Anggi masih terus menunduk saat akhirnya dia dan Dhika duduk bersisian di kursi panjang taman samping rumahnya.
Rasa malu membuatnya tidak mampu bersuara lagi dihadapan kakak kelasnya itu.
" Gi, kok diem terus?"
Dhika bertanya untuk memecah keheningan, dia menatap Anggi yang sedari tadi diam menunduk dengan tatapan bingung." Anggi malu kak." Akhirnya Anggi mau juga mengungkapkan pikirannya membuat Dhika terkekeh.
" Kenapa malu?" Tanyanya." Yang tadi? Nyantai aja kali gi, itu bukan masalah besar sampe kamu harus diemin kakak dari tadi."
Ragu, akhirnya Anggi mau mengangakat kepalanya. Ditelengkannya sedikit untuk melihat lebih jelas wajah seniornya itu.
" Tapi kan Anggi malu."
Dhika tertawa. " Ya udah lupain bisa kan?kan udah dibilangin bukan masalah."
" Tapi kak Dhika pasti kaget kan? Ilfeel kan sama Anggi?" Kali ini bibir Anggi sudah melengkung kebawah membuat Dhika mendadak khawatir.
" Engga kok. Lucu aja, tapi ga sampai ilfeel." Dhika terkekeh. " Jangan lebay deh gi."
" Ih kak Dhika, Anggi malah dikatain lebay, lagi mungutin harga diri yang tercecer tau." Anggi cemberut membuat Dhika tertawa gemas dan tanpa sadar tangannya mendarat dipipi Anggi, mencubitnya pelan.
" Harga diri itu dijaga bukan dipungutin."
Bukannya membaik, Anggi malah terlihat semakin murung.
" Anggi seringnya bikin jatoh harga diri sendiri." Dia sudah hampir menangis dan tentu saja membuat Dhika panik seketika. Dia tidak tau apa yang salah, tapi anak ini udah aneh sejak ketemu tadi.
" Eh, jangan nangis dong gi, aduh."
" Anggi udah sering malu-maluin apalagi didepan kak Aby." Dan saat Anggi menumpahkan air matanya, Dhika sudah tidak bisa berbuat banyak lagi selain mendesah pasrah bercampur putus asa.
" Aby? Fabian? Kan kalian pacaran, dia juga pasti ngerti kok." Dhika mencoba memberikan senyuman " Kan udah biasa ya kalo pacaran nunjukin kekurangannya masing-masing?"
" Anggi udah putus tau."
Suer deh ini Dhika udah bingung aja mesti ngapain, mana nangisnya Anggi malah makin kenceng.
" Gi, Anggi. Udah dong, tar disangka orang kakak ngapa-ngapain kamu."
Dengan gerakan panik, Dhika mulai merangkul Anggi menepuk pelan punggungnya berharap gadis ini berhenti menangis.
" Udah dong gi, kakak kan kesini mau ajak kamu nonton. Filmnya Asa udah ada lho di bioskop kan kamu nunggu-nunggu itu kan?"
Diluar dugaan ternyata bujukan terakhir Dhika sukses membuat Anggi berhenti menangis.
" Eh, serius mau ajak nonton itu?"
Ini anak cepet banget berubah moodnya. Dhika meringis tapi akhirnya tersenyum hangat saat melihat tatapan penuh harap dari gadis dihadapannya.
" Miss Peregrine's kan?"
" IYA! Kakak beneran mau ajak aku nonton? Wah, baiknya..." Anggi tertawa lebar sambil menggoyang-goyangkan lengan Dhika, membuat seniornya ini tersenyum takjub.
Gadis aneh ini tak pernah berhenti membuatnya geleng-geleng kepala.
Gampang sekali pikirannya teralihkan.
" Udah ya, jangan nangis lagi." Dhika berdiri lalu mengulurkan tangannya. " Ayok, ganti baju dulu. Kakak tunggu disitu ya." Tunjuk Dhika dengan dagunya pada kursi diteras rumah Anggi.
TBC
Maaf.... baru bisa ngepost ini, dan pendek banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orchid
Teen FictionAku hanya mencintainya, apa itu kesalahan? Walaupun hatinya masih milik orang lain, tidak apa-apa. Sungguh. Aku hanya ingin disampingnya, menjadi seseorang yang terus bisa melihat senyumnya yang menenangkan, seperti musim semi. Aku hanya ingin dia t...