Chapter - 16 (ENDING)

18.4K 882 44
                                    

Happy Reading...

Warning!! Typo bertebaran... 😂
Vote sama Commentnya ditunggu yaa 😁 thanks 😊 Baca sambil dengerin lagu yang dimedia yaa, biar lebih ngena 😂
*****

Sekarang Ayah dan Ibu Cia sedang berada di dalam kamar rawat Cia. Menjaga putri semata wayang mereka.

Zillo sendiri sudah kembali ke kamar rawatnya sendiri. Meskipun dengan paksaan dan sedikit ancaman. Dan Zillo besok sudah diperbolehkan pulang. Sedangkan Cia masih menunggu beberapa hari lagi.

Setelah berbicara panjang lebar dengan kedua orang tuanya tentang kesehatannya yang semakin menurun. Akhirnya Cia bisa menghela nafas lega karna kedua orang tuanya menuruti permintaannya.

'mungkin ini yang terakhir...' Pikirnya. Setelah itu ia tersenyum sebelum menutup matanya.

*****
Keesokan harinya...

Zillo sudah berada di ruangan Cia dengan pakaian rapi, tidak menggunakan pakaian pasien. Sedangkan Cia sendiri sama seperti Zillo ia tidak lagi menggunakan pakaian pasien, dan infusnya sendiri sudah dilepas setelah berdebat cukup lama dengan sang dokter.

Dia sudah meminta izin pada dokter dan kedua orang tuanya kemarin malam, bahwa ia ingin pergi berkencan dengan Zillo.

Awalnya kedua orang tua Cia dan dokter tidak menyetujui itu, bahkan Zillo sendiri sudah melarangnya. Namun Cia memberi penawaran bahwa akan berkencan disekitar daerah rumah sakit saja.

Dan akhirnya dengan berat hati mereka semua menuruti permintaan Cia. Zillo saat ini menatap Cia dengan pandangan khawatir. Pasalnya gadis itu masih terluhat pucat.

"Cia apa sebaiknya kita membatalkan kencan ini saja? Aku tidak tega melihatmu. Kau terlihat sangat pucat." Pinta Zillo. Dia tidak bisa melihat wajah Cia yang terlihat pucat.

"Tidak. Aku ingin kita berkencan hari ini. Titik" Bantah Cia tegas. Zillo menghela nafas panjang.

"Ayolah Cia. Kau terlihat sangat pucat, aku tidak tega melihatmu seperti itu. Bukankah lebih baik kau istirahat? Udara malam tidak baik untukmu." Zillo kembali membujuk Cia agar beristirahat.

"Tidak. Aku hanya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Aku tidak memiliki banyak waktu lagi. Aku--" Ucapan Cia terhenti ketika melihat raut wajah Zillo berubah. Rahangnya mengeras. Cia mencoba mendekat ke arah Zillo. Dia mengusap rahang Zillo lembut. Mencoba memenangkan Zillo.

"Tenanglah..." Ucapnya. Dan Zillo memejamkan mata menikmati sentuhan Cia.

"Baiklah. Mungkin kau benar. Kita juga belum pernah berkencan sebelumnya." Zillo membuka matanya dan kembali menatap Cia yang tengah tersenyum manis kepadanya.

Dia membalas senyuman Cia tak kalah manis. Sejenak Cia tertegun melihat senyum Zillo, senyum manis yang jarang sekali dikeluarkan Zillo.

Dengan lesung di pipinya. Lamunannya buyar karena gengaman tangan Zillo yang mulai menariknya keluar dari kamar rawatnya.

Selama perjalanan menuju taman rumah sakit. Zillo tidak pernah melepaskan genggaman tangannya pada tangan Cia. Seolah-olah bahwa itulah penopangnya.

Setelah sampai disebuah bangku Zillo dan Cia langsung mengambil posisi duduk. Taman rumah sakit terlihat sepi hanya ada beberapa saja yang disana.

Zillo benar-benar khawatir kali ini melihat Cia yang tampak pucat. Sedangkan dia sendiri tidak menggunakan jaket. Dan malam ini udaranya terasa lebih dingin dari biasanya.

HURT (The Last Day Of Dating)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang