Chapter - 9

12.6K 932 9
                                    

Media: Cia - Zillo

Beberapa detik setelah kau tersenyum. Barangkali itulah jawaban paling sederhana, saat kau bertanya kapan aku mulai jatuh cinta.

•Penagenic
******

Setelah kejadian dimobil Zillo beberapa hari yang lalu, sekarang Zillo mencoba untuk lebih fokus kepada Cia.

Bahkan Cara sempat tidak masuk sekolah beberapa hari karena Zillo sudah benar-benar mencampakannya.

Dan itu semua salah Cia. Andai saja gadis itu tidak hadir dalam hubungannya dan Zillo pasti saat ini dia dan Zillo sudah bisa kembali bersama.

Tapi karena gadis itu Zillo sekarang menjaga jarak darinya. Dan saat ini dia menunggu Cia di belakang sekolah setelah pulang sekolah. Karena dia sudah memiliki janji dengan gadis itu.

Tapi sampai sekarang Cia belum muncul di hadapannya. Dan membuatnya semakin kesal pada gadis itu. Tapi saat ia mendengar langkah kaki dia menoleh ke sumber suara itu.

Dan disana ada Cia dan juga Zillo yang berdiri disamping Cia dengan menggenggam tangan gadis itu.

Ada rasa sesak dan kesal yang begitu menyeruak di rongga hatinya. Dia harus menyelesaikannya dengan cepat.

"Bukannya tadi gue nyuruh loe dateng sendiri yaa? Kenapa malah sama Zillo? Loe takut? Hah?" Ucap Cara dengan ketus.

"Maaf kak... aku tadi..."

"Gue yang maksa buat ikut. Kenapa?" Belum sempat Cia menyelesaikan kalimatnya. Zillo sudah memotong ucapannya.

"Oh udah cinta mati ternyata sama Cia. Tenang aja gak bakal gue apa-apain kok pacar loe" Balas Cara.

"Terus gue harus percaya, gitu?"

"Ya terserah sih loe percaya apa enggak. Kayaknya loe deh yang paling ngerti gue itu kayak gimana" Zillo kalah telak. Ya dia tau bahwa Cara tidak mungkin melakukan kekerasan. Cara bukan tipikal gadis yang bar-bar.

"Gue nyuru dia kesini cuma mau nyuruh dia buat mutusin loe." Ucapan Cara yang satu ini membuat tubuh Cia mematung di tempat. Zillo sendiri langsung mengeratkan genggamannya pada tangan Cia.

Zillo dapat merasakan bahwa tangan gadis itu dingin dan berkeringat. Dia menatap wajah Cia, dan dia terkejut melihat wajah Cia yang pucat. Dia membisikan kalimat yang dia pikir bisa menenangkan Cia.

Berhasil, perlahan tubuh Cia sudah tidak tegang. Bahkan Cia tersenyum kepadanya. Sebahagia itukah Cia hanya karena kalimat sederhana yang dia ucapkan. Tapi perlahan hatinya menghangat, dan dia membalas senyuman Cia.

Dengan hati-hati Cia meyakinkan diri membalas ucapan Cara. Kalimat yang diucapkan Zillo, membuat dia yakin atas pilihannya kali ini. Dan dengan perlahan dia memberanikan diri menatap Cara.

"Maaf kak. Untuk yang satu itu aku gak bisa. Sekali lagi maaf. " Setelah berkata seperti itu tangan Cia di tarik oleh Zillo untuk pergi dari sana.

Cara hanya menatap mereka berdua dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Sebenarnya bukan ini rencananya.

Semua yang di rencanakannya gagal karena Zillo yang ada disana. Tapi perlahan bibirnya membentuk seringai yang mengerikan.

"Ini masih permulaan. Kita lihat saja siapa yang berhasil mendapatkan Zillo." Dan dia beranjak darisana.

*******

Setelah pergi dari tempat Cara kini mereka berdua bergegas untuk pulang karna hari sudah menjelang sore.

"Kak.." Panggil Cia ke Zillo yang masih setia menggenggam tangannya.

"Ya?"

"Apa besok kakak ada waktu?" Tanya Cia dengan ragu-ragu.

"Ada. Kenapa? Kau mau mengajakku kencan?" Blush. Pipi Cia langsung memerah mendengar nada menggoda yang diucapkan Zillo.

"Ti..Tidak... Bu.. Bukan itu maksudku... A.. Ak.." Suara tawa Zillo membuatnya menghentikan kalimatnya dan menoleh ke arah si pemilik. Dia terpesona dengan cara Zillo tertawa. Seperti suara hujan yang selalu ia sukai.

"Kau lucu sekali Cia. Aku suka. Hahaha... Dan aku akan mengajakmu berkencan besok. Dandanlah yang cantik. Aku tidak suka jika kau yang mengajakku. Karena itu adalah tugasku" Ujar Zillo setelah berhasil menghentikan tawanya.

Dan sekali lagi dia melihat pipi Cia memerah. Dia terlihat sangan lucu jika pipinya memerah. Dengan gemas dia mencubit pipi Cia yang terasa lembut di tangannya.

Cia sendiri menahan sakit dipipinya karna Zillo menyubit pipinya cukup keras. Tapi tindakan Zillo yang selanjutnya lah yang membuat jantungnya berhenti sejenak. Zillo memeluknya.

"Aku mencintaimu" Kalimat itu. Kalimat yang selalu ia tunggu-tunggu. Kalimat yang ia yakin akan ia dengar. Dan akhirnya sekarang kalimat itu terucap dari bibir Zillo.

Dia dengan perlahan membalas pelukan Zillo. Dan dia menginggat kalimat yang Zillo ucapkan saat ditaman belakang, untuk menenangkannya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu"

*****

Bersambung.....

Maaf loh kalo ini makin gak jelas atau apa.

Vote sama Commentnya ditunggu yaa. Maaf lama.

Makasih buat yang masih nungguin cerita ini. Love you guys, Aku padamu ❤

HURT (The Last Day Of Dating)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang