Harus berpisah?

343 26 3
                                    

Aku langsung mengigit bibir bawahku saat mendengar kata-kata keramat yang meluncur begitu saja dari mulut bang Jarvis.

Saat kulihat bang Jarvis masih melakukan adu pandang sengit dengan kak Aby, aku pun semakin cemberut dibuatnya.

Dari dulu tiap aku pacaran selalu disuruh putus ga jelas. Sebel banget pokoknya!

" Bannggg....." Aku mulai merengek, membuat bang Jarvis menoleh kearahku.

" Putusin, Gi." Suara yang digunakan memang lembut, tapi kata-katanya itu lho.

" Ga Bisa!" Itu bukan suaraku, aku sampai syok mendengar suara tegas kak Aby.

" Urusan lo apa nyuruh-nyuruh dia putus?"

" Gue kakaknya kalo lo belum tau." Senyum sinis bang Jarvis bener-bener bikin aku pengen nimpuk kepalanya pake sandal.

" Jadi, karena lo kakaknya terus bisa bikin lo seenanknya ngatur dia harus putus dari pacarnya?" Aku mengangguk tanpa dikomando yang memicu bang Jarvis melotot galak padaku.

" Insting gue bilang, lo ga baik buat adek gue. Dan bagi gue itu udah cukup." Tatapan bang Jarvis langsung beralih padaku." Berangkat sama abang." Putusnya yang langsung berjalan menuju mobil sport biru kesayangannya.

" Kak Aby maaf ya, aku harus berangkat bareng bang Jarvis." Aku benar-benar ngerasa ga enak banget, apalagi dengan tatapan datar tak terbaca milik kak Aby sekarang.

" Oke." Adalah jawaban singkat kak Aby sebelum pergi meninggalkanku menuju rumahnya.

" Abang kenapa sih larang-larang Anggi buat pacaran sama kak Aby? Anggi cinta tau sama dia." Protesku setelah masuk kedalam mobil bang Jarvis.

" Lo masih kecil, ngapain sih ngomongin cinta." Katanya ketus.

" Masih kecil juga cinta mah cinta aja. Kan ga kenal umur." Mencoba memberi alasan walaupun yang diajak ngomong malah asik nyanyi-nyayi ga jelas.

Aku butuh batu gede sekarang.

***

" Jadi yang tadi itu beneran kakak lo?" Adalah pertanyaan kak Aby saat kami sedang berada dikantin.

" Iya."

" Hm." Kak Aby mengangguk-anggukan kepalanya, tetapi mulutnya tidak berhenti mengunyah siomay pesanannya.

" Jadi kita putus ni?" Tanyanya memandangku menuntut jawaban.

Aku menggeleng yakin, membuat kak Aby tersenyum ga jelas.

" Bagus deh." Kak Aby mengangguk-ngangguk dengan tatapan tertuju penuh pada makananya. " Oh ya, kita udah berapa bulan pacaran?" Dia bertanya sambil menaikan alisnya.

Pertanyannya kak Aby membuatku mengernyit bingung.

" Tiga bulan, kenapa?"

" Baru tiga bulan ya?" Dia menghentikan acara makannya. Pandangan matanya tertuju jauh kedepan dimana banyak anak-anak sedang berkumpul dilapangan.

Walaupun tatapannya terarah kesana, aku bisa melihat bahwa matanya kosong seperti meninggalkanku jauh ketempat lain.

" Gue kemaren ketemu sama Tiara." Matanya mengedip sekali sebelum melihat kearahku. Kuberikan senyum tulus untuknya.

Setiap dia membagi cerita tentang Tiara, selalu bukan hal yang baik. Aku pacarnya, tapi aku juga pendengar setianya jika dia sedang kebingungan mengejar cintanya.

Sakit? Tentu saja, tapi komitmenku dengannya dari awal sudah jelas. Hubungan ini hanya status untuknya, dan bagiku egois adalah hal yang tidak boleh kulakukan.

" Kenapa sama Tiara?" Kupasang wajah baik-baik saja walau hatiku sudah berdebar sakit.

" Padahal kita udah kenal sejak kecil gi, walaupun kita beda kota dan jarang ketemu tapi kan kita selalu aktif chatingan." Matanya tertutup rapat seperti sedang menahan sesuatu, sesuatu yang menyakitkan.

Dan disini dadaku sudah bergemuruh hebat. Sakit sekali saat tau mereka aktif chat, sedangkan aku jarang sekali kak Aby membalas pesanku dalam bentuk apapun.

" Tapi gi-" matanya terbuka, terarah langsung padaku. " Kenapa sekarang ini gue ngerasa lo lebih bisa ngertiin gue dibanding Tiara?" Matanya terlihat sendu.

Entah harus senang atau tidak, tapi aku merasa lega. Setidaknya aku memiliki satu kelebihan dibanding Tiara.

" Lo baik gi." Dia tersenyum. " gue ngerasa lo ga pantes ada diposisi kayak gini. Gue dari tadi mikir, mungkin abang lo bener gi. Gue ga pantes buat lo."

" Maksud kak Aby apaan!! Bang Jarvis emang kayak gitu, ga usah diambil pusing."

Dia menggeleng tidak setuju, tangannya terulur meraih tanganku.

" Gi, apa sebaiknya emang kita temenan aja?'gue janji bakal perlakuin lo lebih baik, lo layak dapet yang lebih dari gue."

Apa aku berhak untuk egois sekarang?

TBC

ini ga jelas banget kan? Hahahha ga tau nih aku lagi fokus buat TA,.jadi ga bisa update cepet- cepet.

Aku lagi fokus ke sadness 2 juga, jadi yang lain ga keurus.

Kayaknya cerita ini juga berpotensi aku rombak dan perbaiki entah kapan, biar alur ceritanya lebih jelas dan kuat hahah

Happy reading

OrchidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang