Short(2) : Prank

271 19 17
                                    

"Eerr ... Lex, lo ... gapapa kan?"

"Udah gue bilang jangan manggil gue lex-lex-an!"

Elvi, teman sebangku Alexa itu mengerjap terkejut mendengar bentakan dari cewek mungil di sebelahnya.

Alexa menggeram, "Alex ... cowok itu...," desisnya pelan. Matanya dipenuhi sorot kebencian, giginya gemelutuk menahan kemarahan yang memuncak.

Kemudian, Alexa menoleh ke arah Elvi dan mencengkram lengan cewek itu. "Lo tahu ga Vi, si jin bantet itu, kalo bisa gue penyet-penyet-pe-"

"A-ah, sakit Lexa!" rintih Elvi sambil berusaha melepaskan cengkraman Alexa.

Alexa memang mengeratkan cengkramannya seiring dengan sumpah-serapahnya.

Buru-buru, Alexa menarik tangannya dan mengelus lembut lengan Elvi.

"Hehehe, maap, maap," ujar Alexa.

"Maap-maap pala lo peyang dah! Tulang lengan gue udah mau remuk, tahu!" balas Elvi.

Sontak, Alexa berhenti mengelus lengan Elvi dan malah menyenggol teman seperjuangannya itu. "Gausah berlebihan juga, kale!"

"Lo juga sama, jangan over acting juga," sindir Elvi memicingkan matanya kepada Alexa.

Alexa mendelik, "Apanya yang over acting? Lo kalo diginiin juga pasti bete, kesel, pengen makan orang."

Alexa menggeram lalu menusuk bakso ayamnya dengan kuat. "Alex ... gue bener-bener ... pengen matiin dia sekarang juga." Tanpa sadar, ia menusuk-nusuk baksonya dengan kuat.

Lalu, Alexa mengangkat bakso ayam itu tepat di depan wajahnya. Ia menatap bakso itu dengan penuh kebencian seakan itu adalah Alex.

Alexa menunjukkan bakso itu kepada Elvi. "Lo liat bakso ini? Bakso ini ibarat Alex yang pengen gue benyek-benyek." Kemudian, ia memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan kuat.

Alexa mengambil bakso lain dan mengunyahnya dengan kasar dan kuat untuk melampiaskan kemarahannya. Sambil makan, ia terus mengoceh kepada Elvi.

Elvi yang dari tadi terdiam akhirnya membuka mulutnya, "Marah sih marah aja, tapi jangan muncrat dong!" serunya sambil mengusap wajahnya yang terdapat gigitan bakso Alexa.

Alexa nyengir minta maaf, "Hehehe, abis gue lagi kesel sih." Ia mulai memakan bakso itu dengan normal.

"Gue heran dah, apa sih masalah dia sama gue? Kok kayaknya satu hari tanpa gangguin gue tuh kayak bisa bikin dia mati?"

Alexa kembali menggeram pelan mengingat kejadian satu jam yang lalu.

Tadi, saat jam olahraga, Alexa kehilangan buku catatan Penjas nya. Padahal, Bu Vita—guru olahraga yang terkenal dengan kegalakan dan kedislipannya—memberi tugas meringkas materi dan evaluasi bab materi yang lalu.

"Duh, buku catatan gue mana nih?" ujar Alexa resah sambil merogoh-rogoh tasnya.

"Ketinggalan, kali," jawab Elvi.

"Ga, gue yakin gue ada bawa. 'Kan ga mungkin bukunya hilang gitu aja. Pasti ada yang ngambil, nih."

Lalu, ia bertanya kepada sekelompok cowok pecinta anime di belakang. "Eh, kalian ada liat buku catatan penjas gue?"

"Ga, tapi kolor lo gue nampak kok. Gambar barbie warna pink 'kan?" jawab Reyhan, orang yang terkenal kemesumannya di kelas ini.

Alexa mengernyit, "Najis lo. Jangan-jangan lo lagi yang pake sempak kayak gitu."

Alexa memutuskan untuk mengabaikan mereka dan kembali mencari catatan itu lagi.

Akhirnya, ia kewalahan membongkar seisi tasnya dan menanyakan teman kelasnya. Alexa sempat mencurigai Alex, cowok pendek yang super jahil itu. Tetapi, sebelum ia menanyakannya, Bu Vita sudah masuk ke dalam kelas.

Short(ies)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang