menetes.

"Cia.." Panggil Zillo lirih. Setelah mendengar itu, Cia seperti tersadar suatu hal, dan segera menghapus airmatanya dengan cepat.

Setelah itu dia mencoba menunjukan senyum andalan yang selalu ia berikan. Zillo menatapnya tak suka.

"Pindah kedepan!" Suruh Zillo. Tapi Cia tidak bergeming sama sekali.

"Aku bilang pindah kedepan Cia! Sekarang!" Suara Zillo terdengar menakutkan. Cia bergegas membuka pintu, dan pindah disamping Zillo.

Tidak lama setelah itu dia menoleh ke arah Zillo, tapi Zillo hanya diam menatapnya dalam. Beberapa detik kemudian tubuhnya membeku. Jantungnya berdegup dengan sangat cepat.

"Maaf..."

"Maafkan aku Cia" Saat itu juga pertahanan Cia runtuh. Dia menangis dipelukan Zillo.

****
Bersambung...

Maaf kalo cerita ini semakin absurd atau apa :'v Maaf juga kalo banyak typo yang berkeliaran... Vote sama Comment nya di tunggu ;)

Makasih buat yang tetep baca cerita ini. Love you... :*

HURT (The Last Day Of Dating)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang